Rabu, 24 Desember 2014



SAKIT BUKAN PENDERITAAN TAPI KARUNIA ALLAH

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم

ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ر ا نفسنا و من سيا ت  ا عما لنا من يهد لله فلا مضل له و من     يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو  مد  ين                                                                                  
                                                                                                                       Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.  Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.                       

ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم  و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و  كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر                                                        

Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
( Qs.4:1 )

[263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.


قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 ).

و قل الله تعل في ا لقران لكر يم    

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم                
ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                                                       
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.”  ( Qs.33:70-7 .

عن ابن عبا س – رض الله عنه قال: قال النبى – صلى ا لله عليه و سلم – نعمتان مغبون فيهما كشير من لناس- الصحة و الفرغ 

Dari Ibnu Abbas ra berkata, Nabi bersabda: “ Ada dua kenikmatan yang sering menipu manusia, yaitu KESEHATAN dan WAKTU LUANG ”.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Segala puji bagi Allah sebanyak makhlukNya, dan keridhoanNya, dan sekuat para pengusung ArsyNya dan sebanyak tinta yang menulis kalimatNya. Tak terhingga macam dan hitungan nikmat yang dianugerahkan kepada makhlukNya yang telah memberi hidup untuk menjalankan semua perbuatannya. Baik yang dikehendakiNya maupun yang tidak diridhoiNya. Wallahu taa’la a’lam.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Banyak peristiwa dalam kehidupan yang di alami setiap manusia. Semua peristiwa itu di ciptakan Allah untuk dihadapi dan dijalankan oleh manusia. Namun semua peristiwa yang terjadi sepanjang waktu sejak kita lahir hingga mati bila dilihat dari ayat Allah di surat Al Mulk ayat 2 adalah sebagai berikut.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

( Allah ) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( Qs.67:2 ).

Ternyata ayat diatas mendefinisikan kehidupan dari segi garis waktu antara “hidup (lahir) dan mati” atau dalam ayat di atas disebut sebagai “mati dan hidup”. Peristiwa yang begitu banyak disepanjang garis kehidupan sejak kita lahir sampai nanti menemui ajal ternyata seluruhnya itu adalah ”UJIAN”.

Ternyata menurut ayat di atas tujuan Allah menciptakan kehidupan bagi manusia adalah sederhana sekali yaitu untuk “MENGUJI” siapa yang “ LEBIH BAIK AMALNYA (PERBUATANNYA) “. Namun pada akhir ayat 2 surat Mulk tersebut Allah memberi motivasi kepada manusia bahwa dalam ujian itu senantiasa ada - bagi yang tidak - kurang berhasil menjalankan ujian tersebut maka Allah menyatakan diriNya YANG MAHA PERKASA LAGI MAHA PENGAMPUN adalah agar manusia memohon pertolongan hanya kepadaNya atau memohon ampun atas kesalahannya atas ketidak sempurnaan menjalankan ujian Allah itu.

Apakah kita menyadari bahwa semua peristiwa yang kita hadapui adalah ujian ?.

Kebanyakan manusia menganggap peristiwa yang tidak menyenangkan atau peristiwa buruk lah yang di anggap ujian atau cobaan. Biasanya dalam bentuk bencana, kecelakaan, kemiskinan, kebangkrutan atau macam macam malapetaka. Namun setelah peristiwa buruk itu selesai yang disusul dengan berbagai kebaikan atau peristiwa ( keadaan ) baik maka itu semua adalah tidak lagi dianggap ujian atau cobaan. Allah berfirman.

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.  ( Qs.21:35 ).

Ternyata menurut ayat 35 surat Anbiya’ diatas bahwa kebaikan pun termasuk ke dalam ujian. Bahkan orang orang beriman pun di uji Allah.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? ( Qs.29:2 ).

Allah berfirman.

فَأَمَّا الاْ ِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ -16

“Adapun manusia, apabila Robbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: ”Robbku telah memuliakanku“. Adapun bila Robbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata:    ” Robbku menghinakanku “. (QS.Al Fajr: 15-16)
Sementara itu Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, bahwa “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”  (QS.Al Mu’minun:55-56).
Secara spesifik rosulullah saw mengatakan ada dua nikmat yang sering menipu manusia. Yaitu ” KESEHATAN DAN WAKTU LUANG ”.

قال رسول صلع وسلم- نعمتان مغبون فيهماكشيرمن
الناس: الصحة والفراغ           

Bersabda rosulullah saw : “ Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya adalah KESEHATAN dan KESEMPATAN ( WAKTU LYUANG ) “  ( HR AL BUKHARI ).

Maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Sebagaimana layaknya sebuah ujian maka kita harus menjalankan nya dengan hati hati dan berorientasi atau mempunyai niat (motivasi) yang kuat untuk lulus dari setiap dan segala ujian tersebut.

Setelah kita mengetahui bahwa ujian yang Allah berikan kepada manusia itu adalah segala keburukan dan kebaikan maka berdasar kan panduan umum itu kita harus mampu mengidentifikasi jenis jenis ujian itu secara rinci dan senantiasa kita hadapi sepanjang kita masih terjaga ( melek). Baik dari sisi peristiwa yang baik maupun segala peistiwa yang buruk yang kita alami sepanjang hidup kita, sejak mata kita terbuka di pagi hari sampai menjelang menutup mata untuk tidur. Namun nampaknya kebanyakan kita merasa cukup repot atau tidak punya waktu untuk mengidentifikasi peristiwa peristiwa ujian tersebut. Padahal kita merasakan bahwa kegiatan sehari hari untuk mencari nafkah sudah cukup menyita waktu dan tenaga, bagaimana mungkin kita dapat mengidentifikasi bahwa setiap peristiwa adalah sebagai ujian.

Apakah ujian itu masalah ?. Ya, jelas ujian adalah masalah atau soal yang harus kita jawab. Apakah kita bisa mengidentifikasinya ?.

Mari kita ajak panca indra dan akal fikiran kita untuk mulai memberi batasan tentang ”apa” yang dimaksud dengan ”masalah”. Masalah adalah KESENJANGAN ANTARA DUA KEADAAN yang membutuh kan pendekatan/pemulihan/penyeklesain.

Dua keadaan  tersebut adalah :

1). Sesuatu yang seharusnya dengan sesuatu yang terjadi.  Atau                
2). Sesuatu Yang diinginkan (diharapkan) dengan yang sesuatu terjadi atau kenyataan ?(realitas).   
     Atau           
3). Suatu Yang direncanakan dengan sesuatu yang terjadi (realisasi/actual).

Begitu lah pikiran manusia pada umumnya dalam menanggapi setiap peristiwa yang di alaminya.

Memang kita lebih mudah mengidentifikasi ujian itu dari peristiwa peristiwa buruk yang kita alami atau orang lain hadapi, yang pada umumnya berupa peristiwa yang tidak menyenangkan atau merugikan kita bauik secara materil ataupun secara moril. Misalnya dipecat, rugi dalam usaha, bangkrut, kecelakaan, terkena longsor, banjir, kebakaran, dituduh berbuat buruk baik diri sendiri atau keluarga, sakit yang berkepanjangan dan peristiwa buruk lainnya yang tidak menyenangkan dan merugikan kita secara materil atau moril.

Tentu saja respon atau sikap manusia dalam menghadapi peristiwa peristiwa buruk seperti diatas akan berbeda beda. Perbedaan masing masing manusia dalam menanggapi ( respon ) terhadap peristiwa buruk itu menurut para ahli psikologi adalah karena faktor ”diri” atau kepribadian.  Dalam bahasa Al Qura’n yang disebut ”diri” adalah ”nafs’ yang dalam bahasa Indonesia berubah menjadi ”nafsu”. Sementara dalam psikologi umum, nafsu itu identik dengan ”emosi”. Tapi tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkaji secara khusus dan mendalam tentang hal tersebut. Uraian tentang nafs dan diri serta nafas dan emosi adalah sekedar memberi wawasan kepada kita agar bisa membedakan terminologi tersebut dalam bahasan bahasan berikut jika ada persinggugan dengan hal hal tersebut.

Sekarang kita kembali kepada berbagai masalah ujian yang dihadapi manusia. Sebagai studi kasus kita ambil peristiwa ”sakit” yang semua kita pernah mengalaminya. Pada umumnya manusia mengucapkan kata ”sakit” sering di sandingkan dengan kata ”menderita”. Misalnya ”menerita sakit kanker” atau sakit sakit lainnya.
Kita mengetahui bahwa kata ”menderita” tersimpan makna yang buruk. Oleh karena itu tidak salah jika manusia menganggap sakit sebagai ”ujian”. Namun sebenarnya ”ujian” itu sendiri adalah bukan sesuatu yang buruk. Bahkan ”ujian” itu menjanjikan hasil yang menyenangkan atau kebahagiaan. Misalnya, status lulus yang diperoleh atau mungkin hadiah lain yang dapat menyenangkan hati kita.

Dalam peristiwa ”sakit” yang di alami oleh siapa saja, ada fase fase atau masa masa kita ”berbicara pada diri sendiri” secara intens yang dalam keadaan sehat hal itu sangat jarang, bahkan tidak pernah kita lakukan. Fase atau pada masa kita ”berbicara pada diri sendiri” adalah suatu keadaan yang sangat tinggi nilainya bagi kita. Dalam syariat Islam hal itu disebut dengan ”muhasabah bi nafsi” atau mengevaluasi diri sendiri. Nah, bukankah ternyata ’sakit’ itu baik untuk kita dengan dilakukannya ”muhasabah” atau ”evaluasi diri” itu. Melalui ”muhasabah” itu kita semakin mengenal diri kita ”baik keburukan maupun kebaikan ” yang ada pada diri kita. Bahkan melalui ”sakit” yang disusul dengan ”muhasabah” insya Allah kita berkesempatan atau berpotensi mendapat ”hidayah” sehingga semakin dekat kepada Allah. Padahal kalau kita mengalami sakit setiap saat kita merasakan ketidak berdayaan, kepedihan, perih, ngilu atau rasa tidak nyaman apa saja yang kita alami dalam tubuh kita maka pada saat itu kita senantiasa ”ingat” ( dzikr ) kepada Allah.
Dengan menyebut sifat sifat Allah atau meminta ampun setiap saat yang justru kita sering lupa  pada saat kita sehat. Dzikir itu kita lakukan setiap ketika kita mengalami kelainan rasa pada tubuh kita. Bukankah itu sebuah kebaikan pada diri kita.

Memang sehat bagi orang yang mengalami rasa tidak nyaman pada tubuhnya adalah sebuah harapan. Namun kepada siapa kah manusia dapat menggantungkan harapannnya secara mutlak selain hanya kepada Allah. Karena Allah tidak akan pernah mengingkari janji.

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ

Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. ( Qs.39:20 )
إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ

“ Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." ( Qs.3:194 )

Hadits dari Abu Sai’d dan Abu Huroiroh diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim. Nabi saw bersabda :

ما يصيب المسلم من نصب ولا و نصب ولا هم ولا حزن
ولا اذى ولا غم حتى الشو كة سشاكهاالا كفرالله بها من خطاياه

Seorang muslim tidak ditimpa oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang tertancap padanya melainkan Allah menebus dengannya dari kesalahan kesalahannya

Pada hadits lain dari Ibnu Masu’d yang diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim. Nabi saw bersabda.

“ Tidak ada seorang muslim yang ditimpa gangguan, duri dan seterusnya melainkan Allah memutus dengannya keburukan keburukannya dan dosanya berguguran bagaikan pohon yang merontokan daunnya “.

Dengan memahami dan megikuti makna hadits di atas maka bagaimana mungkin manusia dapat mengutuki atau membenci “sakit” yang di alaminya. Alhamdulillah jika kita mampu merubah “paradigma” atau “cara pandang” kita terhadap segala peristiwa buruk yang kita alami. Karena semua peristiwa baik dan buruk telah ada dalam “catatan yang terpelihara” yang disebut dengan LAUHL MAHFUDZ. Allah menginformasikan hal itu pada al Qura’nul karim sebagai berikut.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ


Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( Qs.57:22 ).

Analog dengan sebuah pagelaran drama di atas panggung atau sebuah film cerita. Semua adegan di atas panggung atau di layar film tidak akan terwujud secara rapi dan mulus jika tidak ada sesuatu instrumen yang di sebut SCENARIO. Seorang pemain di panggung atau di layar film hanya melakukan adegan perbuatan yang telah ditetapkan scenario itu. Termasuk di dalam hal ini adalah keadaan lingkungan dari adegan atau peristiwa itu terjadi atau dilakukan oleh para aktor dan aktris di panggung atau di layar film tersebut. Lingkungan tersebut bisa di luar ruangan atau di dalam ruangan. Jika di lingkungan luar itu,  apakah cuaca terang, hujan, petir atau keadaan lainnya mak semua itu pun tertulis di dalam SCENARIO. Begitu juga lingkungan drama hidup yang di alami oleh setiap manusia.

Dalam keadaan apapun lingkungannya si pemain panggung sandiwara dan pemain film itu hanya menjalankan apa yang ada dalam naskah ( LAUH ) SCENARIO tersebut. Nah begitu juga lah manusia dalam menjalankan kehidupan ini. Namun bagi seorang muslim yang mukmin dan istiqomah senantiasa akan menjalankan hidupnya sesuai dengan pedoman utama hidup yaitu Al Qura’n dan Assunnah. Apa pun yang terjadi pada dirinya semuanya semata mata akan dikembalikannya kepada Qudrat dan Irodat Allah. Karena seorang muslim yang kaffah dan istiqomah mempunyai pendirian bahwa setiap keburukan dan kebaikan yang di alaminya semuanya datang dari Allah dan Allah mempunyai rencana yang baik untuk setiap hamba yang dicintaiNya ini.

Dari Abu Yahya Shuhaib Ibn Sinan, nabi bersabda.  

عجبالامرالموء من ان امره كله له خير و ليس ذلك لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له

Sungguh mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguh seluruh perkaranya adalah baik baginya.  Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka itu menjadi baik baginya. Dan apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya ”. ( HR BUKHARI-MUSLIM )

Dari hadits di atas maka kita wajib mempunyai sikap hidup atau arah pandang (paradigma) bahwa setiap peristiwa ‘buruk, apalagi peristiwa yang baik” semuanya wajib kita yakini pasti berakhir dengan kebaikan.
Sepanjang penyikapan kita terhadap semua peristiwa maka harus disesuaikan dengan hadits tersebut di atas. Termasuk peristiwa “sakit” yang kita alami. Agar kita bisa lulus dalam ujian yang Allah berikan kepada kita.

Adapun status lulus dari ujian Allah itu hanya dapat diketahui setelah manusia mati dan berada di alam barzah sebagai tempat transit untuk menunggu hari berbangkit atau kiyamat. Selanjutnya manusia dikumpulkan dalam padang Masyhar untuk melakukan persidangan atau evaluasi semua perbuatan kita selama di dunia. Apakah kita lulus dan masuk kedalam surga atau gagal dan masuk ke dalam neraka.

Namun masih ada suatu yang menggembirakan seorang muslim yang mukmin dalam menghadapi setiap peristiwa tidak menyenangkan dalam hidupnya sebagaimana yang sering kita anggap sebagai “hukuman di dunia”,  itu ternyata adalah suatu kebaikan. Tentang keburukan ( hukuman di dunia ) yang ditimpakan kepada hambaNya rosulullah saw bersabda.

اذا ارد الله بعبده الخيرعخل له العقوبة فى الدنيا واذا ارد الله بعبده الشرامسك عنه بذنبه حتى يوافي به يو م القيامة

“ Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hambaNya, Dia menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan, Dia menahan darinya                 (hukuman) karena dosanya hingga Dia menunaikannya pada hari kiyamat “ (HR AtTarmidzi).

Jadi kalau kita menganggap hal buruk itu sebagai hukuman adalah lebih baik daripada kita meganggap sebagai penderita an. Karena artinya hukuman kita telah di panjarkan di dunia ini atau udah down payment.

Kunci keberhasilan menghadapi ujian.

Allah memberikan ujian kepada manusia adalah bersamaan dengan cara untuk menyelesaikan ujian itu. Allah berfirman.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّن الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ َ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang SABAR.”  ( Qs.2:155 )

Siapa orang yang sabar itu, perhatikan QS.2:156 berikut dibawah ini.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101]

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kemba li kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Ternyata sabar itu adalah sikap  mengembalikan setiap musibah yang menimpa kita, kepada Allah dan selalu memohon perlindungan kepadaNya.  Dan ”sabar” itu lah ”kunci jalan keluar” menghadapi ujian Allah.

Apakah imbalan yang diperoleh orang orang yang selalu mengembalikan setiap musibah kepada Allah ( sabar ) dan selalu mohon perlindungan kepadaNya?. Allah berfirman

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 

”Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rob mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( Qs. 2: 157 ).
Pada hakekatnya sabar itu diwajibkan kepada manusia sepanjang hidupnya. Karena jalan hidup kita sejak baligh dan menjadi mukallaf sampai menjelang kematian banyak dipenuhi oleh ujian dan cobaan. Itu memerlukan kesabaran. Dan kesabaran itu akan dibalas atau diganjar tanpa batas ( tak terhingga ). Allah berfirman dalam surat Azzumar ayat10 sebagai berikut.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )

Demikian indahnya rahasia dibalik peristiwa ”sakit” yang di alami seorang muslim yang mukmin. Ternyata banyak hikmah dan manfaat bagi manusia yang rela menerima keputusan Allah apapun bentuknya. Baik atau buruk. Sebab sebuah kebaikan pun adalah juga ujian namun sering di tanggapi (direspon) oleh manusia sebagai berkah dan nikmat atau kasih sayang Allah kepadaNya. Pada aspek kebaikan itulah justru manusia sering lupa bahwa itu adalah ujian. Pada situasi sepertiitu kita ering lalai untuk mengingat Allah karena terbuai oleh kesenangan dunia. Padahal justru pada saat menerima nikmat karunia kebaikan itulah kita harus menyadari bahwa dibalik kebaikan tersebut terdapat ujian. Antara lain tipu daya syaithon yang akan dengan mudah membuat kita lalai mengingat Allah. Karena waktu luang, tubuh sehat dan fasiltas lengkap disertai uang yang berlebih akan senantiasa mendorong hawa nafsu kita untuk mencari kesenangan dunia dan kepuasan hati. Ahirnya kita seringkali lupa dan lalai untuk beribadah kepada Allah.
Sebagaimana sudah dikemukakan di muqoddimah bahwa nabi bersabda “ ada dua kenikmatan yang sering menipu manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang ”.  Agar kita tidak tertipu maka gunakanlah “kesehatan” dan ‘waktu luang’ hanya untuk beribadah ( taat dan patuh ) berserah diri hanya kepada Allah sesuai dengan tujuan penciptaan manusia oleh Allah yaitu hanya untuk “mengabdi” dalam arti rela diberlakukan apa saja dan rela untuk melakukan apa saja yang diperintahNya dan rela meninggalkan apa saja yang dilarangNya itulah bentuk “pengabdian atau ibadah kepada Allah“. Allah berfirman.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاّ لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku. ( Qs.51:56 ).

Demikian kajian tentang “ SEHAT BUKAN PENDERITAAN TETAPI KARUNIA ALLAH UNTUK MENGHAPUS DOSA “. Semoga saudara saudara seaqidah yang sedang sakit dapat merubah paradigma yang selama ini tidak sesuai dengan syaria’t Allah menjadi sesuai dengan rencana yang telah Allah ditetapkan dalam “ catatan Allah yang terpelihara ” ( LAUHUL MAHFUDZ ) jauh 50.000 tahun sebelum langit dan bumi serta isinya di ciptakan.

Untuk menutup kajian ini marilah kita memuji dan memohon ampun serta mengembalikan semua perkara kita kepada Allah Azza wa jalla.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah ilah kami, segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di abdikan/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته



Tidak ada komentar:

Posting Komentar