Sabtu, 14 April 2012


FAHAM BAHAGIA DAN SENGSARA
DI ERA POST FUTURISTIK

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ان لحمد  للة نحمد ه ونستعنوه و نستغفروه و نعذ و با اللة من سر و ريئ ا نؤسنا و من سيا ة  ا عما لنا من يهد لله  ؤلا يضل ل له و من يضل ل ؤا لا هد يا له    اشهد ان لا اله الا    الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له لا نبيا بعدة   -   اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له
 و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد  ين                                                                                  
Sesungguhnya hanya kepada Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Nya tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkanNya tidak ada yang memberi petunjuknya. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.   Tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.

ان الاصدق ا لهد ث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد ر سو ل الله    و سر الاء  مر و محد تسها و كل محد تس بد عه و كل بدعة ضل له و كل ضل لة في ا لنا ر

Sesungguhnya sebaik baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan ( yang bukan dari nabi ). Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم

ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. (Dalam Keadaan Muslim ) Qs.3:102
و قل ايض                       

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا  يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                        

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar ,  niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( Qs.33: 70-71)

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّار الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ َ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُون

 “ Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” . ( Qs. 29:64 )

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. ( Qs. 87:16-17 )



Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, atas kekuasaan dan kehendakNya lah sampai saat ini kita masih dianugerahi nikmat sehat  dan kita bisa bertemu dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw.
Tidak lupa kita curahkan salam serta sholawat kepada Nabi saw, keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.

Maa’syarol muslimin yang dirahmati Allah. Hidup yang kita jalankan sejak masih anak anak sampai saat ini, sejak bangun tidur hingga menjelang tidur, sejak membuka sampai hendak menutup mata semua yang kita laksanakan - kalau kita tidak ingat PERAN sebagai PENGABDI/HAMBA ALLAH -  mungkin sebagian besar waktu kita adalah hanya untuk berhikmad kepada dunia.

Padahal pada setiap pidato, ngobrol, berdakwah, menasehati orang lain kita sering mengatakan ” keselamatan dunia akhirat ” atau ” kebahagiaan dunia akhirat ”. Kita tidak mengetahui apakah ucapan itu diucapkan dengan kesadaran syari’ ataukah tidak. Karena apabila kita observasi/amati, sangat jarang orang yang setiap langkah aktifitasnya  yang berorientasi pada akhirat. Padahal Allah mengatakan dalam Al Qura’n:

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى  

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) [1582]. ( Qs.93:4 )

[1582]. Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

Hanya orang orang kafirlah yang hanya mementingkan dunia sebagai mana firman Allah berikut.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.

Lihat pada ayat diatas dan perhatikan Allah mendahulukan kata kata akhirat/hari kemudian daripada dunia uwla ( saat ini/dunia ).

Kenyataannya memang sebagai makhluk yang berwujud fisik/
jasmaniah maka dalam memenuhi kebutuhan hidup senantiasa mendahulukan fisik/jasmani juga. Dan semua yang berhubungan dengan fisik ( badaniah ) konsekuensi logisnya adalah materi dan materi itu secara empiris adalah dunia. Penyebutan komponen unsur unsur manusia sering juga mendahulukan penyebutan jasmani sehingga lengkapnya ”jasmani dan rohani” atau kadang kadang materil dan spiritual. Jadi rohani dan spiritual serta akhirat disebutnya selalu terakhir sepertinya bukan yang prioritas. Memang  sesuai nama akhirat mengandung kata akhir jadi belakangan, mungkin begitu. Tetapi kata Allah orang orang yang mengutamakan kehidupan dunia tempatnya di neraka di akhirat nanti sebagaimana firmannya berikut ini.

فَأَمَّا مَن طَغَى- وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا- فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). ( Qs.79: 37-39 )

Kalau saja kita mau merenung bahwa dalam setiap proses penciptaan selalu terjadi dua kali. Yang paling pertama adalah penciptaan sesuatu gambaran mental/abstrak/yang tidak berwujud. Analog dengan perkataan Allah berikut ini.

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Jadi sebelum manusia terbentuk secara fisik ( meteri ) maka terbentuk secaraq non fisik ( maujud non materi ). Begitu pula analoginya dengan segala sesuatu yang diciptakan manusia.

Misalnya, kita akan membangun rumah maka pertama yang muncul dalam fikiran kita tergambar bentuk rumah yang kita inginkan dan belum ada wujud fisik rumah yang sebenarnya. Atau dalam benak seorang arsitek akan muncul sebuah rancangan/design tertentu yang belum ada wujud fisik rumahnya. Setelah gambaran secara mental baik dalam fikiran kita maupun dalam benak si arsitek telah ada, barulah kita atau si arsitek menggambar diatas kertas tentang gambaran rumah yang didalam benak itu dan kita tuangkan dalam kertas. Inipun belum ada wujud rumahnya secara fisik. Tahap ini adalah proses mental sipritual/ non fisik/ non materi. Langkah berikutnya barulah aktifitas secara fisik/materi yaitu dengan mulai menata bahan bahan bangunan sesuai gambar sehingga terbangunlah sebuah rumah secara fisik.

Kalau kita perhatikan Qs. 87 ayat 16 dan 17 diatas, Allah memberi tahu manusia bahwa orang orang yang hidupnya semata mata mengejar atau memprioritaskan dunia di golongkan sebagai orang orang kafir. Secara syari’ baik qouliyah maupun kauniyah coba kita amati/ observasi mengapa kebanyakan manusia mengutamakan bahkan hanya mengejar kehidupan dunia.

Secara kauniyah memang semua yang bersifat materi didunia ini dapat di indera/distimulir dengan panca indra. Hasil penginderaan secara nyata dapat dirasakan oleh jasmani secara menyeluruh baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Untuk yang tidak menyenangkan indera/ jasmani kita memiliki mekanisme penolakannya secara khusus yang telah diciptakan Allah swt. Demikian juga yang menyenangkan akan menjadi kenikmatan yang memuaskan jasmani/fisik/badan.

Baik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan jasmani/fisik/badan itu akan tersimpan di arsip otak penyimpan data/peristiwa, yang suatu saat dapat di timbulkan lagi ketika akan terjadi peristiwa yang sama sebagai bahan pertimbangan akal kita, itu semua bersifat kauniyah yang juga merupakan ayat Allah.

Kita memang tidak pernah memikirklan/memperhatikan mentadhaburi hal tersebut diatas. Bahwa sesungguhnya semua kegiatan kita dalam memenuhi kebutuhan hidup itu secara kauniyah memprioritaskan materi/dunia. Hal inilah yang membuat kita sering melalaikan akhirat.

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598] ”, ( Qs.102:1 )

[1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.

Padahal Allah telah memberi tahu kita di banyak ayat ayat qouyliyahNya bahwa dunia/materi/jasad itu hanya permainan dan sendau gurau belaka ( Qs.29:64 ). Bahkan nabi saw menyebutnya dunia itu bangkai.

Sekarang kita coba telusuri lagi latar belakang perilaku manusia yang mengutamakan kehidupan dunia.

Sejak SD kita sudah di ajarkan aqidah tentang rukun iman. Pertama beriman kepad Allah swt, kemudian beriman kepada malaikat malaikatNya, kepada kitab kitabNya kepada rosul rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada takdir baik dan buruk.

Terlihat bahwa iman kepada hari akhirat terletak dibagian yang paling akhir. Apakah karena susunan posisi iman pada hari akhirat ini terletak pada posisi hampir terakhir itu yang mengakibatkan manusia melalaikannya. Nah sebaiknya kita fahami dulu apa arti iman itu ?.

Apakah iman berarti cukup percaya saja ?.

Secara bahasa :
Aman, sentosa : امن – يامن- امنا
Yakin, percaya :  يو من – ايما نا

Secara syari’    : الا يما ن مع ر فه با لقلب و قو ل با لسا ن و عمل با لا ركا ن

“ Iman itu adalah di kenali dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah dan diamalkan dengan anggota badan “

Jadi iman itu melibatkan tiga organ tubuh. Yaitu hati, lidah/lisa dan anggota badan ( tangan, kaki, mata dan semua indera ). Apakah manusia telah beriman seperti yang di ditetapkan dalam syariat itu. Dalamkajian ini khususnya iman pada hari akhirat.

Sekarang kita lihat dunia futuristik ini. Dalam berbagai surat dan ayat Allah banyak memberi gambaran dan pelajaran tentang hari akhirat. Bahkan di awal risalah dinul islam yang ditanamkan di masa Muhammad saw, pelajaran dan nasehat tentang hari akhirat ini merupakan program Allah yang paling pertama dan utama karena secara empiris ayat ayat tersebut banyak diturunkan di awal kerosulannya di Mekkah.

Perhatikan surat Al Humaza Qs.104:3, Al Qoriah Qs.101: 1-11, Alzalzalah Qs.99:1-8, Al A’laa Qs.87: 12, 13,16,17, AlQiyama Qs.75:1-3,4. Qs.93:4. Memang gambaran yang paling lengkap tentang keadaan neraka dan syurga terdapat pada surat Al Waqiah yang cukup panjang dan juga diturunkan di Mekkah.

Semua surat surat tentang hari akhirat itu diturunkan di Mekkah sebelum ada perintah sholat 5 waktu yang sesuai contoh rosul, puasa dan zakat serta hajji. Padahal sholat, puasa, zakat dan haji itu semuanya ibadah, ibadah yang berhubungan dengan materi/fisik/badani tetapi diperintahkan belakangan daripada iman kepada hari akhirat.

Mengapa sekarang manusia membelakangkan iman kepada hari akhirat dan memprioritaskan kehidupan materi/dunia. Hal itu tidak lain karena di latar belakangi oleh iman yang tidak paripurna.
Iman se tengah setengah alias tanggung tangung alias iman dilidah.

Kalau kita coba perhatikan cerita tentang seekor burung beo yang dididik sampai pandai bicara. Salah satu kemampuan burung beo tersebut misalnya menyebut kalimat LAA ILAHA ILLALLAH. Jika orang mengatakan LAA ILAHA ILLALLAH  maka si beo pun bisa menyebut LAA ILAHA ILLALLAH. Tetapi ketika datang seekor kucing garong yang akan menyergapnya , apakah si burung beo itu mampu mengucapkan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH?. Sudah pasti tidak bisa. Nah hendaknya kita pun tidak mengimani LAA ILAHA ILLALLAH seperti burung beo itu sehingga ketika sakaratul maut kita ikut ikutan tidak mampu menyebut LAA ILAHA ILLALLAH.

Jadi iman yang mengendap dalam hati manusia seperti digambarjkan diatas ( seperti beo ) bukan iman yang sebenar benarnya sebagaimana tercantum pada Surat An anfal. Qs. 8:2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

 “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

[594]. Maksudnya: orang yang sempurna imannya

Sekarang sebaiknya kita harus lebih banyak melakukan observasi dan intospeksi.

Pertama, kehidupan dunia itu hanya permainan dan sendau gurau. Kita tahu bahwa setiap permainan itu pasti berakhir. Sendau gurau tidak pernah menghasilkan suatu yang bermanfaat.  

Kedua, orang yang hanya mengejar kesenangan dunia adalah seperti orang kafir dan orang kafir akan celaka dan memasuki api neraka.

Ketiga, pada hari qiyamat manusia seperti kupu kupu yang beterbangan. Gunung seperti bulu yang dihambur hambur kan. Bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat dan mengeluarkan isinya, manusia bangun dari kubur untuk ditimbang amal baik dan amal buruknya.

Keempat, hari akhirat itu lebih baik dari pada dunia, hari akhirat itu lebih baik dan abadi.

Kelima, penghuni neraka itu tidak mati dan tidak hidup dalam keadaan diselimuti api yang sangat panas.

Keenam, beruntung orang yang beriman dan membersihkan dirinya.

Gambaran hidup futuristik yang bahagia dan menyenangkan selama di syurga dan kehidupan nista di neraka lebih banyak lagi diceritakan pada surat surat Madaniyah ( surat surat panjang yang diturunkan di Madina ). Salah satunya yang cukup tegas tentang kehidupan di akhirat dan perbandingannya dengan dunia adalah seperti di jelaskan dalam ayat ini.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ ممُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ
حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَاب شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
 ( Qs.57:20 )

Tidak puas dengan penjelasan ayat qouliyah maka manusia ada juga yang coba menggunakan aqalnya untuk menghitung hitung secara matematik untung ruginya beriman atau tidak beriman kepada hari akhirat, apakah menguntungkan atau merugikan.

Perhatikan TABEL HIPOTESA berikut.

BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
TIDAK BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
DIMISALKAN HARI AKHIRAT TIDAK ADA
DIMISALKAN HARI AKHIRAT TIDAK ADA
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
+
-
0
+
+
2+
BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
TIDAK BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
DIASSUMSIKAN HARI AKHIRAT ADA
DIASSUMSIKAN HARI AKHIRAT ADA
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
+
+
2+
+
-
0

Dengan mengikuti logika matematika, manusia rational mengatakan beriman atau tidak beriman pada hari akhirat hasilnya sama saja. Bagi yang menganggap hari akhirat tidak ada dan beriman pada hari akhirat maupun yang menganggap hari akhirat ada dan tidak beriman sama saja yaitu sama sama mendapt 2+  ( lihat tabel ).

Gambarannya sebaghai berikut .

Dengan assumsi bahwa hari akhirat tidak ada, maka orang yang beriman pada hari akhirat hasilnya impas ( nol ). Sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat mendapat nilai 2+.

Dengan assumsi bahwa hari akhirat ada, maka orang yang beriman pada hari akhirat mendapt 2+, sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat hasilnya impas ( nol ).

Dengan hasil seperti itu akal manusia tergiring pada pemikiran sesat dan menyesatkan. Beriman atau tidak beriman pada hari akhirat secara matematik/akal sama saja.

Padahal kalau kita analisa lagi lebih dalam jika hari akhirat itu di assumsikan dan disepakati bersama antara orang beriman dan tidak beriman bahwa hari akhirat ada, maka sesungguhnya orang yang tidak beriman pada hari akhirat itu mengalami kerugian dan bukan sekedar impas seperti di tabel tersebut.  
( berdasarkan Qs.11:15-16 ). Karena apabila kenyataannya kelak hari akhirat itu ada, maka orang beriman jelas mendapatkan kebahagiaan abadi sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat itu akan mengalami penderitaan yang abadi. Digambarkan dalam surat Al Muminun orang orang kafir menyesal masuk ke neraka dan ingin kembali kedunia untuk berbuat amal sholih sebagaimana ayat berikut ini.

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) [1022], ( Qs.23:99 )

[1022]. Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding        ( barzah ) sampai hari mereka dibangkitkan [1023]. ( Qs.23:100 ).

[1023]. Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.
Jadi justru dengan tidak beriman pada hari akhirat mendorong amal/perbuatan kita kepada sesuatu yang tidak ada dampaknya atau manfaatnya kepada akhirat ( rugi ).

مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِندَ اللّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَكَانَ اللّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( Qs.4:134 )

Orang orang yang tidak beriman pada hari akhirat ( kafir ) itu hanya mengumpulkan harta dan dia menyangka hartanya itu akan mengekalkannya. Qs.104:2-3.

الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ - يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ

” yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600], dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,”

[1600]. Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

Dengan demikian sebenarnya tanpa perhitungan matematikpun dengan menggunakan hatinya manusia dapat mengetahui hasil akhir dari sikap orang yang tidak percaya pada hari akhirat melalui firman Allah, hanya saja iman mereka terhadap kitab juga lemah seperti lemahnya iman mereka kepada rukun rukun iman lainnya.

Yaitu di dunia mereka mendapatkan balasan yang sempurna dan tidak akan dirugikan tapi di akhirat tidak memperoleh apa apa malah mendapat neraka alias sia sia alias nihil alias nol.

Oleh karena itu hendaknya kita merealisasikan/mengamalkan iman secara syari’. Artinya setelah kita meyakini didalam hati dan kita ucapkan secara lisan maka penyempurnaannya adalah mengamalkannya dengan seluruh anggota badan.

Untuk penyempurnaan iman kita maka keimanan itu tidak parsial yang hanya kepada salah satu dari unsur iman yang enam itu. Jadi kita harus masuk kedalam islam secara kaaffah dan memiliki iman yang sebenar benarnya sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Qs.2:208  dan Qs.11:15-16 sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ َ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ
فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ- أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

” Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan ”.

 Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[714].” (Qs. 11:15-16).

Kata kata sia sia sama dengan nihil sama dengan nol. Jadi dugaan manusia yang meggunakan akalnya dalam mengkalkulasi hari akhirat sungguh sangat keliru. Artinya tabel hipotesa tentang tidak adanya hari akhirat diatas tidak terbukti

Ya maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Demikian kajian singkat tentang era futuristik menurut Dinul Islam ini semoga bermanfaat dan jadi pelajaran bagi saya khususnya dan bagi hadirin dan hadirot semuanya. Marilah kita tutup kajian ini dengan membaca doa kaffaratul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته



MENYIKAPI HIDUP DENGAN SYUKUR ATAU KUFUR.
بسم الله ا لر حمن ار حيم

اسلا م عليكم و رحمة ا لله و بر كا ته
ا ن لحمد  لله نحمد ه ونستعنوه و نستغفرو ه و نعذ و با اللة من سرو ريئ ا نؤ سنا و من سيا ة  ا عما لنا من يهد لله فلا  يضل ل له و من يضل ل فلا هد يا له    اشهد ان لا اله الا  الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له   اللهما صلي علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد  ين                                                       
                                                                                                                 Sesungguhnya hanya Allah yang patut dipuji, kami memujiNya, dan kami hanya memohon kepadaNya dan kami meminta ampun kepadaNya dan kami belindung kepadaNya dari kejahatan dan perbuatan buruk diri sendiri. Barang siapa yang diberi petunjuk Nya tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkanNya maka tidak ada yang memberi petunjuk nya.Ya Allah curahkanlah Sholawat dan salam kepada Muhammad saw , kepada keluarga, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.
ان الاصدق ا لهد ث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد ر سو ل الله    و سر الاء و مر و محد تسها و كل محد تس بد عه و كل بدعة ضل له و كل ضل لة في ا لنا ر                                                                 

Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dgn sebenar benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri.
( Dalam Keadaan Muslim )/Qs.3:102
قل الله تعل في ا لقران لكر يم                                                      شم
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا
Wahai manusia bertaqwalah kepada robmu yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan isterinya dan dari keduanya Allah mengembang biakan laki laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan menggunakan namaNya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs 4 : 1 )

و قل الله تعل في ا لقران لكر يم                                                يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا- يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم  ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                   
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,  niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( Qs.33:70-71)

Yaa ikhwatul muslimin rohimakumullah,
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt, karena hanya dengan kekuasaan dan kasih sayangNyalah kita masih bisa menghirup udara dan menikmati kesehatan serta kesempatan mentadaburi ayat ayat Allah dan sunnah rosulNya. Tidak lupa pula sholawat dan salam kita curahkan kepada nabi Muhammaad rosulullah saw. Juga atas risalah dan contohnya yang diberikan rosulullah kepada kita maka kita bisa memahami islam dan ritual ritual ibadah yg senantiasa kita amalkan dan insya Allah yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.
Dalam kesempatan yang baik ini agar rasa syukur kita diridhoi Allah, maka kita manfaatkan  waktu kita ini untuk saling tadzkiroh/mengingatkan dengan sabar dan kebenaran (ilmu). Boleh juga kita sebut sebagai majelis taklim, kalau dalam bahasa sunda mah ngariung. Karena majlis itu kalau di indonesiakan adalah duduk bareng kalau majlis ta’lim maka menjadi duduk bareng sambil belajar dan diskusi ilmu Allah. Asal katanya jalisu, yajlis, ijlasa. Artinya duduk. Ada beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu Allah. Namun kali ini kami meyiapkan diri untuk melakukan kajian bersama dengan judul :

MENYIKAPI HIDUP DENGAN SYUKUR ATAU KUFUR

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( Qs.14:7 ).
Sebelum kita mendiskusikan isi dari judul kajian kita ini maka ada baiknya kita fahami bersama terlebih dahulu pengertian syukur. Baik secara bahasa sehari hari maupun menurut Qura’n atau hadits rosulullah s.a.w.


Apa bersyukur itu ?

Dalam kehidupan sehari hari ada sebagian manusia yang mengartikan syukur dalam bentuk perbuatan menyajikan berbagai jenis makanan matang dan mentah, hasil tani atau hasil laut ke laut, ke gunung atau ke arwah para lerluhur. Hal itu biasanya dilakukan pada waktu waktu tertentu ( baik hari maupun bulannya ). Ritual ritual semacam itu telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun sejak adanyake percayaan animisme, hindu dan budha. Ternyata ketika islam datang tradisi semacam itu sulit untuk dihilangkan hingga hari ini. Alhasil ritual semacam itu juga di praktekan oleh para muslim di negeri ini.

Dalam kehidupan yang lebih modern secara sekuler praktek bersyukur itu mengalami metamorfose. Makanan tidak lagi di bawa ke gunung atau ke laut. Tetapi dengan mengundang makan keluarga, sahabat dan kerabat serta teman teman. Peristiwanya biasanya di sesuaikan dengan peristiwa ulang tahun, naik pangkat, lulus jadi sarjana dan banyak lagi peristiwa yang di anggap penting bagi hidupnya.

Begitulah pemahaman aqidah dan ibadah yang dipraktekan oleh sebagian umat islam hingga hari ini. Mungkin bermacam macam argumen atau hujjah yang dapat di ajuklan berkaitan dengan fenomena tersebut diatas.

Sekarang ayok kita coba telusuri dan fahami apa yang di maksud Allah dengan bersyukur didalam Al Qura’n dan Sunnah Rosulullah dalam haditsnya.

وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur [1017]. ( Qs.23:78 )


[1017]. Yang dimaksud dengan bersyukur di ayat ini ialah menggunakan alat-alat ( pendengaran, penglihatan dan hati ) tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. Kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.

Dalam ayat diatas pengertian bersyukur adalah menggunakan mata, telinga dan hasti untuk memperhatikan kebesaran dan keesaan Allah sera memahaminya dengan hati. Namun menurut Allah amat sedikit mereka yang melakukan hal tersebut.

Pada ayat lainnya Allah berfirman tentang bersyukur sebagai berikut.

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."            ( Qs.31:12 ).

Pengertian bersyukur pada ayat 12 surat Luqman diatas lebih menitik beratkan kepada suatu sikap membalas kebaikan               ( nikmat ) Allah berupa hikmah yang diberikan kepada Luqman.

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. ( Qs.67:23 )


Ayat ini mempunyai kemiripan dengan ayat sebelumnya (Qs.23:78). Yaitu menitik beratkan kepada penggunaan mata, telinga dan hati untuk memperhatikan kebesaran dan keesaan Allah dan memahaminya dengan hati. Sekali lagi Allah mengatakan amat sedikit yang bersyukur. Jadi orang yang bersyukur itu amat sedikit karena pada umumnya manusia bangga dengan kemampuan dirinya dan memang lupa bahwa semua kenikmatan datangnya dari Allah.

Jika ditarik kesimpulan secara umum bahwa bersyukur itu sangat berkaitan dengan sikap manusia atas berbagai nikmat yang di berikan Allah kepadanya. Mulai nikmat yang bersifat fisik ( jasmaniah ) maupun nikmat yang bersifat mental ( rohaniah ). Sikap yang dimaksud dalam pengertian bersyukur adalah sikap membalas kepada pihak yang memberikan segala nikmat yang diterima manusia. Pengertian ini dapat dilihat pada Qs.14:7 yang terdapat hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat dari ayat tersebut. Perhatikan bunyi ayat dibawah ini.

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ

Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu,

Dalam kalimat diatas ada hubungan antara bersyukur dengan penambahan nikmat oleh Allah. Tetapi nikmat yang dipersepsi manusia umumnya adalah nikmat fisik ( jasmaniah ). Padahal kita selalu meminta kepada Allah pada setiap sholat dan membaca surat Al Fatihah untuk diberi petunjuk jalan yang lurus yaitu :
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
“ jalan orang orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka “.

Siapa mereka yang telah diberi nikmat dan apa nikmat yang diberikan oleh Allah kepada mereka dalam ayat 7 surat Al Fatihah itu. Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan melalui ayat 69 surat Annisa sebagai berikut.
فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا

mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin [314], orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.           ( Qs.4:69 )

[314]. Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Pengertian nikmat dalam ayat 69 Surat Annisa sebagai penjelasan ayat 7 Surat Alfatihah adalah jelas bukan nikmat secara fisik atau jasmaniah. Sebab kalau kita lihat sejarah hidup para nabi, shodiiqiin, syuhada dan orang orang sholih amat jarang yang merasakan dominasi nikmat secara fisik atau jasmaniah. Justru penderitaan, kemiskinan dan kesulitanlah bahkan penganiayaan lebih sering di alami mereka dari musuh musuh islam. Lebih banyak dan lebih sering mereka rasakan atau menerima hal hal yang buruk ( bukan kenikmatan ) sebagai ujian Allah kepada mereka.
Mengapa mereka lulus dari ujian Allah berupa penderitaan, kemiskinan, kefakiran, kesulitan bahkan penganiayaan dari musuh musuh Islam. Karena mereka meyakini bahwa dunia bagi orang mu’min adalah penjara. Sebagaimana hadits nabi s.a.w.

عن ابى هريره قال- قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
الدنيا سجن الموءمن وجنة الكافر

Dari Abu Huroiroh ra. Berkata: Rosulullah bersabda : “Dunia adalah penjara orang mukmin dan syurga orang kafir”.           ( HR MUSLIM ).
Bagi seorang penghuni penjara apa saja yang ia dapatkan dari luar penjara akan dirasakan lebih nikmat dari pada yang ada di dalam penjara. Karena semua yang ada di dalam penjara mulai dari perlakuan sampai soal makanan dan pelayanan lainnya sudah pasti kualitasnya berada dibawah sesuatu yang datang dari luar penjara.
Dengan di fahaminya hadits nabi diatas maka mental ( rohani ) seseorang yang beriman seyogyanya telah terbekali dan telah siap menghadapi berbagai akibat yang mungkin diterimanya di dunia ini. Sehingga hampir tidak ada bedanya bagi orang beriman apakah yang dialaminya adalah kesulitan, penderitaan dan kemiskinan secara materil dengan kemudahan, kesenangan ataupun berlimpahnya harta. Karena hatinya senantiasa berdzikir, bersabar dan bersyukur kepada Allah dengan apapun yang diterimanya dan di alaminya.
Pada dasarnya semua nikmat secara fisik atau jasmaniah dapat dirasakan dan diterima oleh semua makhluq sebagai rohmat Allah kepada hambaNtya. Apakah makhluq itu beriman maupun kafir kepada Allah. Rohmat Allah itu juga termasuk sifat kasih sayang antara ibu dan anaknya baik pada manusia maupun binatang buas sekali pun. Jadi standar kasih sayang Allah kepada makhluq berupa rohmat yang terwujud dalam berbagai nikmat sudah seharusnya di respon oleh manusia dengan cara bersyukur. Bahkan orang orang kafir yang berorentasi pada dunia berhak menikmati kesenangan yang ada di dalamnya meski tanpa ada sikap berterima kasih atau bersyukur kepada Allah. Toch nabi telah mengatakan kepada manusia bahwa dunia memang syurga bagi mereka ( orang orang kafir ).
Dengan kehendaknya ( irodah ) Allah mempunyai ancaman bagi mereka yang orientasinya adalah dunia sebagaimana  firmanNya berikut ini.

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ- أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
” Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan ”. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[714].” (Qs. 11:15-16).
Dengan ayat di atas tentu semakin kuat keyakinan kita dengan  hadits nabi s.a.w di atas bahwa dunia itu adalah penjara. Sehingga hanya akhiratlah yang menjadi cita cita utama orang beriman. Sementara dunia boleh kita anggap sebagai sendau gurau dan akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّار الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ َ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُون

 “ Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” . ( Qs. 29:64 ).

Pada hakekatnya bersyukur juga dapat dipraktekan dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah ( taqorub ).
Karena Allah tidak membutuhkan kepada hambanya tetapi justru hamba lah yang membutuhkan dan bergantung kepadaNya selama kita konsisten ( istiqomah )dengan maksud Allah dalam penciptaan manusia sebagai a’bid ( hamba ) yang taat mengabdi kepadaNya.
Penghambaan dan pengabdian kita kepada Allah yang konsisten     ( istiqomah )akan membuat kita intensive beribadah dan itulah bentuk lain dari sikap syukur kita. Melalui syukur yang tidak henti maka rasa cinta kepada Allah dan rosulNya makin besar sehingga nikmat mutlak dalam bentuk lezatnya iman Insya Allah dapat kita nikmati. Sebagaimana hadits rosulullah s.a.w berikut ini.
Dari Anas ra dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

شلا ث من كن فيه وخد بهن حلا وة الا يمان- ان يكون الله ورسوله احب اليه مما سواهما- و ان يحب المرء لا يحبه الا الله 

“ Tiga perkara, siapa yang ada pada dirinya terdapat tiga perkara ini maka ia mendapatkan kelezatan iman , yaitu : Allah dan rosulNya lebih ia cintai daripada yang lain lainnya, ia mencintai seseorang hanya karena  Allah........”

Bersyukur yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan meningkatnya kedekatan hamba kepada Allah dan rosulNya sehingga Allah menyebut mereka sebagai ”muqorobbin’”. Dalam bahasa jawa dikenal istilah ” kulino” atau terbiasa untuk bersyukur. Kulino itu lama kelamaan timbul cinta. Secara psikoreligi dapat kita katakan bahwa kedekatan itulah yang kemudian menimbulkan cinta kepada Allah dan rosulNya. Kita perhatikan bahwa konsekuensi logis dari cinta kita kepada Allah dan rosulNya adalah hanya lah ”kelezatan iman”.
Bagi orang orang awam yang tidak mengerti iman maka mereka merasa heran atau aneh dengan adanya ”kelezatan iman” itu. Terbukti bahwa nikmat yang paling tinggi yang Allah anugerahkan kepada hambaNya bukan nikmat fisik atau nikmat jasmaniah melainkan nikmat rohaniah yang disebut dengan ”kelezatan iman”. Kelezatan iman itu sudah dipastikan merupakan nikmat Allah yang paling tinggi yang di anugerahkan kepada hambaNya.
Kalau tidak, mengapa Allah tidak menjanjikan dengan kesenangan atau nikmat dunia. Seperti emas berlian, kemasyhuran, jabatan yang tinggi atau harta yang banyak dan berlimpah tak terhingga. Begitulah dampak berantai dari rasa syukur yang bermuara pada cinta kepada Allah dan rosulNya.
Pada ayat 7 Surat Ibrahim yang telah dikutip di awal kajian ini di akhiri oleh satu kalimat :
jika kamu mengingkari ni'mat-Ku ( kufur ) , maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
Ayat diatas jelas merupakan ancaman kepada manusia yang mengingkari ( kufur ) kepada nikmat Allah. Dengan mengingkari nikmatNya Allah mengancam manusia dengan azab yang pedih. Hal ini sebanding dengan puncak rasa bersyukur dalam bentuk cinta kepada Allah dan rosulNya yang di balas dengan kelezatan iman.
Dalam kehidupan sehari hari memang tidak sulit bagi kita untuk mengetahui dan menemui manusia manusia yang mengingkari nikmat Allah itu. Bahkan sejak ribuan tahun di jaman nabi nabi dan rosul sebelum nabi Muhammad s.a.w pun pernah terjadi kekufuran kepada nikmat Allah itu. Allah telah mensinyalir tentang sifat manusia yang tidak mengakui nikmat Allah itu sebagaimana dalam firmanNya berikut ini.

إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. ( Qs.39:49 ).

Sebuah hadits yang cukup panjang meriwayatkan sebuah kisah Bani Isroil yang diuji Allah melalui malaikat yang menyerupai manusia yang ternyata mengingkari nikmat Allah.
Dari Abu Huroiroh r.a dia mendengar Nabi bersabda:
“ Ada tiga orang dari Bani Isroil yaitu, orang yang berkulit belang (sopak), orang yang berkepala botak dan orang yang buta.
Allah mengutus satu Malaikat kepada mereka. Dia ( malaikat yang menyerupai manusia )mendatangi yang berpenyakit sopak (belang) dan berkata : “Sesuatu apakah yang paling engkau minta ? “.
Dia ( penderita sopak ) menjawab : “ Warna yang bagus dan kulit yang bagus serta hilangya dari diri saya sesuatu yang membuat orang orang jijik kepada saya “.
Maka orang itu ( malaikat ) mengusapnya dan seketika itu hilanglah penyakitnya ( yang menjijikan )dan dia diberi warna kulit yang bagus. Kemudian orang itu ( malaikat ) bertanya:
“ Harta apakah yang paling engkau sukai ? “.
Oang itu ( mantan sopak ) menjawab : “ Onta”.
Maka diapun diberi onta yang hamil. Lalu orang itu ( malaikat ) mendoakan. “ Semoga Allah memberi berkah untukmu dan onta ini”.
Kemudian orang itu ( malaikat ) mendatangi si botak dan bertanya: “ Apakah yang paling engkau sukai ? “.  
Dia menjawab: ” Rambut yang indah dan hilang dari diri saya penyakit yang karenanya aku dijauhi oleh manusia ”
Malaikat itu lalu mengusap kepalanya maka hilanglah penyakitnya dan dia diberi rambut yang indah. Dia bertanya lagi :
” Harta apa yang paling engkau sukai ?.”
Dia menjawab : ” Sapi”.
Maka dia diberi sapi yang hamil dan di doa’kan :
” Semoga Allah meberkahinya untukmu”
Lalu dia mendatangi si buta dan bertanya :
” Apa yang paling kamu sukai?”.
Orang buta itu menjawab :
” Allah mengembalikan kepada saya mata saya agar saya bisa melihat manusia ”.
Maka di usapnya dan Allah mengembalikan pandangan kepadanya dan bertanya lagi.:
 ” Harta apa yang paling engkau sukai ? ”.
Dia menjawab : ” Kambing ”
Maka diberilah kambing yang hamil sambil di doa’kan.
Kemudin ternak orang yang pertama, kedua dan ketiga beranak dan berkembang biak. Sehingga orang yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Kemudian malaikat dengan menyerupai manusia yang berbeda dengan perwujudan orang yang pertama dahulu dan bertanya kepada orang yang pernah berpenyakit sopak ( belang ).:
” Seorang miskin telah terputus bagiku semua sebab dalam safarku, maka kini tak ada bekal bagiku kecuali pertolongan Allah kemudian dengan pertolongan anda.
Saya momohon kepada anda Demi Allah yang telah memberi anda warna kulit yang bagus dan harta, satu ekor onta saja yang bisa menghantarkan saya dalam safar ini ”.
Maka orang pertama itu menjawab :
”Hak hak orang masih banyak”
Maka malaikat yang menyamar menjawab.
” Sepertinya saya mengenal anda. Bukankah anda dahulu berkulit belang yang dijauhi oleh orang orang dan juga fakir, kemudian anda diberi oleh Allah.”.
Orang pertama itu menjawab :
” Sesungguhnya harta ini saya warisi dari orang orang tuaku”.
Maka dia ( malaikat ) berkata :
” Jika kamu dusta maka Allah akan mengembalikanmu pada keadaan semula ”.
Dan dia ( malaikat ) mendatangi orang kedua yang dahulu botak dan menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan kepada orang pertama yang dahulunya berpenyakit sopak ( belang ). Namun malaikat mendapat jawaban yang sama seperti orang pertama ( mantan sopak ). Akhirnya dia mendatangi orang ketiga yang pernah buta dan berkata :
” Seorang miskin dari ibnu Sabil ( dalam perjalanan ) telah kehabisan bekal dan usaha dalam perjalanan hari ini tidak ada bekal yang mengantarkan aku ke tujuan kecuali dengan pertolongan Allah kemudian dengan pertolongan anda. Saya memohon kepada anda demi Allah yang telah mengembalikan pandangan anda, satu ekor kambing saja, supaya saya bisa meneruskan perjalanan saya”.
Maka dia ( mantan sui buta ) berkata :
” Saya dulu buta lalu Allah mengembalikan pandangan saya, mka ambillah apa yang kamu suka dan tinggalkanlah apa yang kamu suka. Demi Allah aku tidak keberatan kepada kamu dengan apa yang kamu ambil karena Allah ”
Maka malaikat itu berkata:
” Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji. Dan Allah telah ridho kepadamu dan murka kepada dua sahabatmu.” ( HR BUKHARI – MUSLIM )
Nampak bahwa ada manusia yang sombong, dia merasa bahkan berani berdusta mengatakan bahwa nikmat yang diberikan Allah karena kepintarannya (ilmunya) seperti pada Qs.39:49. Padahal kita menyadari bahwa segala peristiwa tidak akan terjadi tanpa izin Allah. Sebagaimana firmanNya berikut ini.

إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. ( Qs.36:82 ).

Berdasarkan ayat diatas tidak ada satupun peristiwa apalagi berupa nikmat yang tidak sepengetahuan Allah. Atau tanpa seizin Allah. Jelas sikap manusia yang mengingkari nikmat Allah sesungguhnya manafikan atau meniadakan juga kekuasaan Allah. Sikap seperti ini sudah sewajarnya diancam dengan siksa yang pedih seperti bunyi ayat 7 surat Ibrohim diatas.
Ada satu riwayat yang masih terkait dengan nikmat harta. Dari Ali diriwyatkan oleh Abdurrazak tentang firman Allah Taa’la : Dan orang orang yang menimbun emas dan perak “. Nabi bersabda :
“ Kebinasaanlah bagi orang yang menimbun emas dan kebinasaanlah bagi orang yang menimbun perak. “.
Beliau mengatakannya tiga kali.
Ali berkata : “ Pernyataan itu memberatkan para sahabat ya Rosul”
Mereka berkata ( para sahabat ) : “ Harta apalagi yang dapat kami ambil ?”.
Maka Umar ra. berkata :
 “ Wahai rosulullah, pernyataanmu memberatkan mereka dan mereka mengatakan “ Harta apalagi yang dapat kami ambil”.
Beliau bersabda :

لساناذاكراوقلباشاكراوزوجةتعين احدكم على دينه

 “ Lisan yang senantiasa berdzikir, qolbu yang bersyukur dan istri yang membantu salah seorang di antara kamu ( suaminya ) untuk mengamalkan dinnya “.

Ketika nabi merespon firman Allah tentang kebinasaan bagi orang yang menimbun emas dan perak ( sampai tiga kali ) maka para sahabat keberatan bahkan Ali dan Umar r.a mewakili pernyataan sahabat juga. Akhirnya nabi menutup dialog itu dengan hadits diatas yang intinya bahwa permintaan harta yang masih dapat diambil adalah    ” lisan yang berdzikir, qolbu yang bersyukur dan istri yang membantu suaminya untuk mengamalkan dinnya ”.
Ternyata qolbu yang bersyukur di perintahkan rosulullah sebagai ganti mencari nafkah dalam mengambil harta berupa berdzikir dan istri yang membantu suami dalam mengamalkan dinnya Hal itu sebagai pengganti permintaan manusia dengan emas dan perak. Karena menimbun emas dan perak sangat berresiko di akhirat nanti. Bersyukur dalam beberapa ayat dikatakan amat sedikit manusia yang bersyukur sebagaimana juga target iblis.
Sebagaimana firmanNya berikut ini.

ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“ kemudia saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”.       (Qs.7: 17)

Maa’syorl mu,minin rohama kumullah,

Demikianlah kajian kita kali ini semoga semua yang telah kita kaji dapat memberi manfaat bagi saya khususnya dan kepada maa’syarol muslimin semuanya. Amin.
Untuk menutup kaji kita hari ini marilah kita akhiri dengan membaca doa’ kaffarotul majelis.
سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك
Maha suci Allah, ilah kami dengan segala pujian untukMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/ diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.
السلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته