BERAMAL SHOLIH , BERSYUKUR DAN BERSABAR SAMPAI MATI
بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با
اللة من سر و ر انفسنا و من سيا ت ا عما
لنا من يهد لله فلا مضلل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و
اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له- اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد ين
Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami
memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan
kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan
kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat
menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk.
Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku
bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan
salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang
istiqomah hingga hari qiyamat.
فاان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و
حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر
Sesungguhnya
perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar
adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam
peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan
setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته
و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
Wahai orang orang yang beriman betaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam
keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan
Muslim ) (
Qs.3:102 )
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Qs.4:1 )
263]. Maksud dari padanya menurut
jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan
hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s.
diciptakan.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر
يم
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم
ويغفر لكم ذ نوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan ( sukses ) yang besar.” ( Qs.33:70-71)
Maa’syarol
muslimin rohimakumullah.
Alhamdulillah,
puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini
kita masih dianugerahi nikmat kesehatan
dan kesempatan untuk melakukan
tholabul ilmi dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Allah swt dan hadits
rosulullah saw. Tidak lupa kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar
saw dan rosul terakhir. Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang
menjadi suri tauladan bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para
sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.
ISI KEHIDUPAN
YANG DIHADAPI MANUSIA DI DUNIA
Dalam
kehidupan ini tidak ada satu pun manusia yang tidak megalami ujian,
cobaan berupa mushibah dan berbagai kejadian yang tidak
menyenangkan, merugikan secara material, mengecewakan dan
sebagainya. Terlebih ujian yang di alami para nabi, orang orang shidiq,
orang orang sholih dan para syuhada yang pasti sudah di jamin surga oleh Allah s.w.t.
Sudah kita
ketahui dan sadari bahwa hidup adalah penuh ujian. Hanya orang yang tidak
beriman saja yang tidak mendapat ujian. Allah berfirman.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? ( Qs.29:2 ).
Berkaitan dengan ayat diatas
perhatikan juga sabda rosulullah s.a.w berikut ini.
اشد الناس بلاء النباء- شم الصالحون- شم الامشل
يبتلى الرجل على حسب دينه فان كان فى دينه صلا بة زيد له فى البلاء
“ Manusia yang paling berat cobaannya ialah
para nabi kemudian orang orang sholih, kemudian manusia dibawahnya, lalu yang
dibawahnya lagi. Seorang menerima cobaan selaras dengan Addin nya ( dalam arti
sempit agamanya ). Jika Addinnya kuat ( dalam arti sempit agamanya ) maka ditambahlah cobaan untuknya”
Oleh
karena itu tidak ada manusia yang tidak mendapatkan ujian. Namun besar
kecil atau ringan beratnya ujian yang diterima manusia sangat tergantung pada
imannya ( agamanya ) masing masing.
Kita
sebagai manusia tidak hanya di uji seperti yang telah dikemukakan diatas. Tetapi
kita juga diuji untuk menjalankan perintah dan menjauhkan
larangan Allah s.w.t. Singkatnya hidup kita seluruhnya adalah ujian.
Allah berfirman.
1). Allah
menguji manusia dalam hidup dan mati untuk mengetahui perbuatan baik ( amal
sholih ) manusia.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
( Allah ) Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( Qs.67:2 ).
2). Semua yang diciptakan Allah di bumi
adalah untuk menguji manusia
agar Allah dapat mengetahui siapa yang
paling baik perbuatannya (amal
sholih).
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً
لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di
bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara
mereka yang terbaik perbuatannya. ( Qs.18:7 )
3).
Allah menguji hidup manusia melalui perintah dan laranganNya.
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ
أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1536]
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. ( Qs.76:2 )
[1535].
Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan
4. Manusia dicoba
Allah dengan ketakutan, kekurangan dan
kelaparan.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ
وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. ( Qs.2:155 ).
5).
Karunia kebaikan dan keburukan juga ujian untuk manusia.
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. ( Qs.21:35 ).
Salah
satu jenis ujian dalam bentuk kebaikan yang dikaruniai Allah kepada manusia
adalah berlimpahnya harta, kesehatabn yang prima dan waktu luang. Namun
sangat sedikut manusia yang menyadari bahwa berlimpahnya harta, kesehatan
priman dan waktu luang (kesempatan) itu adalah ujian. Bahkan manusia
menganggapnya sebagai kemulyaan tapi sebaliknya apabila disempitkan rizqinya
manusia berkecil hati, sebagaimana firman Allah berikut ini.
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ
وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ - وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ
فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
Adapun
manusia apabila Robbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Robbku telah
memuliakanku".
Adapun
bila Robbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Robbku
menghinakanku"[1576]. ( Qs.89:15-16 )
[1575]. Maksudnya ialah : Allah
menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu
kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat
15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi
hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya
masih banyak lagi jenis ujian dan cobaan dalam bentuk berbagai mushibah yang
ditimpakan Allah kepada manusia namun sebagai sample, lima ayat diatas kiranya
cukup untuk mewakili contoh dari beberapa ujian yang di alami manusia.
Setelah
Allah memberitahu manusia bahwa seluruh hidup manusia adalah ujian dan cobaan
dalam berbagai bentuk maka selanjutnya Allah juga memberi tahu, apa tujuan dari
ujian itu. Yaitu agar manusia beramal sholih. Lalu Allah juga
memberi tahu manusia bahwa ujian itu harus di jawab tidak hanya dengan amal
sholih tapi juga harus disertai dengan kesabaran sebagai solusi dari kehidupan
sebagaimana ayat diatas dan uraian dibawah ini. Menurut ayat di atas ( Qs.2:155
) bahwa orang orang sabar akan mendapat berita gembira.
Apa berita gembiranya itu ?.
Selain
menghadapi mushibah pada ayat 155 surat Al Baqoroh diatas, maka dalam hal apa
saja manusia harus bersabar.
Allah
memerintah manusia untuk bersabar dalam menjalankan ketetapan Allah,
yaitu dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ
Maka bersabarlah
kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Robmu ( Qs.76:24 )
Allah memberi imbalan atau
pahala yang tidak terbatas pada manusia yang sabar.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم
بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
( Qs.14:7 )
Ikhwan fiddin rohimakumullah,
Sebagaimana ayat di atas bahwa
Allah telah menjanjikan kabar gembira dan pahala yang tidak terbatas kepada
manusia yang bersikap sabar dan juga bersyukur sebagai sikap pengimbang dari
sabar.
BERSABAR
DAN BERSYUKUR
Nampaknya perbuatan hati yang
bernama sabar ini bukanlah hal yang sepele dan tidak mudah pula untuk dilaksanakan
oleh setiap orang. Sabar seharusnya adalah suatu sifat yang melekat pada
manusia. Bukan seperti tim ad hoc yang di gunakan pada saat
diperlukan saja. Karena sabar adalah suatu sifat ( character ) maka
secara kejiwaan ( psikologis ) tidak dapat terbentuk seketika
melainkan melalui proses. Kita mengetahui bahwa sifat ( character ) itu
terbentuk karena kebiasaan ( habit ). Kebiasaan ( habit ) itu terbentuk
karena adanya perbuatan yang terjadi berulang terus menerus ( reguler action ).
Begitu juga dengan terbentuknya sifat sabar pada diri manusia. Dimulai
dari perbuatan (action), kemudian perbuatan itu dilakukan berulang ulang (
reguler action ) sehingga menjadi kebiasaan ( habit ). Kemudian
kebiasaan itu menetap menjadi sikap dan sifat ( karakter ). Meski
demikian tidak dapat di ingkari bahwa sifat sabar bisa juga merupakan anugerah Allah pada seseorang
sejak dia dilahirkan.
Bagaimana
orang yang sabar menurut Allah ?. Allah berfirman.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ
قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101].
( Qs.2:156
)
[101].
Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.
Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah).
Disunahkan menyebutnya pada saat ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Apa berita
gembira dari Allah kalau kita bersikap sabar ?.
Sabar sebagai suatu solusi
dalam bentuk sikap menahan diri dari berbuat atau tidak berbuat sesuatu,
memiliki manfaat atau keutamaan keutamaan sebagaimana ayat berikut ini yang
merupakan ayat lanjutan dari ayat definisi orang yang sabar. Allah
berfirman.
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Rob mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.
( Qs.2:157 )
Dengan sabar maka menurut
firman Allah diatas maka kita akan memperoleh Keberkatan yang sempurna, Rahmat dan Petunjuk
( hidayah ).
Kriteria capaian yang
diperoleh dari sikap sabar itu memang bukan suatu yang kuantitatif,
materialistik dan keduniaan. Tetapi nilainya melebihi semua nilai yang
ada di dunia ini, karena hanya akan dapat
dirasakannya kelak di akhirat nanti. Oleh karena itu berbeda dan tidak
sama dengan ukuran ukuran manfaat atau kenikmatan yang ada di dunia ini.
Karena semua kenikmatan di akhirat itu adalah sesuatu yang tidak pernah
ada didunia ini bahkan terlintas difikiran kita pun tidak. Satu satu capaian
dari sabar yang bisa kita lihat hasilnya di dunia ini adalah memperopleh
petunjuk ( hidayah ).
Dengan hidayah yang kita
miliki, kita semakin mudah memamahi dinul islam dan mudah
pula melaksanakan semua perintah dan larangan Allah dan yang paling
bermanfaat adalah mempunyai FURQON. Yaitu mampu membedakan antara yang HAQ
dan yang BATHIL menurut syaria’t Allah. Dengan hidayah itu maka hidupnya
berorientasi pada akhirat. Kalau masih berat cintanya pada dunia dan
berat pula melaksanakan semua perintah dan laranganNya adalah tanda bahwa
hidayah belum dimilikinya. Allah berfirman.
فَمَن يُرِدِ اللّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ
وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا
يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ
يُؤْمِنُونَ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk Addin )
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya [503],
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit. Seolah-olah ia sedang
mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman. (
Qs.6:125 ).
[503].
Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkaran nya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, kare na mereka itu
ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadi kan nyamuk sebagai
perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.
Sehubungan dengan ayat di atas
nabi saw menjelaskan melalui hadits berikut ini.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa
rosulullah saw bersabda.
فمن يرد
الله ان يهديه يشره صد ره للاسلا م " قا لوا يا رسو لالله و كيف يشره صد ر ه
: قال: يدحل فيه النور فينفسه" قالوا: وهل لذ لك علا مة يا رسولالله "
قال: التجا فى عن دار الغرور و الاء نا بة الى د رالخلود والاستعداد للموت قبل ان
ينزل الموت
“ Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberinya petunjuk
( hidayah ) maka Dia akan melapangkan dadanya
untuk menerima Islam.”
Para
sahabat bertanya :
“ Wahai rosulullah bagaimana Allah melapangkan dadanya?
Beliau
saw menjawab: “
Cahaya masuk kedalam dadanya sehingga dia merasa lapang ”.
Sahabat
bertanya lagi : “ Apakah hal itu ada tandanya “?
Beliau
saw bersabda : “ Tandanya ialah menghindari negeri tipuan ( dunia ), kembali
ke negeri keabadian ( akhirat ) dan mempersiapkan diri untuk meghadapi kematian
sebelum kematian itu datang “
Melalui firman firmanNya
dalam Al Quran maupun hadits rosulullah, Allah tidak hanya menguji tetapi
sekaligus juga memberi bimbingan untuk mengatasi ujian itu sendiri seperti pada
ayat 153 surat Al Baqoroh ( sabar dan sholat ) yang
kemudian dirinci pada Al Qura’n ayat 157 surat yang sama, yaitu keuntungan
keuntungan dari sabar sebagaimana diuraikan diatas.
Seorang ulama besar murid dari Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah yaitu Ibnu Qoyyim rohimahullah mengelompokan sikap sabar itu dalam
tiga kondisi sabar antara lain.
“Sesungguhnya
sabar terbagi tiga;
- sabar
dalam berbuat taat
- sabar
dalam menahan diri dari maksiat
- sabar
tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.
Pertama, ketika kita melaksanakan
ketaatan dalam bentuk ibadah kepada Allah diperlukan kesabaran.
Misalnya ketika sholat kita harus sabar. Allah berfirman tentang
sabar dalam menjalankan perintah dan laranganNya ( ketetapan Allah ).
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ
مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan)
ketetapan Robbmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang
kafir di antar mereka
( Qs.76:24 )
Misalnya,
jika kita tidak sabar dalam melaksanakan sholat ( tergesa gesa ) maka sholat
tersebut bisa jadi tidak sempurna dan dapat terjerumus pada kelalaian
seperti di sinyalir dalam surat Al Mau’n berikut ini.
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ - الَّذِينَ
هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari shalatnya, (
Qs.107:4-5 ).
Begitulah
akibat jika kita sholat tidak sabar ( tergesa gesa ) atau ingin
cepat selesai. Celaka dalam ayat diatas tidak dirasakan selama didunia ini saja
seperti melakukan perbuatan keji dan munkar tetapi akan dirasakan juga di
akhirat nanti dalam bentuk azab di neraka. Karena hakekatnya sholat itu
adalah agar manusia dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Jika
perbuatan keji dan munkar itu masih dilakukan manusia berarti sholatnya tidak
memberi buah, sebagai akibat dari lalai dalam sholatnya itu.
Sedangkan azabnya di neraka sebagai perbuatan keji dan munkar sedangkan
perbuatan keji dan munkar itu juga akibat lalai dalam sholat tersebut. Allah
berfirman.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ
اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (
Qs.29:45 ).
Kedua, kesabaran juga
diperlukan pada saat kita menahan diri dari berbuat maksiyat
( menghindari maksyiyat ). Tanpa kesabaran maka sangat gampang kita
terjerumus dalam berbagai kemaksiyatan.
Pengertian maksiyat disini bukan hanya minum khamar,
berjudi, berzina, mencuri atau merampok, makan uang riba, berghibah dan
semacamnya. Tetapi adalah semua perbuatan yang tidak mentaati, tidak mematuhi,
durhaka, ingkar atau pembangkangan kepada Allah. Itulah makna
makshiyat.
Misalnya kita memalingkan hati dari Al Qura’n,
tidak melakanakan isi Al Qura’n tetapi hanya dipelajari cara membacanya
dan diperindah bacaannya saja. Atau menganggap Qura’n kuno tidak sesuai
dengan jaman. Atau menganggap Al Qura’n hanya dongeng. Padahal dengan pemahaman
yang benar kita semakin mengetahui bahwasanya banyak isi Al Quran
yang berupa perintah dan larangan ( bukan hanya rukun islam yang lima ).
Jadi
kalau kita memalingkan hati dari Al Qura’n sama juga dengan
mengabaikan perintah dan larangan Allah. Ini
adalah sikap yang berpotensi ingkar kepada Allah (kufur). Sikap
memalingkan diri dari peringatan Allah (Al Qura’n ) mengandung resiko yang besar
selama hidup di dunia ini sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku ( Al Qura’n ), maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Qs.20:124)
Tentunya peringatan Allah itu hanya bisa kita ketahui
melalui Al Qura’n. Karena manusia tidak mungkin berdialog langsung (
secara fisik ) tatap muka dengan Allah untuk mengetahui larangan dan
perintahNya tersebut. Kita juga tidak bisa bertemu nabi s.a.w saat ini dan sampai
hari kiyamat nanti untuk bertanya sesuatupun. Oleh karena itu untuk menghindari
maksiyat kepada Allah dan rosulNya serta agar tidak
berpaling dari peringatan Allah yang berupa perintah dan laranganNya yang ada
di dalam AlQura’n itu maka mencari tahu perintah dan larangan Allah itu juga memerlukan
kesabaran melalui proses pembelajaran di majlis majlis ta’lim..
Keiga, selain perintah
dan larangan Allah yang harus kita hadapi dengan kesabaran maka mushibah pun
( takdir buruk ) harus kita terima dengan sabar sebagaimana tuntunan
yang diberikan Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 155 diatas.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar”.
Disamping
bersabar maka untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup
manusia Allah memerintahkan juga bersyukur ketika mengalami
peristiwa yang baik, secara moril maupun materil. Karena semua itu karunia nikmat
yang Allah berikan kepada kita. Allah berfirman.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". ( Qs.14:7 )
APA
MUSHIBAH ITU ?.
Mushibah adalah
sebuah peristiwa yang mengecewakan, merugikan, tidak menyenangkan, atau
berbedanya harapan dengan kenyataan yang dapat menimbulkan kerugian moril atau
materil sekecil apapun pada waktu
tertentu. Sepintas lalu mushibah mirip dengan definisi masalah yang
di hadapi manusia.
Sebagai contoh, seseorang
yang akan pergi kesuatu tempat untuk merima uang hadiah Rp 1 milyar di tempat
yang telah dijanjikan oleh pihak pemberi, di malam tertentu pada jam tertentu
dengan syarat harus tepat waktu dan tidak
boleh terlambat berapa menitpun.
Ternyata di waktu yang telah
ditentukan dia menghadapi hujan lebat dan kemacetan yang tidak di duga duga
pada jalan yang dilaluinya. Pada saat itu si calon penerima hadiah tersebut
memperkirakan akan terjadi keterlambatan dan berarti melanggar syarat yang
ditetapkan oleh pemberi hadiah. Pada saat itu pula si calon penerima hadiah
mengumpat pada dirinya sendiri ”sialan,
macet lagi” atau ”sialan, hujan lagi”. Dalam kasus ini
ternyata peristiwa mushibah itu telah di ”umpat” atau
dikutuki ”sial”. Padahal dalam Al Qura’n Allah mengatakan bahwa tidak
satupun peristiwa di bumi dan juga atas diri manusia melainkan telah tertulis
di LAUHUL MAHFUDZ. Artinya semua kejadian diciptakan Allah.
Jadi kalau kita mengumpat dan mengutuki sebuah peristiwa berarti kita
berbuat maksiyat kepada Allah.
Jadi sebesar dan sekecil apapun
peristiwa yang tidak menyenangkan dan megecewakan kita sehingga menimbulkan
kerugian moril maupun materil maka kita harus ridho sambil menyerahkan atau
mengembalikannya semua kepada Allah sebagaimana ayat 155 surat Al Baqoroh
diatas tadi.
Rosulullah banyak berpesan kepada
umatnya untuk bersikap sabar karena hal itu banyak keutamaan dan
manfaatnya dan juga bersyukur untuk merespon karunia nikmat
dariNya. Nabi bersabda :
عجبالامرالموء
من ان امره كله له خير و ليس ذلك لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان
خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له
” Sungguh mengherankan perkara orang muslim itu, sesungguhnya seluruh
perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak
dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin.
Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur,
maka itu menjadi baik baginya. Dan
apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap sabar, maka itu menjadi
baik baginya ”. (HR MUSLIM dari Abu Yahya Shuaib Ibnu Sinan ).
Perhatikan hadits
diatas bahwa ujung ujungnya semua yang dialami seorang MUSLIM YANG MU’MIN
apakah itu kegembiraan (kebaikan) maupun kesengsaraan (keburukan) adalah selalu
baik. Tentunya dengan kondisi atau syarat tertentu. Yaitu apakah
dia puas (ridho) menerima
karunia nikmat ( taqdir baik ) maupun kemudhorotan ( taqdir buruk ). Apabila
disikapi dengan iman dalam bentuk bersyukur saat
menerima taqdir baik atau bersabar pada saat menerima taqdir
buruk maka semuanya berujung pada sesuatu yang baik.
Semua anugerah
( kenikmatan ) dan cobaan ( kemudhorotan ) yang akan diterima
manusia pada dasarnya telah diukur Allah sesuai dengan kapasitas dan kekuatan
masing masing hambaNya. Allah berfirman.
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
( Qs.2:286
).
Nabi juga bersabda.
ان عظم الجزاء مع عظم البلاء
“Sesungguhnya besarnya balasan pahala ikut ( tergantung pada )
besarnya bala ( cobaan )” ( HR At Tarmidzi derajat Hadits Hasan ).
Namun perlu kita waspadai bahwa ujian atau
cobaan itu tidak hanya dalam bentuk keburukan tetapi juga kebaikan berupa berlimpahnya
harta, kesehatan prima, waktu luang (kesempatan), tingginya jabatan dan kemasyhuran
di mata masyarakat semua itu juga ujian. Justru ujian seperti inilah yang
seringkali kita gagal untuk mengatasinya. Allah berfirman.
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. ( Qs.21:35 ).
Pada
ayat di atas disebutkan bahwa cobaan yang diberikan Allah kepada manusia
tidak hanya keburukan tetapi juga kebaikan. Dengan cobaan dalam bentuk
kebaikan ini (ujian yang sebenar benarnya). Misalnya harta berlimpah (dengan
berbagai fasilitas kehidupan ), kesehatan prima, waktu luang yag banyak, jabatan
tinggi, dihormati orang banyak dan termasyhur ( dikenal banyak orang ). Maka
dengan kondisi seperti itu justru kita menganggap Allah telah memberkahi dan
menyayangi kita. Akhirnya kita malas , lalai dan lupa untuk mentaati,
mematuhi perintah dan laranganNya serta meninggalkan beribadah kepada
yang memberikan semua itu.
Bandingkan jika kita menerima keburukan berupa kesulitan rizqi,
sakit yang berkepanjangan atau bangkrut alias pailit hingga yang dimilikinya tinggal
hanya satu stel baju yang di badan dan rumah yang sudah reyot, bocor dan usang.
Maka dalam kondisi seperti itu kiranya lebih mudah kita menyadari dan
menginsafi kesalahan dan dosa dosa kita dibanding kalau kita sedang memperoleh
kebaikan seperti contoh diatas tadi. Allah berfirman tentang sikap manusia
apabila diberi kebaikan atau keburukan sebagai berikut.
فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ
رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
Adapun manusia apabila Robbnya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Robbku
telah memuliakanku". (
Qs.89:15 )
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ
رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
Adapun bila Robbnya mengujinya lalu membatasi
rizkinya maka dia berkata: "Robbku menghinakanku"[1576]. ( Qs.89:16 ).
[1576]. Maksudnya: ialah Allah
menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu
kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat
15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.
PERBUATAN
BAIK ( AMAL SHOLIH ) ADALAH JAWABAN MANUSIA ATAS UJIAN DAN COBAAN ALLAH
Pada awal kajian diatas tadi
terdapat beberapa ayat tentang ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepada
manusia. Dari setiap ayat tentang ujian dan cobaan itu selalu di akhiri dengan
kata kata ” agar Kami mengetahui siapa yang baik amalnya atau
perbuatannya ”.
Tapi apakah semua
perbuatan baik manusia diterima Allah ?. Untuk mendapat jawaban atas pertanyaan
tesebut kita tidak perlu bersusah payah mencarinya karena Allah melalui rosulullah
s.a.w telah memberi kita tuntunan sebagai berikut.
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika pelaku
amal/perbuatan itu ikhlas (murni) dan hanya mencari keridhoaan
Allah semata mata dengan amal perbuatannya itu “. ( HR. Nasai’ ).
Jadi
disamping niat, perbuatan baik itu ( amal sholih ) akan diterima
Allah jika didasari oleh keikhlasan (murni untuk beribadah kepada
Allah) dan hanya mencari ridho Allah. Tentu
untuk mencapai hati yang ridho ( puas ) hanyalah bisa dilakukan oleh orang
orang yang beriman.
Mengapa
niat di jadikan syarat di terimanya perbuatan baik ( amal sholih
). Hal ini didasarkan pada hadits nabi s.a.w. berikut ini.
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Segala
amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya
mendapatkan sesuai niatnya ”. ( HR MUSLIM dari Umar r.a. ).
Apakah
berbuat baik cukup dengan niat saja ?. Kalau
kita amati bahwa sebenarnya niat baik itu adalah juga sebuah perbuatan,
yaitu perbuatan hati. Sesuatu perbuatan baik seorang muslim
secara jasmaniah atau lahiriah (amal sholih) sudah seharusnya terkait dengan
perbuatan hatinya, yaitu iman. Karena seutama utama
perbuatan itu adalah iman sebagaimana hadits berikut ini.
افضل الاعما ل
ايما ن باالله
“
Seutama utama perbuatan ( amal ) ialah beriman kepada Allah
“ (HR BUKHARI).
Maksud
perbuatan pada hadits ini lebih kepada perbuatan hati.
Lalu apa
iman itu. Hadits berikut
mendeinisikan iman sbb:
الا يما ن عقد با لقلب و قو ل با لسا
ن و عمل با لا ركا ن
“ Iman itu adalah di
ikat/yakini dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah
dan dilaksanakan dengan perbuatan /praktek ( dengan anggota badan ) “
(
HR MUSLIM dari IBNU HIBBAN ).
Perbuatan hati dalam bentuk
niat hanya Allah yang mengetahui, sedangkan perbuatan secara jasmaniah
diketahui oleh Allah dan juga oleh malaikat.
Karena salah satu tugas
malaikat adalah mencatat perbuatan ( amal ) manusia seperti telah dijelaskan
pada ayat 11 surat Arrad.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ
سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.
( Qs.13:11 ).
[767]. Bagi tiap-tiap manusia ada
beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa
malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini
ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768]. Allah tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak MEROBAH SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN MEREKA.
[768]. Allah tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak MEROBAH SEBAB-SEBAB KEMUNDURAN MEREKA.
Jadi
suatu perbuatan yang tidak terikat dengan hati biasanya disebut “perbuatan
setengah hati“ alias tidak serius atau tidak sungguh sungguh. Demikian
juga dalam hal perbuatan baik ( amal sholih ). Bila tidak terikat dengan hati,
maka ibadah atau perbuatannya itu ngelantur kemana mana. Allah menyebutnya
sebagai “lalai”. Sebagaimana firman Allah berikut ini.
لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ
بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ
”mereka mempunyai HATI,
tetapi TIDAK DIPERGUNAKANNYA UNTUK MEMAHAMI (AYAT-AYAT ALLAH) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai.( Qs.7:179
)
Iman
disamping sebagai cetak biru yang dilakukan oleh hati
juga harus dilisankan lalu di praktekan dengan seluruh
anggota badan. Bolehlah kita menyebut iman itu sebagai tiga perbuatan untuk satu tujuan atau three
in one. Yaitu satu kata tapi diwujudkan dalam tiga
perbuatan oleh hati, oleh lidah dan oleh anggota badan.
Ukuran kualitas dari pekerjaan hati yang terkait
dengan perbuatan baik ( amal sholih ) adalah IKHLAS.
Banyak orang menyamakan arti ikhlash dengan rela. Rela adalah
asli bahasa Indonesia yang maknanya secara umum tidak keberatan. Sedangkan ikhlash berasal dari bahasa arab
yang akar katanya ”kholis”. Secara traditional kata kata ini
digunakan dikalangan para pemerah susu hewan di Arab yang menghasilkan susu
murni, mereka menyebut susu murni itu dengan kholish. Dalam konteks syari’, kata ”ikhlash”
yang akar katanya ”kholish” itu bermakna memurnikan
peribadatan hanya karena Allah. Sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
” mereka
tidak disuruh kecuali supaya mengabdi (ibadah) kepada Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
din yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Din yang lurus”. (Qs. 98:5.)
[1595]=[201].
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan
Perhatikan kata mukhlishina مُخْلِصِينَ diartikan sebagai “memurnikan
ketaatan”. Mukhlisina adalah kata bentukan dari kata “ikhlash” yang
terdiri dari huruf kho, lam, dan shot dan ditambah huruf ya dan nun. Karena merupakan kata benda bentukan maka berubah dengan menambah
huruf “mim” didepannya.
Dan karena jamak di tambah dengan huru “ya” dan “nun”.
Dengan demikian kata “rela” tidak sama dengan kata “ ikhlash “. Kami
ulangi lagi bahwa makna kata ikhlash adalah murni ditujukan untuk Allah dan hanya karena Allah.
Berdasarkan definisi
ikhlash ini kita bisa menimbang apakah perbuatan atau amal yang
kita lakukan itu ikhlash atau sekedar rela. Atau kita juga bisa
mengamati perbuatan perbuatan yang dilakukan manusia lainnya dan masyarakat
pada umumnya, apakah sudah ikhlash dalam beriman kepada Allah?. Karena
perbuatan baik yang tidak dilakukan atas dasar iman kepada Allah sia sia
atau seperti fatamorgana sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ
كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاء حَتَّى إِذَا جَاءهُ لَمْ
يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ
سَرِيعُ الْحِسَابِ
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah
laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya[1042]. ( Qs.24:39 ).
Ayat lain mengatakan
bahwa amal orang kafir itu seperti debu yang tidak berarti dan tidak memberi
manfaat sedikitpun bagi mereka. Bahkan Allah menyatakan perbuatan mereka adalah
kesesatan yang nyata. Seperti ayat berikut in .
مَّثَلُ الَّذِينَ
كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بهِ الرِّيحُ فِي
يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ
الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ
Orang-orang
yang kafir kepada Robnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang
ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak
dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di
dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. ( Qs.14:18 )
Jadi jelas bahwa perbuatan
baik ( amal sholih ) yang dapat diterima Allah adalah yang didasari IMAN kepada
Allah, NIAT YANG MURNI ( ikhlash ) KARENA ALLAH dan semata mata MENCARI RIDHO
ALLAH.
Dalam kerangka menjalani
hidup di dunia ini maka perbuatan baik ( amal sholih ) dan sabar
yang harus kita laksanakan sampai mati itu adalah sebagai jawaban
kita kepada Allah atas semua ujian dan cobaan maupun mushibah yang diberikanNya
kepada kita.
Ikhwan fiddin rohimakumullah,
Demikianlah secuil kajian
kita tentang amal sholih dan sabar yang senantiasa niscaya harus kita lakoni
sepanjang usia kita yang singkat ini. Selanjutnya kami sebagai penyampai materi
kajian meminta maa’f yang sebesar besarnya atas kebodohan kami melakukan kesalahan
kepada jama’ah ikhwan fiddin semua.
Namun kami berharap kepada
Allah s.w.t semoga mengampuni kami atas pentadhaburan ayatNya yang singkat dan
tidak semopurna ini dapat memberi manfaat khyususnya pada kami sebagai penyaji
khususnya dan dan kepada ikhwan fiddin sekalian. Semoga juga Allah membuka
pintu hidayahNya seluas langit dan bumi kepada kita semua. Amin
Untuk menutup kajian kita ini
marilah kita menyucikan dan memuji Allah serta memohon ampun untuk kembali (
taubat ) kepada Allah Azza wa jalla.
سبحنك اللهم بحمد ك اشهد
ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك
Maha suci Allah ilah kami yang segala
pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati
kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.
ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته