SAKIT
BUKAN PENDERITAAN TAPI KARUNIA ALLAH
بسم ا لله ا لر حمن ا لر
حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با
اللة من سر و ر ا نفسنا و من سيا ت ا عما
لنا من يهد لله فلا مضل له و من يضلل
فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ
علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با
احسنئ الئ يو مد ين
Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami
memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan
kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan
kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan
dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi
bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad,
keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari
qiyamat.
ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و
حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر
Sesungguhnya
perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar
adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan
yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu
sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ
اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264],
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
( Qs.4:1 )
[263]. Maksud dari padanya menurut
jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan
hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s.
diciptakan.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته
و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
Wahai
orang orang yang beriman betaqwalah kamu
kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu
dalam keadaan berserah diri.
(
Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 ).
و قل الله تعل في ا لقران لكر
يم
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم
ويغفر لكم ذ نوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” ( Qs.33:70-7 .
عن ابن عبا س – رض الله عنه قال:
قال النبى – صلى ا لله عليه و سلم – نعمتان مغبون فيهما كشير من لناس- الصحة و
الفرغ
Dari
Ibnu Abbas ra berkata, Nabi bersabda: “ Ada dua kenikmatan yang sering menipu
manusia, yaitu KESEHATAN dan WAKTU LUANG ”.
Maa’syarol muslimin
rohimakumullah,
Segala puji bagi Allah sebanyak makhlukNya, dan keridhoanNya, dan sekuat
para pengusung ArsyNya dan sebanyak tinta yang menulis kalimatNya. Tak
terhingga macam dan hitungan nikmat yang dianugerahkan kepada makhlukNya yang
telah memberi hidup untuk menjalankan semua perbuatannya. Baik yang
dikehendakiNya maupun yang tidak diridhoiNya. Wallahu taa’la a’lam.
Maa’syarol muslimin
rohimakumullah,
Banyak
peristiwa dalam kehidupan yang di alami setiap manusia. Semua peristiwa itu di
ciptakan Allah untuk dihadapi dan dijalankan oleh manusia. Namun semua
peristiwa yang terjadi sepanjang waktu sejak kita lahir hingga mati bila dilihat
dari ayat Allah di surat Al Mulk ayat 2 adalah sebagai berikut.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
( Allah ) Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( Qs.67:2 ).
Ternyata ayat diatas mendefinisikan
kehidupan dari segi garis waktu antara “hidup
(lahir) dan mati” atau dalam ayat di atas disebut sebagai “mati
dan hidup”. Peristiwa yang
begitu banyak disepanjang garis kehidupan sejak kita lahir sampai nanti menemui
ajal ternyata seluruhnya itu adalah ”UJIAN”.
Ternyata menurut ayat di atas tujuan
Allah menciptakan kehidupan bagi manusia adalah sederhana sekali yaitu untuk
“MENGUJI” siapa yang “ LEBIH BAIK AMALNYA (PERBUATANNYA) “.
Namun pada akhir ayat 2 surat Mulk tersebut Allah memberi motivasi kepada
manusia bahwa dalam ujian itu senantiasa ada - bagi yang tidak - kurang
berhasil menjalankan ujian tersebut maka Allah menyatakan diriNya YANG
MAHA PERKASA LAGI MAHA PENGAMPUN adalah agar manusia memohon pertolongan
hanya kepadaNya atau memohon ampun atas kesalahannya atas
ketidak sempurnaan menjalankan ujian Allah itu.
Apakah kita menyadari bahwa semua peristiwa yang kita hadapui adalah ujian
?.
Kebanyakan
manusia menganggap peristiwa yang tidak menyenangkan atau peristiwa buruk lah
yang di anggap ujian atau cobaan. Biasanya dalam bentuk bencana, kecelakaan,
kemiskinan, kebangkrutan atau macam macam malapetaka. Namun setelah peristiwa
buruk itu selesai yang disusul dengan berbagai kebaikan atau peristiwa (
keadaan ) baik maka itu semua adalah tidak lagi dianggap ujian atau cobaan.
Allah berfirman.
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. ( Qs.21:35 ).
Ternyata
menurut ayat 35 surat Anbiya’ diatas bahwa kebaikan pun termasuk ke dalam
ujian. Bahkan orang orang beriman pun di uji Allah.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا
يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? ( Qs.29:2 ).
Allah berfirman.
فَأَمَّا الاْ ِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ -16
“Adapun manusia, apabila Robbnya mengujinya
lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan
berkata:
”Robbku telah
memuliakanku“. Adapun bila Robbnya mengujinya
lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: ”
Robbku menghinakanku “. (QS.Al Fajr: 15-16)
Sementara itu Ibnu Katsir rahimahullah
menafsirkan ayat di atas, bahwa “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala
mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah
meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai
ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah
memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya
itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta
dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),
Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar.”
(QS.Al Mu’minun:55-56).
Secara
spesifik rosulullah saw mengatakan ada dua nikmat yang sering menipu manusia.
Yaitu ” KESEHATAN DAN WAKTU LUANG ”.
قال رسول صلع وسلم-
نعمتان مغبون فيهماكشيرمن
الناس: الصحة
والفراغ
Bersabda
rosulullah saw : “ Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya
adalah KESEHATAN dan KESEMPATAN ( WAKTU LYUANG ) “ ( HR AL BUKHARI ).
Maa’syarol muslimin
rohimakumullah,
Sebagaimana
layaknya sebuah ujian maka kita harus menjalankan
nya dengan hati hati dan berorientasi atau mempunyai niat
(motivasi) yang kuat untuk lulus dari setiap dan segala ujian tersebut.
Setelah
kita mengetahui bahwa ujian yang Allah berikan kepada manusia itu adalah segala
keburukan dan kebaikan maka berdasar
kan panduan umum itu kita harus mampu mengidentifikasi
jenis jenis ujian itu secara rinci dan senantiasa kita hadapi sepanjang kita
masih terjaga ( melek). Baik dari sisi peristiwa yang baik maupun segala peistiwa
yang buruk yang kita alami sepanjang hidup kita, sejak mata kita terbuka di
pagi hari sampai menjelang menutup mata untuk tidur. Namun nampaknya kebanyakan
kita merasa cukup repot atau
tidak punya waktu untuk mengidentifikasi
peristiwa peristiwa ujian tersebut. Padahal kita merasakan bahwa kegiatan
sehari hari untuk mencari nafkah sudah cukup menyita waktu dan tenaga,
bagaimana mungkin kita dapat mengidentifikasi bahwa setiap peristiwa adalah
sebagai ujian.
Apakah
ujian itu masalah ?. Ya, jelas ujian adalah masalah atau soal yang harus kita
jawab. Apakah kita bisa mengidentifikasinya ?.
Mari kita
ajak panca indra dan akal fikiran kita untuk mulai memberi batasan tentang
”apa” yang dimaksud dengan ”masalah”. Masalah adalah KESENJANGAN
ANTARA DUA KEADAAN yang membutuh kan pendekatan/pemulihan/penyeklesain.
Dua keadaan tersebut adalah :
1). Sesuatu
yang seharusnya dengan sesuatu yang terjadi. Atau
2). Sesuatu
Yang diinginkan (diharapkan) dengan yang sesuatu terjadi atau kenyataan
?(realitas).
Atau
3). Suatu Yang
direncanakan dengan sesuatu yang terjadi (realisasi/actual).
Begitu lah
pikiran manusia pada umumnya dalam menanggapi setiap peristiwa yang di
alaminya.
Memang kita
lebih mudah mengidentifikasi ujian itu dari peristiwa peristiwa buruk yang kita
alami atau orang lain hadapi, yang pada umumnya berupa peristiwa yang tidak
menyenangkan atau merugikan kita bauik secara materil ataupun secara moril.
Misalnya dipecat, rugi dalam usaha, bangkrut, kecelakaan, terkena longsor,
banjir, kebakaran, dituduh berbuat buruk baik diri sendiri atau keluarga, sakit
yang berkepanjangan dan peristiwa buruk lainnya yang tidak menyenangkan dan
merugikan kita secara materil atau moril.
Tentu saja
respon atau sikap manusia dalam menghadapi peristiwa peristiwa buruk seperti
diatas akan berbeda beda. Perbedaan masing masing manusia dalam menanggapi (
respon ) terhadap peristiwa buruk itu menurut para ahli psikologi adalah karena
faktor ”diri” atau kepribadian. Dalam bahasa Al Qura’n yang disebut ”diri”
adalah ”nafs’ yang dalam bahasa Indonesia berubah menjadi ”nafsu”.
Sementara dalam psikologi umum, nafsu itu identik dengan ”emosi”.
Tapi tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkaji secara khusus dan
mendalam tentang hal tersebut. Uraian tentang nafs dan diri serta nafas dan
emosi adalah sekedar memberi wawasan kepada kita agar bisa membedakan terminologi
tersebut dalam bahasan bahasan berikut jika ada persinggugan dengan hal hal
tersebut.
Sekarang
kita kembali kepada berbagai masalah ujian yang dihadapi manusia. Sebagai
studi kasus kita ambil peristiwa ”sakit” yang semua kita
pernah mengalaminya. Pada umumnya manusia mengucapkan kata ”sakit”
sering di sandingkan dengan kata ”menderita”. Misalnya ”menerita
sakit kanker” atau sakit sakit lainnya.
Kita
mengetahui bahwa kata ”menderita” tersimpan makna yang buruk.
Oleh karena itu tidak salah jika manusia menganggap sakit sebagai ”ujian”.
Namun sebenarnya ”ujian” itu sendiri adalah bukan sesuatu
yang buruk. Bahkan ”ujian” itu menjanjikan hasil yang
menyenangkan atau kebahagiaan. Misalnya, status lulus yang
diperoleh atau mungkin hadiah lain yang dapat menyenangkan hati kita.
Dalam
peristiwa ”sakit” yang di alami oleh siapa saja, ada fase fase
atau masa masa kita ”berbicara pada diri sendiri” secara intens
yang dalam keadaan sehat hal itu sangat jarang, bahkan tidak pernah kita
lakukan. Fase atau pada masa kita ”berbicara pada diri sendiri”
adalah suatu keadaan yang sangat tinggi nilainya bagi kita. Dalam syariat Islam
hal itu disebut dengan ”muhasabah bi nafsi” atau mengevaluasi
diri sendiri. Nah, bukankah ternyata ’sakit’ itu baik untuk kita
dengan dilakukannya ”muhasabah” atau ”evaluasi diri”
itu. Melalui ”muhasabah” itu kita semakin mengenal diri kita ”baik
keburukan maupun kebaikan ” yang ada pada diri kita. Bahkan melalui ”sakit”
yang disusul dengan ”muhasabah” insya Allah kita berkesempatan
atau berpotensi mendapat ”hidayah” sehingga semakin dekat kepada
Allah. Padahal kalau kita mengalami sakit setiap saat kita merasakan ketidak
berdayaan, kepedihan, perih, ngilu atau rasa tidak nyaman apa saja yang kita
alami dalam tubuh kita maka pada saat itu kita senantiasa ”ingat” ( dzikr
) kepada Allah.
Dengan
menyebut sifat sifat Allah atau meminta ampun setiap saat yang justru kita
sering lupa pada saat kita sehat. Dzikir
itu kita lakukan setiap ketika kita mengalami kelainan rasa pada tubuh
kita. Bukankah itu sebuah kebaikan pada diri kita.
Memang sehat
bagi orang yang mengalami rasa tidak nyaman pada tubuhnya adalah sebuah
harapan. Namun kepada siapa kah manusia dapat menggantungkan harapannnya secara
mutlak selain hanya kepada Allah. Karena Allah tidak akan pernah mengingkari
janji.
وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ
Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya.
Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. ( Qs.39:20 )
إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“ Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji." ( Qs.3:194 )
Hadits dari Abu
Sai’d dan Abu Huroiroh diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim.
Nabi saw bersabda :
ما يصيب المسلم من نصب
ولا و نصب ولا هم ولا حزن
ولا اذى ولا غم حتى الشو
كة سشاكهاالا كفرالله بها من خطاياه
“ Seorang muslim tidak
ditimpa oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan,
hingga duri yang tertancap padanya melainkan Allah menebus
dengannya dari kesalahan kesalahannya “
Pada hadits lain dari Ibnu
Masu’d yang diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim.
Nabi saw bersabda.
“ Tidak ada seorang muslim
yang ditimpa gangguan, duri dan seterusnya melainkan Allah
memutus dengannya keburukan keburukannya dan dosanya berguguran bagaikan pohon
yang merontokan daunnya “.
Dengan memahami dan megikuti makna
hadits di atas maka bagaimana mungkin manusia dapat mengutuki atau membenci “sakit”
yang di alaminya. Alhamdulillah jika kita mampu merubah “paradigma”
atau “cara pandang” kita terhadap segala peristiwa buruk
yang kita alami. Karena semua peristiwa baik dan buruk telah ada dalam “catatan
yang terpelihara” yang disebut dengan LAUHL MAHFUDZ.
Allah menginformasikan hal itu pada al Qura’nul karim sebagai berikut.
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا
فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( Qs.57:22 ).
Analog dengan sebuah pagelaran drama
di atas panggung atau sebuah film cerita. Semua adegan di atas panggung atau di
layar film tidak akan terwujud secara rapi dan mulus jika tidak ada sesuatu
instrumen yang di sebut SCENARIO. Seorang pemain di panggung atau
di layar film hanya melakukan adegan perbuatan yang telah ditetapkan
scenario itu. Termasuk di dalam hal ini adalah keadaan lingkungan dari
adegan atau peristiwa itu terjadi atau dilakukan oleh para aktor dan aktris di
panggung atau di layar film tersebut. Lingkungan tersebut bisa di luar
ruangan atau di dalam ruangan. Jika di lingkungan luar itu, apakah cuaca terang, hujan, petir atau
keadaan lainnya mak semua itu pun tertulis di dalam SCENARIO. Begitu juga
lingkungan drama hidup yang di alami oleh setiap manusia.
Dalam keadaan apapun lingkungannya si
pemain panggung sandiwara dan pemain film itu hanya menjalankan apa yang ada
dalam naskah ( LAUH ) SCENARIO tersebut. Nah begitu juga lah manusia dalam
menjalankan kehidupan ini. Namun bagi seorang muslim yang mukmin dan istiqomah
senantiasa akan menjalankan hidupnya sesuai dengan pedoman utama hidup yaitu Al
Qura’n dan Assunnah. Apa pun yang terjadi pada dirinya semuanya semata mata akan
dikembalikannya kepada Qudrat dan Irodat Allah. Karena seorang muslim yang
kaffah dan istiqomah mempunyai pendirian bahwa setiap keburukan dan kebaikan
yang di alaminya semuanya datang dari Allah dan Allah mempunyai rencana yang
baik untuk setiap hamba yang dicintaiNya ini.
Dari Abu Yahya Shuhaib Ibn Sinan, nabi bersabda.
عجبالامرالموء من ان امره كله له خير و ليس ذلك
لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا
له
” Sungguh
mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguh seluruh
perkaranya adalah baik baginya.
Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali
oleh orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang
menggembirakan dia bersyukur, maka itu menjadi baik
baginya. Dan apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap sabar, maka
itu menjadi baik baginya ”. ( HR BUKHARI-MUSLIM )
Dari
hadits di atas maka kita wajib mempunyai sikap hidup atau arah pandang
(paradigma) bahwa setiap peristiwa ‘buruk, apalagi peristiwa yang baik”
semuanya wajib kita yakini pasti berakhir dengan kebaikan.
Sepanjang penyikapan kita terhadap
semua peristiwa maka harus disesuaikan dengan hadits tersebut di atas. Termasuk
peristiwa “sakit” yang kita alami. Agar kita bisa lulus dalam
ujian yang Allah berikan kepada kita.
Adapun status
lulus dari ujian Allah itu hanya dapat diketahui setelah manusia mati dan
berada di alam barzah sebagai tempat transit untuk menunggu hari berbangkit atau
kiyamat. Selanjutnya manusia dikumpulkan dalam padang Masyhar untuk melakukan
persidangan atau evaluasi semua perbuatan kita selama di dunia. Apakah
kita lulus dan masuk kedalam surga atau gagal dan masuk ke dalam neraka.
Namun
masih ada suatu yang menggembirakan seorang muslim yang mukmin dalam menghadapi
setiap peristiwa tidak menyenangkan dalam hidupnya sebagaimana yang sering kita
anggap sebagai “hukuman di dunia”, itu ternyata adalah suatu kebaikan. Tentang
keburukan ( hukuman di dunia ) yang ditimpakan kepada hambaNya rosulullah saw
bersabda.
اذا ارد الله بعبده
الخيرعخل له العقوبة فى الدنيا واذا ارد الله بعبده الشرامسك عنه بذنبه حتى يوافي
به يو م القيامة
“ Apabila Allah
menghendaki kebaikan pada seorang hambaNya, Dia menyegerakan hukuman untuknya
di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan, Dia menahan
darinya (hukuman) karena
dosanya hingga Dia menunaikannya pada hari kiyamat “ (HR AtTarmidzi).
Jadi kalau kita menganggap
hal buruk itu sebagai hukuman adalah lebih baik daripada kita meganggap
sebagai penderita an. Karena artinya hukuman kita telah di panjarkan
di dunia ini atau udah down payment.
Kunci keberhasilan menghadapi ujian.
Allah
memberikan ujian kepada manusia adalah bersamaan dengan cara untuk
menyelesaikan ujian itu. Allah berfirman.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّن الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ َ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang SABAR.” ( Qs.2:155 )
Siapa
orang yang sabar itu, perhatikan QS.2:156 berikut dibawah ini.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101]
[101].
Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.
Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kemba li kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu
ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Ternyata
sabar itu adalah sikap
mengembalikan setiap musibah yang menimpa kita, kepada Allah dan selalu
memohon perlindungan kepadaNya. Dan
”sabar” itu lah ”kunci jalan keluar” menghadapi
ujian Allah.
Apakah imbalan
yang diperoleh orang orang yang selalu mengembalikan setiap musibah kepada
Allah ( sabar ) dan selalu mohon perlindungan kepadaNya?. Allah
berfirman
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
”Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rob mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( Qs. 2: 157 ).
Pada
hakekatnya sabar itu diwajibkan kepada manusia sepanjang
hidupnya. Karena jalan hidup kita sejak baligh dan menjadi mukallaf
sampai menjelang kematian banyak dipenuhi oleh ujian dan cobaan. Itu memerlukan
kesabaran. Dan kesabaran itu akan dibalas atau diganjar tanpa batas ( tak
terhingga ). Allah berfirman dalam surat Azzumar ayat10 sebagai berikut.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ
حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )
Demikian
indahnya rahasia dibalik peristiwa ”sakit” yang di alami seorang
muslim yang mukmin. Ternyata banyak hikmah dan manfaat bagi manusia yang rela
menerima keputusan Allah apapun bentuknya. Baik atau buruk. Sebab sebuah
kebaikan pun adalah juga ujian namun sering di tanggapi (direspon) oleh manusia
sebagai berkah dan nikmat atau kasih sayang Allah kepadaNya. Pada aspek kebaikan
itulah justru manusia sering lupa bahwa itu adalah ujian. Pada situasi
sepertiitu kita ering lalai untuk mengingat Allah karena terbuai oleh
kesenangan dunia. Padahal
justru pada saat menerima nikmat karunia kebaikan itulah kita harus menyadari
bahwa dibalik kebaikan tersebut terdapat ujian. Antara lain tipu daya syaithon yang
akan dengan mudah membuat kita lalai mengingat Allah. Karena waktu luang, tubuh
sehat dan fasiltas lengkap disertai uang yang berlebih akan senantiasa
mendorong hawa nafsu kita untuk mencari kesenangan dunia dan kepuasan hati.
Ahirnya kita seringkali lupa dan lalai untuk beribadah kepada Allah.
Sebagaimana sudah dikemukakan di
muqoddimah bahwa nabi bersabda “ ada dua kenikmatan yang sering menipu
manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang ”. Agar kita tidak tertipu maka gunakanlah “kesehatan”
dan ‘waktu luang’ hanya untuk beribadah ( taat dan patuh
) berserah diri hanya kepada Allah sesuai dengan tujuan penciptaan manusia oleh
Allah yaitu hanya untuk “mengabdi” dalam arti rela
diberlakukan apa saja dan rela untuk melakukan apa saja yang
diperintahNya dan rela meninggalkan apa saja yang dilarangNya
itulah bentuk “pengabdian atau ibadah kepada Allah“. Allah
berfirman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاّ لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku. ( Qs.51:56 ).
Demikian kajian tentang “ SEHAT BUKAN PENDERITAAN TETAPI
KARUNIA ALLAH UNTUK MENGHAPUS DOSA “. Semoga saudara saudara seaqidah
yang sedang sakit dapat merubah paradigma yang selama ini tidak sesuai dengan
syaria’t Allah menjadi sesuai dengan rencana yang telah Allah ditetapkan
dalam “ catatan Allah yang terpelihara ” ( LAUHUL MAHFUDZ
) jauh 50.000 tahun sebelum langit dan bumi serta isinya di ciptakan.
Untuk
menutup kajian ini marilah kita memuji
dan memohon ampun serta mengembalikan semua perkara kita kepada Allah Azza wa
jalla.
سبحنك اللهم بحمد ك اشهد
ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك
Maha suci Allah ilah kami, segala pujian
milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di abdikan/diibadati kecuali
Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.
ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar