Sabtu, 05 Desember 2015

HANYA SATU JALAN KE SURGA

 بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
 ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و رى نفسنا و من سيا ت ا عما لنا من يهد لله فلا مضل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد ين 
Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat. ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka. قل الله تعل في ا لقران لكر يم ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن Wahai orang orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 ) يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs.4:1 ) 263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. [264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah. و قل الله تعل في ا لقران لكر يم يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” ( Qs.33:70-71) Ya Maa’syoarol muslimin rohima kumullah, Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt, karena hanya dengan kekuasaan dan kasih sayangNyalah kita bisa berkumpul ditempat yang diridhoi ini dan tidak lupa pula sholawat dan salam kita curahkan kepada nabi Muhammaad rosulullah saw. Juga atas risalah dan contohnya yang diberikan rosulullah kepada kita maka kita bisa memahami islam dan ritual ritual ibadah yg senantiasa kita amalkan dan insya Allah akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Dalam kesempatan yang baik ini agar rasa syukur kita diridhoi Allah, maka marilah kita manfaatkan waktu kita yang sedikit ini untuk saling mengingatkan ( tadzkiroh ) sesama kita dengan sabar dan kebenaran (ilmu). Setiap kita sejak kecil diarahkan orang tua untuk mempunyai cita cita, ada yang ingin menjadi tentara, polisi, pilot, guru, dokter dan sebagainya. Ketika kita remaja ada yang berubah cita citanya karena pengaruh pergaulan dari teman temannya. Misalnya ingin jadi, artis, pengacara, atlit, wartawan dan sebagainya. Setelah lulus SLTA cita cita itu berubah lagi, ada yang ingin jadi bintang film, pembawa acara tv, pengacara, konsultan, ahli IT, manajer, pengusaha, dan profesi lainnya. Perhatikan semua cita cita itu semuanya berfokus pada yang bermotif keduniaan. Kiranya sangat dimaklumi karena manusia hidup di dunia ini membutuhkan hal hal yang bersifat keduniaan dan lebih banyak dipengaruhi oleh naluri atau instinc (syahwat) yang bersifat materil untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah. SYAHWAT DAN SYAITHON PENGHAMBAT MENUJU SYURGA Syahwat manusia itu ada yang berperan untuk melanjutkan keturunan yang disebut dengan syahwat farji. Dan ada yang perperan untuk memelihara dan mengembangkan jasmaninya yang disebut dengan syahwat perut. Padahal disampng jasmani manusia juga memiliki rohani. Pada mulanya rohani atau ruh itu suci maka untuk sampai ke tujuan akhir hidup manusia juga harus dalam keadaan suci. Karena tempat yang dituju dan dicita citakan manusia di alam akhirat nanti adalah juga tempat yang suci. Oleh karena itu syahwat berupa dorongan keinginan sebagai hawa nafsu ini lah yang harus diwaspadai manusia. Karena apabila nafsu atau syahwat ini tidak dipimpin atau dikendalikan maka akan mencelakakan manusia di akhirat nanti. Allah berfirman : إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ “ sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku “ ( Qs.12:53 ). Dengan firman Allah diatas, kita mendapat peringatan yang akan memandu setiap langkah dan perbuatan kita di dunia ini untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak. Agar senantiasa dapat mengarahkan nafsu kita dengan bimbingan rahmat Allah. Maka salah satu rohmat Allah yang nyata dapat kita amalkan adalah syaria’tNya. Artinya setiap langkah dan perbuatan kita senantiasa berada dalam koridor aturan dan hukum Allah dan Sunnah RosulNya. Jalan yang harus kita tempuh dalam menapaki jalan menuju kebahagiaan di dunia dan terlebih lagi kebahagiaan di akhirat itu hanya ada satu. Yaitu jalan Al Islam. Allah berfirman : وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( Qs.3:85 ) Dengan tegas Allah tidak menerima agama lain selain agama Islam dan orang yang memilih jalan selain Islam akan megalami kerugian di akhirat. Meskipun sudah jelas dan tegas serta terang benderang peringatan dan ajakan Allah untuk menuju hidup bahagia di dunia dan akhirat namun tidak sedikit manusia yang mengingkari atau melalaikan serta mengacuhkannya. Tidaklah mengherankan. Karena syaithon sebagai musuh nyata manusia selalu berusaha keras untuk terus mengajak manusia keluar dari jalan yang telah di tetapkan Allah. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيم ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Qs.7: 16-17) Akhirnya manusia menempuh jalannya sendiri sehingga manusia banyak yang berada dalam kesesatan. Penyesatan yang dilakukan syaithon kepada manusia terjadi sejak Adam a.s. sampai hari kiyamat. Salah satu hadits nabi s.a.w menjelaskan tentang penyesatan oleh syaithon kepada manusia sehingga manusia keluar dari sifat aslinya yang hanif dan sudah mengenal Allah sejak masih di alam ruh. Sebuah Hadits dari ’Iyadh bin Hammar Al Majasyi’i bahwa Rosulullah dalam suatu khutbahnya bersabda *) : ” Ketahuilah bahwasanya Robbku telah memerintahkan aku untuk mengajarkan kalian apa yang kalian tidak mengetahui nya berupa sesuatu yang telah diajarkanNya kepadaku hari ini. Robbku berfirman : *). Mutiara Ahli Sunnah Wal Jamaah, Abdul Malik bin Akhmad Ramadhan, Pustaka At Tauhid 2002, hal 206. ” Setiap harta yang Aku berikan kepada hambaKu pada hakekatnya adalah halal dan sesungguhnya Aku telah menciptakan semua hamba hambaKu dalam keadaan hunafaa’ ( suci : mengenal robbnya ) dan sesungguhnya syaithon yang kemudian mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari din mereka serta mengharamkan atas mereka apa yang telah Aku halalkan buat mereka dan memerintahkan mereka untuk mempersekutukan Aku yang tidak Aku turunkan hujjah ( alasan yang membenarkan ) atas perbuatan syirik tersebut dan sesungguhnya Allah memandang kepada penghuni bumi lalu Ia murka kepada mereka: baik kepada yang Arab maupun kepada yag Ajam ( non Arab ) terkecuali kepada segelintir orang dari Ahli Kitab ( sebelum diutusnya nabi ) ”. ( HR MUSLIM 2865 ). Sudah nyata dari hadits diatas bahwa manusia telah mengenal Robb yang menciptakan dirinya. Kemudian syaithon mengajak manusia untuk durhaka ( maksiyat ) kepada Allah sehingga menggelincirkannya kepada kesesatan dengan melakukan penyekutuan Allah ( syirik ) kepada selainNya. Syirik atau menyekutukan Allah adalah dosa besar yang tidak terampuni jika tidak bertaubat dan di ancam masuk neraka. Suatu yang sangat perlu sekali diwaspadai adalah syaithon bisa menyusup kedalam dalam dan hati manusia. Selain itu Nabi saw telah mengingatkan kita untuk menghambat jalan syaithon dalam mengganggu manusia dengan sabdanya:. ان الثيطا ن يجر ى من ابن اد م مجرى الد م فضيقوا مجا ريه با لجوع ” bahwasanya setan itu berjalan pada manusia seperti mengalirnya darah, maka persempitlah tempat lalu setan itu degan lapar ” Karena begitu lihaynya dan halusnya strategy syaithon maka Allah menetapkan bahwa manusia yang tidak bisa di tipu oleh syaithon adalah mereka yang ikhlas, sebagaimana firmannya dalam Al Qura’n. قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ- إِلاّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesat kan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka[1304]. ( Qs. 38:82:83 ). Perhatikan sumpah yang diucapkan syaithon dalam ayat diatas bahwa mereka mempunyai target akan menyesatkan semua manusia. [1304]. Lihat no. [799]. [799]. Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t. Dalam pengertian lain yang dimaksud dengan ”mukhlisin” adalah memurnikan ketaatan kepadaNya. Sebagaimana bunyi firman Allah berikut ini. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din yang lurus [1596] [1596 lihat 201] [201]. Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan Kita telah mengurai sedikit tentang hambatan di jalan Allah baik secara internal ( hawa nafsu ) dan eksternal ( dari luar ) yaitu syaithon. Tapi kita belum menyinggung jalannya itu sendiri. Secara tekstual jalan itu adalah jalan Allah ( sabilillah ) yang harus ditempuh manusia dengan batasan batasan yang telah ditetapkannya. Antara lain jalan jalan yang harus ditempuh adalah beriman, hijrah dan jihad. Dari segi sunnah rosulNya rambu terebut terdiri dari berjamaah, mendengar, taat, hijrah dan jihad. Nama jalan itu seperti yang selalu dibaca umat islam ketika membaca Surat Alfatihah dalam sholat. Yaitu اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ Tunjukilah [8] kami jalan yang lurus, [8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Dalam lanjutan ayat tersebut dalam ayat 7 surat Alfatihah yang dimaksud “jalan lurus” ( shirothol mustaqim ) itu adalah jalan orang orang yang diberi nikmat oleh Allah. Siapa orang orang yang diberi nikmat itu maka dalam ayat 69 surat An Nisa, yang dimaksud mereka adalah : النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ Nabi-nabi, para shiddiiqiin [314], orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. ( Qs.4:69 ) [314]. Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7. Dengan demikian menurut ayat ayat diatas yang dimaksud orang orang yang diberi nikmat dalam ayat 6 surat AlFatihah adalah para nabi, shiddiqin, para syuhada dan orang orang sholih. Dan jalan jalan merekalah yang dimaksud dengan jalan yang lurus (shirothol mustaqim). Namun manusia yang didorong oleh hawa nafsunya dan selalu dibujuk syaithon maka tidak sedikit yang menempuh jalan lain. Nabi telah mensinyalir adanya tujuh puluh tiga golongan dari umatnya. Allah juga telah menetapkan hanya satu golonganNya yang memperoeh keberuntungan. أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguh nya golongan Allah (hizbullah) itu adalah golongan yang beruntung. ( Qs.58:22 ) Dalam hadits nabi yang diriwayatkan olah Imam Akhmad, Abu Daud, Ad Darimi, Ath tabrani Al Hakim*) dan hadits shohih lainnya dengan lafadz berikut ini. الا ان من كان قبلكم من اهل الكتاب افتر قواالى شنتين وسبعين ملة – وان هذه املة ستفتر ق على ثلاث وسبعين- شنتان وسبعون فى النار- ووحدة فى الجنة و هي الجماعة “ Ketahuilah, sesungguhnya orang orang sebelum kalian dari ahlul kitab terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umat Din ini (umat islam) akan terpecah ke dalam 73 golongan; tujuh puluh dua golongan berada di neraka dan hanya satu golongan yang berada di surga, yaitu golongan “ Al Jamaah” (yang tidak terpecah belah dalam naungan Al Qura’n dan Sunnah rosulNya) ” Hadits nabi s.a.w diatas telah memilah dan memilih kelompok manusia yang terindikasi masuk neraka dan masuk surga. Indikasi mereka yang masuk surga adalah kelompok orang yang bersatu dalam sebuah jamaa’h dan berlindung dibawah naungan Qura’n dan Assunnah. Sedangkan yang masuk neraka adalah mereka yang terpecah belah dalam din mereka karena Allah memvonis mereka sebagai orang yang menyekutukan Allah ( syirik ). Allah berfirman : وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ- مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ “janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka [1170] dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Qs.30:31-32) *). Mutiara Ahli Sunnah Wal Jamaah, Abdul Malik bin Akhmad Ramadhan, Pustaka At Tauhid 2002, hal 82. Allah secara jelas dan tegas menetapkan bahwa orang yang memecah belah Addin mereka adalah orang orang musyrik. Tentu amat sulit bagi kita untuk memahami pernyataan Allah itu antara hubngan memecah belah Addin dan perbuatan syirik. Kata kuncinya adalah pada “tiap golongan merasa bangga dengan dengan apa yang ada pada mereka”. Apa yang dibanggakan masing masing golongan itu ?. Tentu adalah pemahaman mereka tentang ilah dan rob menurut akal mereka masing masing karena tidak berpegang kepada Qura’n dan Assunnah. Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang surat Arrum ayat 31 dan 32 tersebut menyebutkan . “mereka mengganti dan mengubah agama, beriman kepada sebagiannya ( agama tsb ) dan kafir kepada sebagian yang lain. Maka jadilah mereka beberapa golongan dan firqoh.” Tepatlah yang dipesankan nabi s.a.w dalam hadits diatas bahwa hanya ada satu golongan yang selamat untuk masuk surga karena mereka bersatu dalam naungan Al Qura’n dan Assunnah. Menurut seorang ulama ahli hadits Ash Shan’ani rohimahullah dia berkata : “Disebutkannya golongan yang masuk neraka dengan jumlah tertentu (72 golongan) dalam hadits diatas bukanlah menunjukanbanyaknya orang yang celaka dan merugi, akan tetapi menunjukan luasnya jalan menuju kesesatan dan banyaknya jalur dari kesesatan itu sendiri sedangkan jalan menuju kebenaran hanya satu”.*). *). Mutiara Ahli Sunnah Wal Jamaah, Abdul Malik bin Akhmad Ramadhan, Pustaka At Tauhid 2002, hal 83. Hal ini tidak berbeda dengan salah satu ayat surat Al An’Am yaitu ayat 153 berikut ini. وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. ( Qs.6:153 ) [521]. Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam. Dalam ayat diatas Allah melarang manusia menempuh jalan lain selain jalan Islam. Dengan demikian jalan yang hanya satu satunya yang di maksud Allah adalah agama Islam yang di dalam surat Al Fatiha disebut dengan “shirothol mustaqim”. Ayat 153 surat Al An Am diatas nampaknya sinkron dengan hadits dan ayat 22 surat Al Mujadila diatas. Ketiganya secara eksplisit dan implisit menunjukan adanya satu jalan yang telah ditetapkan Allah dalam menempuh hidup ini agar sampai di tempat yang dicita citakan manusia di akhirat nanti. Cita cita itu adalah cita cita yang asli dan sejati manusia yang meliputi jasmani dan rohani yang diidamkannya. Khusus mengenai ayat 153 surat Al An Am sahabat Ibnu masu’d r.a memberi penjelasan berikut ini. Diriwayatkan dari Ibnu masu’d r.a. bahwasanya beliau berkata : “ Rosulullah s.a.w membuat satu garis dihadapan kami kemudian bersabda: “ Ini adalah jalan Allah “. Kemudia beliau s.a.w membuat beberapa garis disisi kanan dan kiri dari garis yang sebelumnya beliau buat, kemudian bersabda : “ Ini beberapa jalan dan setiap jalan ini ada syaithon yang mengajak kepadanya”. Kemudian beliau membaca ayat : وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. ( Qs.6:153 ) Dengan jelas nabi menerangkan bahwa “SHIROTOL MUSTAQIM“ adalah “JALAN ALLAH” yang tidak lain adalah DINUL ISLAM sebagaimana Hadits Riwayat Ibnu Masu’d diatas. Sedangkan Allah melarang manusia mengikuti jalan jalan lain. Perhatikan jalan lain yang dilarang Allah itu disebutkan lebih dari satu atau banyak. Konsekuensi mengikuti jalan jalan lain juga diberitahu langsung di ayat tersebut. Yaitu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Bercerai berai dari jalanNya ( jalan Allah ) adalah jelas suatu resiko yang sangat besar karena jalan itu pasti akan membawa manusia kepada kesesatan yang tidak akan mengantarkannya kepada tujuan yang dicita citakan. Apa jalan jalan lain yang diharamkan atau dilarang Allah itu. Dalam catatan kaki ayat tersebut diatas yang merupakan tafsir para mufasirin, mengatakan bahwa yang dimaksud jalan jalan lain itu adalah agama agama selain islam, kepercayaan dan isme isme, ideologi. filsafat dan ajaran ajaran kepercayaan lainnya selain islam. Seperti kita ketahui begitu banyaknya jenis agama, isme isme dan kepecayaan. Semuanya menurut Allah adalah jalan jalan yang mecerai beraikan manusia dari jalan Allah s.w.t. Apa saja isme isme itu ?. Tidak lain adalah berbagai macam aliran pemahaman filsafat filsafat yang menjadi ideologi tertentu antara lain. Liberalisme, kapitalisnme, individualisme, secularisme, sosialisme, nasionalisme, komunisme, pluralisme, eksistensialsme, universalisme, fasisme, demokrasi, otoritarianisme, milterisme, dan faham faham filsafat lainnya. Termasuk di dalamnya sekte sekte, ormas maupun partai yang tujuannya dan dasar hukumnya tidak berdasarkan syaria’t islam. Jadi mereka ( ormas dan partai ) hanya menggunakan islam sebagai merk atau lebel ( bungkus dan 0packaging ) tetapi tujuan dan dasar hukumnya tidak sesuai dengan hukum hukum Allah (syariat islam). Alhasil semuanya itu berada diluar jalan Allah yang mencerai beraikan umat. Lalu kalau kita berada diluar jalan Allah yang bermacam macam itu apakah ada jaminan kita sampai di tempat yang dituju dan di cita citakan semua orang ?. Kemudian benarkah jalan ke syurga itu dapat menggunakan pepatah yang mengatakan “banyak jalan menuju Roma”. Kalau yang dimaksudkan Roma itu adalah surga maka pepatah itu tidak benar alias bathil. Lebih lanjut kita bisa bertanya lagi, benarkah pendapat yang menganggap bahwa semua agama itu benar?. Hendaknya kita memikirkan ulang pertanyaan pertanyaan tersebut di atas agar kita dapat memperoleh jawaban yang meyakinkan sampai pada tingkat haqul yakin. Setelah kita meyakini secara haq bahwa Al Islam adalah jalan Allah yang lurus yang merupakan satu satunya jalan yang dapat mengantarkan kita ketempat tujuan yang dicita citakan manusia maka agar benar benar kita bisa sampai kesana maka kita harus ikuti semua panduan dan pedoman yang telah ditetapkan secara rinci dalam dua dokumen suci sehingga kita tidak sesat. Nabi s.a.w bersabda: تركت فيكم ماان تمسكتم به لن تضلوابعدى ابدا كتاب الله وسنتى Aku tinggalkan buat kalian, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya maka kalian tidak akan sesat selamanya sepeninggalku, yaitu: Kitabullah dan Sunnahku”. Hadits diriwayatkan Imam Malik juz 2 no. 899, Ibnu Nashr, dalam Assunnah no. 68, Al Hakim juz 1 no. 93, hadits ini di hasankan oleh Al Albani dalam ta’liq beliau atas Al Miykah no. 186.*). Jelas yang dimaksud sesuatu yang harus dipegang teguh pada hadits diatas agar tidak tersesat dari jalan Allah adalah “Kitabullah” ( Al qura’n ) dan “Sunnah nabi” ( perkataan dan perbuatn nabi ). *). Mutiara Ahli Sunnah Wal Jamaah, Abdul Malik bin Akhmad Ramadhan, Pustaka At Tauhid 2002, hal 89. Menurut ayat 153 surat Al An A’m diatas bahwa yang dimaksud dengan “jalan lurus” tersebut adalah perintah Allah dan secara tertulis semua perintah Allah itu terdapat di dalam Al Qura’n dan Sunnah rosulNya yang berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. Menurut Ibnu Qoyyim rohimahullah yang dimaksud dengan “jalan” dalam ayat 153 surat Al An A’m adalah rukun kedua dari tauhid. Rukun pertamanya adalah syahadat “La ilaha illallah”. Rukun keduanya adalah syahadat “Muhammad adalah rosulullah (utusan Allah) ”. Jalan atau metode yang ditempuh rosulullah ini adalah hanya satu satunya jalan lurus selain jalan ini tidak ada yang mengantarkan manusia kepada Allah s.w.t. Oleh karena itu tidaklah boleh bagi seseorang berkeras kepala atau mereka reka jalan sendiri di hadapan rosulullah s.a.w hanya karena mengang gap bahwasanya jalan yang menuju kepada Allah s.w.t sangat banyak sebanyak jumlah manusia yang ada atau sejum lah yang lain yang sudah jelas kebathilannya dihadapan Dinulallah yang justru DinNya datang untuk mempersatukan pemeluknya dan bukan untuk mencerai beraikan mereka*). Untuk menutup kahjian ini marilah kita memuji dan memohon ampun dan kembali kepada Allah Azza wa jalla. سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك Maha suci Allah ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.       

 ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته