Jumat, 03 Oktober 2014

BERAMAL SHOLIH , BERSYUKUR DAN BERSABAR SAMPAI MATI



BERAMAL SHOLIH , BERSYUKUR DAN BERSABAR SAMPAI MATI

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم

ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ر انفسنا و من سيا ت  ا عما لنا من يهد لله فلا مضلل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له- اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو  مد  ين                                                                               
                                       
Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.  Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.

فاان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم  و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و  كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر                                                                                                                                                 
Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri.       ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Qs.4:1 )

263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

و قل الله تعل في ا لقران لكر يم    

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم                
ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                                                            
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.”  ( Qs.33:70-71)

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini kita masih dianugerahi nikmat kesehatan  dan kesempatan untuk melakukan  tholabul ilmi dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw. Tidak lupa kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir. Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.




ISI KEHIDUPAN YANG DIHADAPI MANUSIA DI DUNIA

Dalam kehidupan ini tidak ada satu pun manusia yang tidak megalami ujian, cobaan berupa mushibah dan berbagai kejadian yang tidak menyenangkan, merugikan secara material, mengecewakan dan sebagainya. Terlebih ujian yang di alami para nabi, orang orang shidiq, orang orang sholih dan para syuhada yang pasti  sudah di jamin surga oleh Allah s.w.t.

Sudah kita ketahui dan sadari bahwa hidup adalah penuh ujian. Hanya orang yang tidak beriman saja yang tidak mendapat ujian. Allah berfirman.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? ( Qs.29:2 ).

Berkaitan dengan ayat diatas perhatikan juga sabda rosulullah s.a.w berikut ini.

اشد الناس بلاء النباء- شم الصالحون- شم الامشل يبتلى الرجل على حسب دينه فان كان فى دينه صلا بة زيد له فى البلاء

“ Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi kemudian orang orang sholih, kemudian manusia dibawahnya, lalu yang dibawahnya lagi. Seorang menerima cobaan selaras dengan Addin nya ( dalam arti sempit agamanya ). Jika Addinnya kuat ( dalam arti sempit agamanya )  maka ditambahlah cobaan untuknya”

Oleh karena itu tidak ada manusia yang tidak mendapatkan ujian. Namun besar kecil atau ringan beratnya ujian yang diterima manusia sangat tergantung pada imannya ( agamanya ) masing masing.

Kita sebagai manusia tidak hanya di uji seperti yang telah dikemukakan diatas. Tetapi kita juga diuji untuk menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Allah s.w.t. Singkatnya hidup kita seluruhnya adalah ujian. Allah berfirman.

1). Allah menguji manusia dalam hidup dan mati untuk mengetahui perbuatan baik ( amal sholih ) manusia.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

( Allah ) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( Qs.67:2 ).

2). Semua yang diciptakan Allah di bumi adalah untuk menguji  manusia    
     agar Allah dapat mengetahui siapa yang paling  baik perbuatannya (amal
    sholih).

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. ( Qs.18:7 )

3). Allah menguji hidup manusia melalui perintah dan laranganNya.

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1536] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. ( Qs.76:2 )

[1535]. Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan

4. Manusia dicoba Allah dengan ketakutan, kekurangan  dan kelaparan.   

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( Qs.2:155 ).

5). Karunia kebaikan dan keburukan juga ujian untuk manusia.

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.      ( Qs.21:35 ).

Salah satu jenis ujian dalam bentuk kebaikan yang dikaruniai Allah kepada manusia adalah berlimpahnya harta, kesehatabn yang prima dan waktu luang. Namun sangat sedikut manusia yang menyadari bahwa berlimpahnya harta, kesehatan priman dan waktu luang (kesempatan) itu adalah ujian. Bahkan manusia menganggapnya sebagai kemulyaan tapi sebaliknya apabila disempitkan rizqinya manusia berkecil hati, sebagaimana firman Allah berikut ini.

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ - وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun manusia apabila Robbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Robbku telah memuliakanku".
Adapun bila Robbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Robbku menghinakanku"[1576]. ( Qs.89:15-16 )

[1575]. Maksudnya ialah : Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.

Sesungguhnya masih banyak lagi jenis ujian dan cobaan dalam bentuk berbagai mushibah yang ditimpakan Allah kepada manusia namun sebagai sample, lima ayat diatas kiranya cukup untuk mewakili contoh dari beberapa ujian yang di alami manusia.

Setelah Allah memberitahu manusia bahwa seluruh hidup manusia adalah ujian dan cobaan dalam berbagai bentuk maka selanjutnya Allah juga memberi tahu, apa tujuan dari ujian itu. Yaitu agar manusia beramal sholih. Lalu Allah juga memberi tahu manusia bahwa ujian itu harus di jawab tidak hanya dengan amal sholih tapi juga harus disertai dengan kesabaran sebagai solusi dari kehidupan sebagaimana ayat diatas dan uraian dibawah ini. Menurut ayat di atas ( Qs.2:155 ) bahwa orang orang sabar akan mendapat berita gembira.

Apa berita gembiranya itu ?.

Selain menghadapi mushibah pada ayat 155 surat Al Baqoroh diatas, maka dalam hal apa saja manusia harus bersabar.

Allah memerintah manusia untuk bersabar dalam menjalankan ketetapan Allah, yaitu dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ

Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Robmu    ( Qs.76:24 )

Allah memberi imbalan atau pahala yang tidak terbatas pada manusia yang sabar.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )
                                                         
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".    ( Qs.14:7 )

Ikhwan fiddin rohimakumullah,

Sebagaimana ayat di atas bahwa Allah telah menjanjikan kabar gembira dan pahala yang tidak terbatas kepada manusia yang bersikap sabar dan juga bersyukur sebagai sikap pengimbang dari sabar.

BERSABAR DAN BERSYUKUR

Nampaknya perbuatan hati yang bernama sabar ini bukanlah hal yang sepele dan tidak mudah pula untuk dilaksanakan oleh setiap orang. Sabar seharusnya adalah suatu sifat yang melekat pada manusia. Bukan seperti tim ad hoc yang di gunakan pada saat diperlukan saja. Karena sabar adalah suatu sifat ( character ) maka secara kejiwaan ( psikologis ) tidak dapat terbentuk seketika melainkan melalui proses. Kita mengetahui bahwa sifat ( character ) itu terbentuk karena kebiasaan ( habit ). Kebiasaan ( habit ) itu terbentuk karena adanya perbuatan yang terjadi berulang terus menerus ( reguler action ). Begitu juga dengan terbentuknya sifat sabar pada diri manusia. Dimulai dari perbuatan (action), kemudian perbuatan itu dilakukan berulang ulang ( reguler action ) sehingga menjadi kebiasaan ( habit ). Kemudian kebiasaan itu menetap menjadi sikap dan sifat ( karakter ). Meski demikian tidak dapat di ingkari bahwa sifat sabar bisa  juga merupakan anugerah Allah pada seseorang sejak dia dilahirkan.

Bagaimana orang yang sabar menurut Allah ?. Allah berfirman.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101]. ( Qs.2:156 )

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunahkan menyebutnya pada saat ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Apa berita gembira dari Allah kalau kita bersikap sabar ?.    

Sabar sebagai suatu solusi dalam bentuk sikap menahan diri dari berbuat atau tidak berbuat sesuatu, memiliki manfaat atau keutamaan keutamaan sebagaimana ayat berikut ini yang merupakan ayat lanjutan dari ayat definisi orang yang sabar. Allah berfirman.

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rob mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.             ( Qs.2:157 )

Dengan sabar maka menurut firman Allah diatas maka kita akan memperoleh  Keberkatan yang sempurna, Rahmat dan Petunjuk ( hidayah ).

Kriteria capaian yang diperoleh dari sikap sabar itu memang bukan suatu yang kuantitatif, materialistik dan keduniaan. Tetapi nilainya melebihi semua nilai yang ada di dunia ini, karena hanya akan dapat dirasakannya kelak di akhirat nanti. Oleh karena itu berbeda dan tidak sama dengan ukuran ukuran manfaat atau kenikmatan yang ada di dunia ini. Karena semua kenikmatan di akhirat itu adalah sesuatu yang tidak pernah ada didunia ini bahkan terlintas difikiran kita pun tidak. Satu satu capaian dari sabar yang bisa kita lihat hasilnya di dunia ini adalah memperopleh petunjuk ( hidayah ).
Dengan hidayah yang kita miliki, kita semakin mudah memamahi dinul islam dan mudah pula melaksanakan semua perintah dan larangan Allah dan yang paling bermanfaat adalah mempunyai FURQON. Yaitu mampu membedakan antara yang HAQ dan yang BATHIL menurut syaria’t Allah. Dengan hidayah itu maka hidupnya berorientasi pada akhirat. Kalau masih berat cintanya pada dunia dan berat pula melaksanakan semua perintah dan laranganNya adalah tanda bahwa hidayah belum dimilikinya. Allah berfirman.

فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk Addin ) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya [503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit. Seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. ( Qs.6:125 ).

[503]. Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkaran nya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, kare na mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadi kan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.

Sehubungan dengan ayat di atas nabi saw menjelaskan melalui hadits berikut ini.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa rosulullah saw bersabda.

 فمن يرد الله ان يهديه يشره صد ره للاسلا م " قا لوا يا رسو لالله و كيف يشره صد ر ه : قال: يدحل فيه النور فينفسه" قالوا: وهل لذ لك علا مة يا رسولالله " قال: التجا فى عن دار الغرور و الاء نا بة الى د رالخلود والاستعداد للموت قبل ان ينزل الموت

“ Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah  untuk diberinya petunjuk
( hidayah ) maka Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam.”
Para sahabat bertanya : “ Wahai rosulullah bagaimana Allah melapangkan dadanya?
Beliau saw menjawab: “ Cahaya masuk kedalam dadanya sehingga dia merasa lapang ”.
Sahabat bertanya lagi : “ Apakah hal itu ada tandanya “?
Beliau saw bersabda : “ Tandanya ialah menghindari negeri tipuan ( dunia ), kembali ke negeri keabadian ( akhirat ) dan mempersiapkan diri untuk meghadapi kematian sebelum kematian itu datang “

Melalui firman firmanNya dalam Al Quran maupun hadits rosulullah, Allah tidak hanya menguji tetapi sekaligus juga memberi bimbingan untuk mengatasi ujian itu sendiri seperti pada ayat 153 surat Al Baqoroh ( sabar dan sholat ) yang kemudian dirinci pada Al Qura’n ayat 157 surat yang sama, yaitu keuntungan keuntungan dari sabar sebagaimana diuraikan diatas.
Seorang ulama besar murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yaitu Ibnu Qoyyim rohimahullah mengelompokan sikap sabar itu dalam tiga kondisi sabar antara lain.
“Sesungguhnya sabar terbagi tiga;
-      sabar dalam berbuat taat
-      sabar dalam menahan diri dari maksiat
-      sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.
Pertama, ketika kita melaksanakan ketaatan dalam bentuk ibadah kepada Allah diperlukan kesabaran. Misalnya ketika sholat kita harus sabar. Allah berfirman tentang sabar dalam menjalankan perintah dan laranganNya ( ketetapan Allah ).
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Robbmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka  ( Qs.76:24 )
Misalnya, jika kita tidak sabar dalam melaksanakan sholat ( tergesa gesa ) maka sholat tersebut bisa jadi tidak sempurna dan dapat terjerumus pada kelalaian seperti di sinyalir dalam surat Al Mau’n berikut ini.
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ - الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, ( Qs.107:4-5 ).

Begitulah akibat jika kita sholat tidak sabar ( tergesa gesa ) atau ingin cepat selesai. Celaka dalam ayat diatas tidak dirasakan selama didunia ini saja seperti melakukan perbuatan keji dan munkar tetapi akan dirasakan juga di akhirat nanti dalam bentuk azab di neraka. Karena hakekatnya sholat itu adalah agar manusia dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Jika perbuatan keji dan munkar itu masih dilakukan manusia berarti sholatnya tidak memberi buah, sebagai akibat dari lalai dalam sholatnya itu. Sedangkan azabnya di neraka sebagai perbuatan keji dan munkar sedangkan perbuatan keji dan munkar itu juga akibat lalai dalam sholat tersebut. Allah berfirman.


إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Qs.29:45 ).

Kedua, kesabaran juga diperlukan pada saat kita menahan diri dari berbuat maksiyat ( menghindari maksyiyat ). Tanpa kesabaran maka sangat gampang kita terjerumus dalam berbagai kemaksiyatan.
Pengertian maksiyat disini bukan hanya minum khamar, berjudi, berzina, mencuri atau merampok, makan uang riba, berghibah dan semacamnya. Tetapi adalah semua perbuatan yang tidak mentaati, tidak mematuhi, durhaka, ingkar atau pembangkangan kepada Allah. Itulah makna makshiyat.

Misalnya kita memalingkan hati dari Al Qura’n, tidak melakanakan isi Al Qura’n tetapi hanya dipelajari cara membacanya dan diperindah bacaannya saja. Atau menganggap Qura’n kuno tidak sesuai dengan jaman. Atau menganggap Al Qura’n hanya dongeng. Padahal dengan pemahaman yang benar kita semakin mengetahui bahwasanya banyak isi Al Quran yang berupa perintah dan larangan ( bukan hanya rukun islam yang lima ).
Jadi kalau kita memalingkan hati dari Al Qura’n sama juga dengan mengabaikan perintah dan larangan Allah. Ini adalah sikap yang berpotensi ingkar kepada Allah (kufur). Sikap memalingkan diri dari peringatan Allah (Al Qura’n ) mengandung resiko yang besar selama hidup di dunia ini sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku ( Al Qura’n ), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Qs.20:124)

Tentunya peringatan Allah itu hanya bisa kita ketahui melalui Al Qura’n. Karena manusia tidak mungkin berdialog langsung ( secara fisik ) tatap muka dengan Allah untuk mengetahui larangan dan perintahNya tersebut. Kita juga tidak bisa bertemu nabi s.a.w saat ini dan sampai hari kiyamat nanti untuk bertanya sesuatupun. Oleh karena itu untuk menghindari maksiyat kepada Allah dan rosulNya serta agar tidak berpaling dari peringatan Allah yang berupa perintah dan laranganNya yang ada di dalam AlQura’n itu maka mencari tahu perintah dan larangan Allah itu juga memerlukan kesabaran melalui proses pembelajaran di majlis majlis ta’lim..

Keiga, selain perintah dan larangan Allah yang harus kita hadapi dengan kesabaran maka mushibah pun ( takdir buruk ) harus kita terima dengan sabar sebagaimana tuntunan yang diberikan Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 155 diatas.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Disamping bersabar maka untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup manusia Allah memerintahkan juga bersyukur ketika mengalami peristiwa yang baik, secara moril maupun materil. Karena semua itu karunia nikmat yang Allah berikan kepada kita. Allah berfirman.

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( Qs.14:7 )
                                                                                                            
APA MUSHIBAH ITU ?.

Mushibah adalah sebuah peristiwa yang mengecewakan, merugikan, tidak menyenangkan, atau berbedanya harapan dengan kenyataan yang dapat menimbulkan kerugian moril atau materil sekecil  apapun pada waktu tertentu. Sepintas lalu mushibah mirip dengan definisi masalah yang di hadapi manusia.

Sebagai contoh, seseorang yang akan pergi kesuatu tempat untuk merima uang hadiah Rp 1 milyar di tempat yang telah dijanjikan oleh pihak pemberi, di malam tertentu pada jam tertentu dengan syarat harus tepat waktu dan tidak boleh terlambat berapa menitpun.

Ternyata di waktu yang telah ditentukan dia menghadapi hujan lebat dan kemacetan yang tidak di duga duga pada jalan yang dilaluinya. Pada saat itu si calon penerima hadiah tersebut memperkirakan akan terjadi keterlambatan dan berarti melanggar syarat yang ditetapkan oleh pemberi hadiah. Pada saat itu pula si calon penerima hadiah mengumpat pada dirinya sendiri  ”sialan, macet lagi” atau ”sialan, hujan lagi”. Dalam kasus ini ternyata peristiwa mushibah itu telah di ”umpat” atau dikutuki ”sial”. Padahal dalam Al Qura’n Allah mengatakan bahwa tidak satupun peristiwa di bumi dan juga atas diri manusia melainkan telah tertulis di LAUHUL MAHFUDZ. Artinya semua kejadian diciptakan Allah. Jadi kalau kita mengumpat dan mengutuki sebuah peristiwa berarti kita berbuat maksiyat kepada Allah.

Jadi sebesar dan sekecil apapun peristiwa yang tidak menyenangkan dan megecewakan kita sehingga menimbulkan kerugian moril maupun materil maka kita harus ridho sambil menyerahkan atau mengembalikannya semua kepada Allah sebagaimana ayat 155 surat Al Baqoroh diatas tadi.

Rosulullah banyak berpesan kepada umatnya untuk bersikap sabar karena hal itu banyak keutamaan dan manfaatnya dan juga bersyukur untuk merespon karunia nikmat dariNya. Nabi bersabda :

عجبالامرالموء من ان امره كله له خير و ليس ذلك لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له

Sungguh mengherankan perkara orang muslim itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka itu menjadi baik baginya. Dan apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya ”. (HR MUSLIM dari Abu Yahya Shuaib Ibnu Sinan ).

Perhatikan hadits diatas bahwa ujung ujungnya semua yang dialami seorang MUSLIM YANG MU’MIN apakah itu kegembiraan (kebaikan) maupun kesengsaraan (keburukan) adalah selalu baik. Tentunya dengan kondisi atau syarat tertentu. Yaitu apakah dia  puas (ridho)  menerima  karunia nikmat ( taqdir baik ) maupun kemudhorotan ( taqdir buruk ). Apabila disikapi dengan iman dalam bentuk bersyukur saat menerima taqdir baik atau bersabar pada saat menerima taqdir buruk maka semuanya berujung pada sesuatu yang baik.

Semua anugerah ( kenikmatan ) dan cobaan ( kemudhorotan ) yang akan diterima manusia pada dasarnya telah diukur Allah sesuai dengan kapasitas dan kekuatan masing masing hambaNya. Allah berfirman.

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
( Qs.2:286 ).

Nabi juga bersabda.
 ان عظم الجزاء مع عظم البلاء

“Sesungguhnya besarnya balasan pahala ikut ( tergantung pada ) besarnya bala ( cobaan )” (  HR At Tarmidzi derajat Hadits Hasan ).

Namun perlu kita waspadai bahwa ujian atau cobaan itu tidak hanya dalam bentuk keburukan tetapi juga kebaikan berupa berlimpahnya harta, kesehatan prima, waktu luang (kesempatan), tingginya jabatan dan kemasyhuran di mata masyarakat semua itu juga ujian. Justru ujian seperti inilah yang seringkali kita gagal untuk mengatasinya. Allah berfirman.

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.       ( Qs.21:35 ).

Pada ayat di atas disebutkan bahwa cobaan yang diberikan Allah kepada manusia tidak hanya keburukan tetapi juga kebaikan. Dengan cobaan dalam bentuk kebaikan ini (ujian yang sebenar benarnya). Misalnya harta berlimpah (dengan berbagai fasilitas kehidupan ), kesehatan prima, waktu luang yag banyak, jabatan tinggi, dihormati orang banyak dan termasyhur ( dikenal banyak orang ). Maka dengan kondisi seperti itu justru kita menganggap Allah telah memberkahi dan menyayangi kita. Akhirnya kita malas , lalai dan lupa untuk mentaati, mematuhi perintah dan laranganNya serta meninggalkan beribadah kepada yang memberikan semua itu.

Bandingkan jika kita menerima keburukan berupa kesulitan rizqi, sakit yang berkepanjangan atau bangkrut alias pailit hingga yang dimilikinya tinggal hanya satu stel baju yang di badan dan rumah yang sudah reyot, bocor dan usang. Maka dalam kondisi seperti itu kiranya lebih mudah kita menyadari dan menginsafi kesalahan dan dosa dosa kita dibanding kalau kita sedang memperoleh kebaikan seperti contoh diatas tadi. Allah berfirman tentang sikap manusia apabila diberi kebaikan atau keburukan sebagai berikut.

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ

Adapun manusia apabila Robbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Robbku telah memuliakanku". ( Qs.89:15 )

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun bila Robbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Robbku menghinakanku"[1576]. ( Qs.89:16 ).

[1576]. Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.

PERBUATAN BAIK ( AMAL SHOLIH ) ADALAH JAWABAN MANUSIA ATAS UJIAN DAN COBAAN ALLAH

Pada awal kajian diatas tadi terdapat beberapa ayat tentang ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepada manusia. Dari setiap ayat tentang ujian dan cobaan itu selalu di akhiri dengan kata kata ” agar Kami mengetahui siapa yang baik amalnya atau perbuatannya ”.
Tapi apakah semua perbuatan baik manusia diterima Allah ?. Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan tesebut kita tidak perlu bersusah payah mencarinya karena Allah melalui rosulullah s.a.w telah memberi kita tuntunan sebagai berikut.

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika pelaku amal/perbuatan itu ikhlas (murni) dan hanya mencari keridhoaan Allah semata mata dengan amal perbuatannya itu “. ( HR. Nasai’ ).

Jadi disamping niat, perbuatan baik itu ( amal sholih ) akan diterima Allah jika didasari oleh keikhlasan (murni untuk beribadah kepada Allah) dan hanya mencari ridho Allah. Tentu untuk mencapai hati yang ridho ( puas ) hanyalah bisa dilakukan oleh orang orang yang beriman.

Mengapa niat di jadikan syarat di terimanya perbuatan baik ( amal sholih ). Hal ini didasarkan pada hadits nabi s.a.w. berikut ini.

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

"Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya ”. ( HR MUSLIM dari Umar r.a. ).

Apakah berbuat baik cukup dengan niat saja ?. Kalau kita amati bahwa sebenarnya niat baik itu adalah juga sebuah perbuatan, yaitu perbuatan hati. Sesuatu perbuatan baik seorang muslim secara jasmaniah atau lahiriah (amal sholih) sudah seharusnya terkait dengan perbuatan hatinya, yaitu iman. Karena seutama utama perbuatan itu adalah iman sebagaimana hadits berikut ini.

افضل الاعما ل ايما ن باالله

Seutama utama perbuatan ( amal ) ialah beriman kepada Allah “ (HR BUKHARI).

Maksud perbuatan pada hadits ini lebih kepada perbuatan hati.

Lalu apa iman itu. Hadits berikut mendeinisikan iman sbb:

 الا يما ن عقد با لقلب و قو ل با لسا ن و عمل با لا ركا ن

“ Iman itu adalah di ikat/yakini dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah dan dilaksanakan dengan perbuatan /praktek ( dengan anggota badan ) “ ( HR MUSLIM dari IBNU HIBBAN ).

Perbuatan hati dalam bentuk niat hanya Allah yang mengetahui, sedangkan perbuatan secara jasmaniah diketahui oleh Allah dan juga oleh malaikat.
Karena salah satu tugas malaikat adalah mencatat perbuatan ( amal ) manusia seperti telah dijelaskan pada ayat 11 surat Arrad.

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
( Qs.13:11 ).

[767]. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.

[768]. Allah tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak MEROBAH SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN MEREKA.

Jadi suatu perbuatan yang tidak terikat dengan hati biasanya disebut “perbuatan setengah hati“ alias tidak serius atau tidak sungguh sungguh. Demikian juga dalam hal perbuatan baik ( amal sholih ). Bila tidak terikat dengan hati, maka ibadah atau perbuatannya itu ngelantur kemana mana. Allah menyebutnya sebagai “lalai”. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

mereka mempunyai HATI, tetapi TIDAK DIPERGUNAKANNYA UNTUK MEMAHAMI (AYAT-AYAT ALLAH) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.( Qs.7:179 )

Iman disamping sebagai cetak biru yang dilakukan oleh hati juga harus dilisankan lalu di praktekan dengan seluruh anggota badan. Bolehlah kita menyebut iman itu sebagai tiga  perbuatan untuk satu tujuan atau three in one. Yaitu satu kata tapi diwujudkan dalam tiga perbuatan oleh hati, oleh lidah dan oleh anggota badan.

Ukuran kualitas dari pekerjaan hati yang terkait dengan perbuatan baik ( amal sholih ) adalah IKHLAS. Banyak orang menyamakan arti ikhlash dengan rela. Rela adalah asli bahasa Indonesia yang maknanya secara umum tidak keberatan. Sedangkan ikhlash berasal dari bahasa arab yang akar katanya ”kholis”. Secara traditional kata kata ini digunakan dikalangan para pemerah susu hewan di Arab yang menghasilkan susu murni, mereka menyebut susu murni itu dengan  kholish. Dalam konteks syari’, kata ”ikhlash” yang akar katanya ”kholish” itu bermakna memurnikan peribadatan hanya karena Allah. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

” mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi (ibadah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan  kepada-Nya dalam (menjalankan) din yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Din yang lurus”. (Qs. 98:5.)

[1595]=[201]. Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan
Perhatikan kata mukhlishina مُخْلِصِينَ diartikan sebagai “memurnikan ketaatan”. Mukhlisina adalah kata bentukan dari kata “ikhlash” yang terdiri dari huruf kho, lam, dan shot dan ditambah huruf ya dan nun.  Karena merupakan kata benda bentukan maka berubah dengan menambah huruf “mim” didepannya.
Dan karena jamak di tambah dengan huru “ya” dan “nun”. Dengan demikian kata “rela” tidak sama dengan kata “ ikhlash “. Kami ulangi lagi bahwa makna kata ikhlash adalah murni ditujukan untuk Allah dan hanya karena Allah.

Berdasarkan definisi ikhlash ini kita bisa menimbang apakah perbuatan atau amal yang kita lakukan itu ikhlash atau sekedar rela. Atau kita juga bisa mengamati perbuatan perbuatan yang dilakukan manusia lainnya dan masyarakat pada umumnya, apakah sudah ikhlash dalam beriman kepada Allah?. Karena perbuatan baik yang tidak dilakukan atas dasar iman kepada Allah sia sia atau seperti fatamorgana sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاء حَتَّى إِذَا جَاءهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya[1042]. ( Qs.24:39 ).

Ayat lain mengatakan bahwa amal orang kafir itu seperti debu yang tidak berarti dan tidak memberi manfaat sedikitpun bagi mereka. Bahkan Allah menyatakan perbuatan mereka adalah kesesatan yang nyata. Seperti ayat berikut in .

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ

Orang-orang yang kafir kepada Robnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. ( Qs.14:18 )

Jadi jelas bahwa perbuatan baik ( amal sholih ) yang dapat diterima Allah adalah yang didasari IMAN kepada Allah, NIAT YANG MURNI ( ikhlash ) KARENA ALLAH dan semata mata MENCARI RIDHO ALLAH.

Dalam kerangka menjalani hidup di dunia ini maka perbuatan baik ( amal sholih ) dan sabar yang harus kita laksanakan sampai mati itu adalah sebagai jawaban kita kepada Allah atas semua ujian dan cobaan maupun mushibah yang diberikanNya kepada kita.

Ikhwan fiddin rohimakumullah,

Demikianlah secuil kajian kita tentang amal sholih dan sabar yang senantiasa niscaya harus kita lakoni sepanjang usia kita yang singkat ini. Selanjutnya kami sebagai penyampai materi kajian meminta maa’f yang sebesar besarnya atas kebodohan kami melakukan kesalahan kepada jama’ah ikhwan fiddin semua.

Namun kami berharap kepada Allah s.w.t semoga mengampuni kami atas pentadhaburan ayatNya yang singkat dan tidak semopurna ini dapat memberi manfaat khyususnya pada kami sebagai penyaji khususnya dan dan kepada ikhwan fiddin sekalian. Semoga juga Allah membuka pintu hidayahNya seluas langit dan bumi kepada kita semua. Amin

Untuk menutup kajian kita ini marilah kita menyucikan dan memuji Allah serta memohon ampun untuk kembali ( taubat ) kepada Allah Azza wa jalla.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته