Jumat, 25 September 2015

SEDIKIT RAHASIA KEHIDUPAN



SEDIKIT RAHASIA KEHIDUPAN

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته

ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ر ا نفسنا و من سيا ت  ا عما لنا-  من يهد لله فلا مضل له و من     يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو  مد  ين                                                                                  
                                                                                                                      Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.  Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.                       

ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم  و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و  كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر                                                                                                     
Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم

ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs.4:1 )

263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya
Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر يم    

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم                
ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                                                            
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” (Qs.33:70-71)  

Maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Marilah kita memuji Allah yang telah memberikan kita nikmat iman, islam dan kesehatan serta berbagai karunia yang tidak terhingga sehingga kita tidak sanggup untuk menghitungnya.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah). ( QS.14:34 )

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.16:18).


Demikian banyak jumlah dan jenisnya nikmat itu sehingga kita tidak mampu untuk menghitungnya.

Tidak lupa pula marilah kita bersholawat kepada nabi dan rosul terakhir yang menjadi suri tuladan kita dan yang sangat mulia akhlaknya tidak lain dia adalah Muhammad saw dan juga sholawat kepada keluarganya, sahabat sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah menyebarkan risalahnya hingga akhir zaman.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah

Kita semuanya yang saat ini sedang menghirup udara meyakini dan menya dari bahwa kita berada dalam keadaan hidup. Kita bisa bergerak, telah tumbuh dan berkembang dari bentuk yang kecil bayi hingga menjadi manusia yang besar tubuhnya sehingga disebut dewasa dan telah memikul kewajiban dari Yang Maha Pencipta Allah swt yang disebut dengan taklif karena sudah BALIGH (sampai). Jadi sesuatu yang bergerak, tumbuh dan berkembang adalah ciri ciri bahwa suatu itu disebut HIDUP. Kita bisa mengambil contoh pada setiap makhluk hidup, apakah ciri ciri tersebut ada pada mereka. Pengertian berkembang dalam hal ini juga termasuk “berkembang biak” atau melakukan regenerasi melanjutkan generasinya.

Hidup bisa dilihat dari dua aspek. Yaitu aspek tempat dan waktu. Memang tidak ada satu makhluk pun yang terlepas atau bebas dari kedua aspek tersebut.

Pertama dari aspek tempat atau ruang. Manusia akan dan telah melalui beberapa dimensi tempat dalam perjalanan hidupnya. Bagi kita yang sekarang hidup dan berada di atas bumi ini telah melalui 2 ( dua ) dimensi tempat. Yaitu alam rahim dan alam dunia. Kelak kita masih akan melalui 3 fase dalam satu alam lagi. Yaitu alam akhirat yang terdiri dari fase alam barzah (alam kubur), alam mahsyar dan neraka atau surga.

Kedua, dimensi waktu. Yaitu jangka persiapan, jangka pendek, jangka panjang dan jangka abadi.

Kedua aspek dengan dimensinya itu tidak dapat terlepas bebas tetapi saling berkaitan.

ALAM RAHIM

Secara historis kita akan mulai dengan aspek dan dimensi yang telah kita lalui. Yaitu alam rohim dalam jangka waktu persiapan.

Dalam alam rohim ini di awali dengan terjadinya peristiwa perjumpaan antara dua sel telur, yaitu sel telur pria dari ayah kita ( spermatozoid ) dan sel telur wanitya dari ibu kita ( ovum ).

Peristiwa bertemunya ke dua sel telur itu bukanlah peristiwa kebetulan melainkan berada dalam sebuah rancangan yang indah, tepat dan akurat.

Fase kehidupan manusia di alam perjanjian dan di alam rahim

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini kita masih dianugerahi nikmat iman, islam dan kesehatan  serta kesempatan. Sehingga buku ini sampai di tangan para pembaca yang budiman dan Insya Allah dapat menjadi bahan tholabul ilmi ( mempelajari ilmu ) dalam rangka mentadhaburi ( menghayati ) ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw.

Para pembaca yang budiman dan dirahmati Allah, marilah kita memahami DinNya yang lurus ( hanif ) dan haq. Dengan pemahaman yang benar tentang dinul islam Insya Allah kita bisa menjadi muslim yang kaffah dan istiqomah menjalankan Dinul Islam ini. Sebab hanya dengan memahami dan menjalankan Dinul Islam secara murni ( ikhlash ) dan benar ( shidiq ) sebagai satu satunya jalan lurus yang dapat mengantarkan kita pada alam akhirat abadi yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak pernah kita lihat, tidak pernah kita dengar dan tidak terlintas dalam fikiran seorangpun di dunia ini. Isi buku ini semata mata sebuah ajakan kepada para pembaca yang budiman dan di rahmati Allah untuk bersama sama kita meninjau ulang semua perjalanan hidup kita. Apakah jalan yang kita lalui sudah berada pada jalan yang lurus yang diperintahkan Allah. Melalui buku ini Insya Allah kami berharap agar kita bisa sama sama meluruskan jalan jalan kita yang keliru di masa lalu dan mengembalikan langkah kita menapaki jalan lurus yang selalu kita pinta saat membaca surat Al Fatihah  ( ihdinash shirothol mustaqim ) di saat kita sholat . Untuk mengingat asal usul kita, kami memulai penulisan buku ini dari diri kita yang belum bisa disebut” seperti ayat pada penjelasan berikut ini.

 

Sperma menembus ( bercampur ) ovum atau sel telur wanita.

Tidak lupa kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir. Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang setia dan istiqomah hingga akhir jaman. Allah berfirman.

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? ( Qs.76:1 )

Kita kadang kadang merasa bangga dengan diri sendiri (narsis/ujub) atas keberadaan kita didunia. Memang dengan terbentuknya jasad kita di dalam rahim ibu adalah sebuah kemenangan besar dari sebuah kompetisi puluhan juta sperma yang saling bersaing ketat. Padahal jauh sebelumnya kita adalah sesuatu yang bukan merupakan apa apa. Allah mengatakan dalam Al Qura’n surat Al Insan ayat 1 diatas sebagai berikut. ” ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut”?.

” Ketika itu sesuatu yang belum dapat disebut” itu tentu saja bermakna sesuatu yang masih tidak dperhitungkan, tidak berarti, tidak dikenal, belum menjadi warga dunia tetapi masih berada di dalam tulang sulbi kaum pria/ ayah tanpa jasad dan tanpa jiwa, sesuatu itu pernah bersaksi kepada Allah sebagaimana firman Allah sebagai berikut.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ  يَوْمَ الْقِيَامَةِ  إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ        

Dan (ingatlah), ketika Robmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Robmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rob kami), kami menjadi saksi."
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)",  ( Qs.7:172 ).

Barulah kemudian setelah bersaksi kepada Allah tentang keberadaan Allah maka Allah mempersiapkan sperma itu bertemu dengan sel telur wanita dengan firmanNya sebagai berikut.

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1536] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. ( Qs.76: 2 )

[1536]. Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.


 

Saat sperma bercampur menembus sel telur wanita (ovum)

Selanjutnya yang semula bukan apa apa itu maka setelah berada di dalam rahim ibu, dia bertemu atau bercampur dengan sel telur wanita ( ovum  ). Fase berikutnya berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging kemudian pada usia 40 hari ditetapkan ajalnya, rizqinya, takdir baik dan buruk serta amalnya, lalu di tiupkan ruh Allah ke dalam segumpal daging calon makhluk itu. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ
 فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ( Qs.23:14 )



janin1

Sebuah hadits dari Abu Abdurrachman Abdullah bin Mas’ud diriwayatkan oleh Imam Bukhari menambahkan penjelasan fenomena yang terjadi di dalam rahim ibu sebagai berikut .

Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda,
"Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata :
Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga”.

Sejak tetesan mani ( sperma ) yang telah tercampur dengan sel telur ibu berada di dalam rahim maka secara metamorfosis berubahlah  bentuknya dari satu fase ke fase lainnya. Mulailah sebuah kehidupan baru terjadi di dalam rahim  seorang ibu. Sejak saat itu lah ia mulai disebut sebagai janin atau embrio   ( calon bayi ).


Sang calon bayi itupun masih sangat tergantung kepada rahim ibunya. Karena hampir seluruh kebutuhannya masih di pasok dari rahim melalui usus yang terhubung ke tali pusat. Sampai suatu saat nanti ia akan lahir ke dunia untuk menjalankan semua ujian dari Allah berupa perintah dan laranganNya. Yaitu pada saat baligh ( sampai usia tertentu ) atau mukallaf ( makhluk yang dibebani syaria’t ).

ALAM DUNIA.

Setelah bermukim selama 9 bulan lebih didalam rahim ibu maka pada tahap atau fase berikutnya manusia lahir ke dunia sebagai anak manusia    ( bayi ) sebagaimana difirmankan Allah sebagai berikut.

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى مِن قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Qs.40:67)

Pada mulanya seorang bayi yang baru lahir itu seperti kertas putih atau tabularasa. Bahkan boleh disebut belum tercemar, masih baru, baru pertama kali melihat dan dilihat dunia, yang biasanya disebut fitroh             ( asli dari asalnya ). Nabi bersabda :

خلقت عبادى حنفاء كلهم وانهم اتتهم الشيا طين جتا لتهم عن دينهم

“ Sesunguhnya Aku menciptakan hamba hambaKu seluruhnya dalam keadaan lurus ( hanif, muslim ), dan sesungguhnya syaithon datang kepada mereka (manusia) lalu memalingkan mereka dari Addin ( Addin dalam arti sempit agama ) mereka “ ( HR MUSLIM ).

Jadi fithroh dapat di artikan hanif dan muslim. Sebagai manusia baru dibumi dan belum terbentuk seleranya, pandangan hidupnya, pemikirannya, fahamnya,  apa lagi pendapatnya tentang hidup dan kehidupan. Singkatnya masih asli ( fithroh ) belum tersentuh hal hal yang bersifat moril, materil dan spiritual.

Cool Pregnancy In Sequential Pics

Sehingga dengan demikian kondisi bayi itu bisa dijadikan manusia type apa saja. Nabi bersabda.

كل مولو د يو لد علئ الفطر ة فا نما ابواه يهو دا نه او ينص را نه او يمجسا نه 

“ Setiap bayi itu dilahirkan atas suatu fithroh, tetapi kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashroni dan Majusi “

Perhatikan kalimat hadits diatas bahwa nabi tidak menyebut bahwa orang tuanya lah “ yang akan menjadikan muslim”. Karena Islam memang sudah dikenal oleh ruh sejak dalam tulang sulbi.
Sedangkan munculnya bermacam macam ajaran ketuhanan atau agama diluar islam adalah bukan ciptaan atau kehendak Allah.
Oleh karena itu Allah tidak akan menerima din lain selain dinul Islam sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْخَاسِرِينَ الآخِرَةِ مِنَ   

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.  ( Qs.3:85 )

Munculnya ajaran ketuhanan dan agama yang bermacam macan itu hanya karena hawa nafsu dan akal manusia yang durhaka ( maksiyat ) kepada Allah sebagaimana firman Allah berikut ini.

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya [1385 ]  ( Qs.45:23 )

[1385]. Maksudnya Allah membiarkan orang itu SESAT, karena Allah telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.

Oleh karena itu dengan adanya kesaksian ruh ketika di tulang sulbi ( surat Al A’rof 172 ) seakan akan ruh itu sudah menjadi muslim sehingga nabi hanya mengatakan “orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasroni dan Majusi”.

Dengan potensi yang telah dibekali ruh islam maka akan memudahkan setiap orang tua untuk membentuk anaknya menjadi seorang muslim yang benar benar beriman. (mu’min). Sebagai manusia yang baru melihat dunia dan belum dibebani kewajiban ( mukallaf ) yang sekaligus dia belum terkena ujian Allah.
Untuk menjaga kondisi fithroh maka manusia harus mendapat pendidikan Addinul Islam ( tarbiyah islamiyah ) sebagai proses mewariskan sikfat dan sikap mengesakan Allah. Mewariskan keesaan terhadap Allah adalah tradisipara yang telah dilakukan nabi dan rosul. Allah berfirman.



 أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَـهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". ( Qs.2:133 )

Bahkan sejak nabi Nuh as dan Ibrohim as Allah telah memerintahkan untuk mengesakan diriNya. Alah berfirman.

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاء وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang Din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama [1341] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). ( Qs.42 :13 )

[1341]. Yang dimaksud: Addin di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

Kita kembali kepada fase fase diatas. Secara bahasa atau harfiah kata “dunia” itu berarti dekat. Secara jarak “dekat” berarti pendek. Dalam ukuran waktu setiap yang pendek dan dekat itu “sebentar”. Allah berfirman.

قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan SEBENTAR saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui [1028]" ( Qs.23:114 ).

[1028]. Maksudnya: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja, sebab itu mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.

Kata قَلِيلا  ( pada ayat diatas ) dalam bahasa Arab berarti “pendek” namun oleh para penterjemah di artikan dengan “sebentar” karena kata itu berdimensi “waktu”.

Allah mengatakan dalam ayat 2 surat Al Insan sebelumnya bahwa ujian yang diberikan kepada manusia adalah berupa perintah dan larangan yang oleh karenanya manusia diberi penglihatan dan pendengaran. Mengapa Allah memberi alasan pendengaran dan pengklihatan untuk memberi ujian berupa “perintah dan larangan”. Karena “pendengaran dan penglihatan” adalah pintu gerbang masuknya pengetahuan kedalam hati dan disimpan di arsip fikiran manusia. Pengetahuan yang masuk kedalam hati dan fikiran manusia mempunyai dua jenis. Yaitu pengetahuan yang hak ( benar ) dan pengetahuan yang salah ( bathil ).

Sebagaimana juga dengan nenek moyang manusia ( Adam as ) ketika masih di syurga yang diberi ujian berupa larangan. Yaitu larangan mendekati sebuah pohon tertentu yang ada di syurga. Sayang Adam AS lupa dan tidak mempunyai kemauan yang kuat untuk mentaati larangan itu. Sebagaimana difirmankan Allah sebagai berikut.

وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan [948] kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. ( Qs.20:115 )

[948]. Perintah Allah ini tersebut dalam ayat 35 surat Al Baqarah

وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ

dan janganlah kamu dekati pohon ini [37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. ( Qs.2:35 ).

Jadi perintah dan larangan yang Allah firmankan dalam Al Qura’n itu tidak lain adalah berupa ujian. Sebagai suatu ujian tentu saja akan memberikan hasil lulus atau gagal, keuntungan atau kerugian, kebahagiaan atau penderitaan, Syurga atau neraka. Adam AS ketika masih di syurga telah gagal atas ujian yang dibebankan kepadanya yaitu dengan melupakan larangan dan tidak ada kemauan yang kuat  ( motivasi ) untuk mengingat perintah dan meninggalkan larangan Allah maka hasilnya Adam AS dan Hawa harus turun ke bumi dengan mejalankan kehidupan yang lebih sulit di bandingkan ketika di syurga serta harus meminta ampun selama 100 tahun dan hidup terpisah sementara dari Hawa dalam jarak tempat yang sangat jauh.

Apa saja ujian yang dihadapi manusia ?.

Secara eksplisit ayat 2 surat Al Insan hanya menyebutkan bahwa ujian yang  Allah berikan kepada manusia adalah berupa Perintah dan Larangan.
Dalam kasus Adam AS diatas ketika masih di surga larangannya adalah sederhana ”janganlah kamu dekati pohon ini ”. Lengkapnya perintah dan laranganNya dalam Firman Allah swt adalah sebagai berikut:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini [37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. ( Qs.2:35 )

[37]. Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.

Namun apabila kita kaji lebih jauh firman Allah yang lainnya maka banyak kita temukan jenis ujian yang kadang kadang disebut juga sebagai cobaan. Secara umum bentuk ujian atau cobaan lainnya dapat berupa kebaikan dan  keburukan yang apabila dirinci lagi dapat berupa kelapangan harta, kesenangan, kesulitan, sakit, sehat, kesempatan ( waktu luang ) kemiskinan atau kekurangan jiwa atau sesuatu. Banyak firman Allah dalam berbagai ayat Al Qura’n yang berbicara tentang ujian atau cobaan kepada manusia.
Kalau kita amati tingkah laku kebanyakan manusia yang merefleksikan dirinya seolah olah akan menjadi penghuni abadi di bumi ini dan dia mengira bahwa hidupnya hanya di dunia ini saja dan menganggap setiap peristiwa tidak ada hubungannya dengan KETETAPAN DARI YANG MAHA PENGATUR DAN MAHA MENCIPTA.
Perlu kita ketahui bahwa sebelum kita berada di dunia sebenarnya kita telah melalui tiga tahap kehidupan tanpa jasad yang semuanya sudah tertulis di LAUHUL MAHFUDZ ( Catatan terpelihara ) sebagaimana dikabarkan pada ayat ayat diatas. Lalu setelah manusia lahir kedunia dan mencapai usia (baligh) maka menjadi mukallaf (terbebani). Mulailah manusia di bebani perintah dan larangan dari Allah. Tidak lain bahwa perintah dan larangan itu sebagai ujian disamping ujian ujian atau cobaan lainnya. Pada suatu ayat Allah mengatakan bahwa perintahku adalah jalan yang lurus. Lurus kearah mana ?. Tentu saja ke arah syurga. Jadi perintah Allah disamping ujian juga mengandung petunjuk kejalsn yang lurus.

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Qs.6:153)

[521]. Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain atau isme ism selain dari Islam.

Pada akhir ayat diatas dikemukakan tujuan yang akan dicapai manusia dari megikuti jalan lurus, yaitu bertakwa. Taqwa itulah tiket untuk sampai di tempat yang dicita citakan orang beiman dan sholih.

Perintah dan larangan sebagai ujian

Salah satu perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang merupakan beberapa ujian sebagaimana difirmankan dalam Al Qura’n sebagai berikut.

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji [87] Robnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku" [88].
 Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".           ( Qs.2:124 )

[87]. Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.

[88]. Allah telah mengabulkan doa Nabi ibrahim a.s., karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1286]. ( Qs.37:106-107 )

[1286]. Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.

Dalam kehidupannya nabi Ibrohim banyak menerima perintah sebagai ujian yang selalu berhasil dilaluinya dengan kesabaran. Diantaranya sejak lahirnya Ismail yaitu pada saat usia kelahiran Ismail kurang dari satu bulan,  Ibrohim mendapat perintah berdakwah ke Yerussalam ( Palestina ) dan meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat yang asing, berupa semak belukar tanpa ada manusia seorangpun, tanpa bekal sedirhampun dan makanan apapun serta lokasi berupa  padang pasir yang tandus tanpa air.  Sampai suatu ketika Hajar bertanya kepada Ibrohim yang meninggalkannya dipadang tandus tanpa seorang manusiapun. ” akan kemakah engkau ”. Pertanyaan itu dilakukan tiga kali oleh Hajar namun Ibrohim tidak menjawabnya. Akhirnya peranyaannya dirubah oleh Hajar. ” Apkah ini perintah Allah ” Ibrohim menjawab : ” Ya ”. Lalu Hajarpun berkata sendiri ” Allah tidak akan menyia nyiakan hambaNya ”. Begitu tingkat kwtaqwaan dan ketawakkalan serta kesabaran Hajar sebagai istri nabi Ibrohim as.

Ujian lainnya adalah nabi Ibrohim diperintah untuk  nyembelih  anaknya, Ismail yang tengah di sayang sayangnya di usia remaja. Semua perintah itu dijalankan oleh nabi Ibrohim dengan penuh kesabaran.
Adapun ujian lain nabi Ibrahim yaitu dalam bentuk perintah menghapuskan kemusyrikan di Mekkah dengan membangun Ka’bah dan menghadapi Namrudz di Babilonia.

Sebelumnya nabi Nuh juga diperintah untuk menda’wahkan kepada kaumnya untuk mengesakan Allah namun sangat sedikit kaumnya yang mengikuti da’wahnya. Bahkan tidak sedikit ejekan dan penolakan yang dilakukan kaum nabi Nuh kepadanya. Sampai suatu ketika Nabi Nuh memohon agar kaumnya dibinasakan saja. Melihat kekecewaan nabi Nuh dan permohonan doanya maka Allah memerintahkan agar nabi Nuh menyiapkan sebuah bahtera untuk menampung orang orang beriman yang mengikuti da’wahnya dan semua hewan masing masing sepasang.

Akhirnya selama 950 tahun  berda’wah, maka nabi Nuh hanya memperoleh pengikut 40 orang. Ujian demi ujian itupun dihadapinya dengan kesabaran.

Demikian pula ujian ujian yang diberikan kepada setiap nabi dengan bermacam macam ujian. Nabi Ayub, nabi Sholih, Nabi Luth, Nabi Musa, Nabi Yusuf dan ujian yang diterima Nabi Muhammad s.a.w pun tidaklah ringan sebagaimana juga nabi nabi lainnya.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
“Maka bersabarlah kamu sebagaimana bersabarnya orang-orang yang memiliki keteguhan dari para rasul. (Al Ahqaf: 35)
Untuk menguji kesabaran para nabi maka Allah menyiapkan jin dan manusia yang akan menjadi musuh dan menghalangi jalan da’wahnya dalam membawakan risalah.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ
Dan demikianlah kami menjadikan bagi setiap para nabi seorang musuh dari syetan baik dari kalangan jin dan manusia.”(AL AN’AM: 112)
Kita memang tidak mengalami ujian ujian seperti para nabi, namun sebagai hamba ciptaan Allah pasti setiap manusia menghadapi ujian berupa perintah dan larangan yang tercantum dalam Al Qura’n dan sunnah rosulNya.
Allah juga mengatakan bahwa maut dan hidup itu adalah ujian sebagaimana firman Allah berikut ini.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

”Allah yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya (QS.67:2)

Bukan hanya maut itu sendiri, juga tidak sedikit ujian yang justru harus dihadapi sebelum maut itu datang. Bahkan peristiwa sepanjang kehidupan itupun terdapat banyak ujian yang harus dihadapi manusia. Antara lain adalah kenikmatan, kesenangan, kelapangan atau kesempitan rizqi dan kesengsaraan atau penyakit. Sebagaimana ayat ayat berikut ini.

فَإِذَا مَسَّ الإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni'mat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni'mat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui (Qs.39:49).

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ

Adapun manusia apabila Robnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". ( Qs. 89:15 ).

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"[1576].(Qs.89:16)

[1576]. Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Begitulah keluh kesah manusia ketika diberi kesusahan dan bersikap sombong bila diberi kesenangan. Kadang kadang manusia tidak menyadari tentang hakekat kondisi kehidupan yang di alaminya.

Dalam ayat di atas Allah mejelaskan bahwa kebaikan dan keburukan, kelapangan dan kesempitan, kemudahan dan kesulitan itu semuanya adalah ujian. Begitu juga dengan kemiskinan atau kekayaan dalam harta dan rizqi yang kita miliki juga terdapat ujian. Kebaikan dan keburukan yang kita alami di dunia ini juga cobaan seperti diungkapkan dalam firman Allah berikut ini.

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ  

Kami akan menguji kamu dengan KEBURUKAN dan KEBAIKAN sebagai cobaan/ujian (yang sebenar benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. ( Qs. 21:35).

Bahkan bumi dan isinya yang berlimpah dengan segala macam jenis harta benda berupa tambang mineral, emas, perak, minyak bumi, mutiara, berlian, buah buahan adalah juga sebagai hiasan dan ujian sebagaimana firman Allah berikut ini.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا 

“ Sesungguhnya Allah menciptakan apa apa diatas bumi adalah sebagai perhiasan bagi manusia SUPAYA ALLAH MENGUJI mereka siapa diantara mereka yang paling baik amalnya”
( Qs.18:7).

Dalam kehidupan dunia yang sangat sebentar ini tidak sedikit ujian yang diberikan Allah kepada orang orang beriman. Baik ujian yang bersifat material, jasmaniah maupun yang bersifat kejiwaan/psikis. Allah berfirman dalam Qs. 2: 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّن الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ َ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

”Dan sungguh akan Kami berikan COBAAN kepadamu, dengan SEDIKIT KETAKUTAN, KELAPARAN, KEKURANGAN harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”                   ( Qs.2:155 )

Cobaan dan ujian yang diberikan Allah ternyata bukan hanya jasmaniah/materil yang berupa kekurangan buah buahan. Kita mengetahui bahwa buah buahan adalah lambang atau simbol kesejahteraan. Sebab kalau kita amati kehidupan manusia dari segala lapisan maka bisa kita temui lapisan masyarakat yang makan buah setelah atau sebelum makan utamanya.
Hal semacam itu tentu tidak dilakukan oleh lapisan masyarakat yang kurang mampu. Disamping itu juga ada ujian yang bersifat psikis. Seperti ketakutan kelaparan dan juga ketakutan kekurangan jiwa. Allah menutup kalimat ancamanNya itu dengan harapan. ”berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar” .

Siapa orang yang sabar itu, perhatikan QS.2:156

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Ternyata sabar itu adalah sikap  mengembalikan setiap peristiwa buruk (musibah atau mala ptaka) yang menimpa kita, kepada Allah dan selalu memohon perlindungan kepadaNya.

Apakah imbalan yang diperoleh orang orang yang selalu mengembalikan setiap musibah kepada Allah dan mohon perlindungan kepadaNya?. Allah berfirman

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 

”Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rob mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( Qs. 2: 157 )

Alangkah nikmatnya orang orang yang berserah diri kepada Allah atas musibah berupa ujian yang di terimanya dengan sabar. Antara lain memperoleh:

” keberkatan yang sempurna,
” rahmat ”
” mendapat petunjuk”

Musibah sebagai bentuk ujian atau cobaan sering di maknai sebagai suatu peristiwa di atas dunia ini yang tidak menyenangkan, mengecewakan, merugikan secara materil, tidak membahagiakan dan semua yang dapat menimbulkan kehilangan materi/harta, jasad, jiwa dan atau kehormatan.

Musibah adalah setiap peristiwa di atas dunia ini yang tidak sesuai antara keinginan atau harapan dengan kenyataan atau rencana dengan realisasi.

Peristiwa sekecil apapun yang tergolong seperti itu adalah harus kita anggap sebagai musibah agar kita bisa sabar, pasrah dan mengembalikannya pada Allah.

Sedangkan sabar itu berlaku pada dibagi 3 ( tiga ) keadaan.

Pertama, sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Yaitu dalam bentuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Sebagai contoh. Sholat memerlukan kesabaran karena waktunya sering berbenturan dengan urusan kita mengurus dunia. Kalau kita tidak sabar dalam menjalankan Sholat maka syaithon masuk kedalam hati kita sehingga membuat kita lalai dalam sholat itu dan berbicara dengan hatinya sendiri. Allah berfirman tentang lalainya sholat seseorang sebagai berikut.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ - الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,  ( Qs. 107:4-5 )

Jadi Allah memonis CELAKA bagi orang yang lalai sholatnya. Karena ia tidak mendapatkan balasan pahala dari sholatnya itu dan rugi karena telah membuang waktunya untuk yang sia sia. Selain itu Sholat juga membutuhkan waktu yang dapat mengurangi porsi waktu kita mengurus dunia. Sholat membutuhkan aktifitas fisik mulai wudhu sampai salam.

Semuanya itu memerlukan kesabaran karena kalau mengikuti akal sehat yang dibisiki syaithon semuanya seolah olah menyita waktu. Apabila sholat tidak dilakukan dengan sabar tetapi tergesa gesa maka seperti yang Allah katakan pada ayat diatas tadi dan jelas kualitas sholatnya setidaknya menjadi buruk/rendah. Nabi bersabda.

العجلة من الشيطا ن و الشاء ني من الله

“ Tergesa gesa itu adalah dari syaithon dan perlahan lahan (tenang) itu dari Allah taa’la “

Begitu juga dengan ibadah ibadah fardhu lainnya dan juga ibadah sunnah juga memerlukan kesabaran.

Kedua, sabar dalam meninggalkan maksiyat.

Setiap ajakan yang menyenangkan yang datang melalui bisikan di dalam hati, memerlukan kesabaran untuk menseleksinya. Kenikmatan kenikmatan yang dijanjikan oleh ajakan dari dalam hati itu memerlukan penyaringan yang juga memerlukan kesabaran. Sebab kalau kita tidak sabar dalam menseleksi dan menyaring setiap ajakan yang datang dari bisikan di dalam hati (hawa nafsu) maka tidak mustahil yang kita ikuti adalah tipu daya syaithon yang berbentuk maksiyat. Kita juga harus membedakan ketika datang bisikan berupa ajakan dari dalam hati. Terkadang yang di tawarkan kedalam hati itu bukan kebutuhan tapi keinginan. Kalau itu keinginan bisa berupa syahwat. Apakah syahwat perut ataukah turunan ( derivasi ) dari syawhat farji. Kalau dia berupa syahwat ( perut atau turunan syahwat farji ) maka tidak lain itu adalah hawa nafsu. Kita tahu bahwa hawa nahsu membawa pada keburukan. Sebagai firman Allah berikut ini.

إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robku. ( Qs.12:53 )

Bisikan itu sangat halus masuk kedalam dada (hati) manusia sebagaimana firman Allah berikut ini. Syaithon dalam hal ini juga bisa berwujud jin dan manusia. Oleh karena itu manusia harus senantiasa meminta perlindungan dari Allah swt.

مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,         

مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
dari (golongan) jin dan manusia.

Ketiga, sabar dalam menerima taqdir buruk ( musibah ).

Taqdir buruk jelas. Tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan, tidak nyaman bahkan kadang kadang menimbulkan kehilangan harta dan jiwa serta kehormatan. Dalam situasi seperti itu kita harus punya sikap sebagaimana telah diuraikan diatas yaitu sabar.

Lalu apakah taqdir baik juga merupakan ujian atau cobaan.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ -16

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: ”Robbku telah memuliakanku“.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata:    ” Tuhanku menghinakanku “. (QS.Al Fajr: 15-16)
Sementara itu Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”  (QS.AL MU’MINUN:55-56).
Pada hakekatnya sabar itu diwajibkan kepada manusia sepanjang hidupnya. Karena jalan kehidupan sejak baligh dan mukallaf sampai mejelang kematian banyak dipenuhi oleh ujian dan cobaan itu memerlukan kesabaran. Dan kesabaran itu akan dibalas atau diganjar tanpa batas ( tak terhingga ). Allah berfirman dalam surat Azzumar ayat10 sebagai berikut.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )

Untuk mendapat ”taqdir baik didunia dan akhirat” memerlukan ”jalan yang lurus”

Untuk memperoleh keselamatan hidup didunia dan mencapai kebaikan di akhirat maka rosulullah memberi contoh dalam setiap sholat untuk selalu mengucapkan :

” tunjukanlah kami jalan yang lurus”.

Apakah jalan yang lurus itu. Apakah ”shirotol mustakim” itu berupa rambut dibelah tujuh. Kita mengetahui bahwa secara matematik jarak terdekat adalah garis lurus. Jadi kalau kita mau menuju Allah maka cara terdekat adalah lewat jalan yang lurus. Tapi sekali lagi apa jalan yang lurus itu ?.

Perlu diketahui bahwa setiap ayat Alqur’an hanya dapat di jelaskan dengan ayat Alqura’n juga atau dengan hadits. Lihat penjelasan ayat 5 surat Alfatihah diatas.

Penjelasan jalan yang lurus menurut Al Qura’n tercantum dalam Qs. 6 : 153.

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

”dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”.

[152]. Maksudnya: janganlah kamu mengikuti faham faham, ideologi, ajaran ajaran atau agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam.

Jadi setiap perintah Allah itu adalah jalan yang lurus.
Dalam kitabnya Al Islam, syech Said Hawa mengatakan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus atau kalimat ”shirotol mustakim ” adalah Al Islam”. Demikian juga Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya yang terkenal. Bahwa yang dimaksud dengan ”shirotol mustaqim ” pada ayat ke 6 surat Al Fatihah adalah  ”Addinul Islam”. Tidak ketinggalan pula Prof DR Hamka di dalam tafsir Al Azharnya juga menyebut ” jalan yang lurus ” itu adalah Addinul Islam.

Dengan demikian sebenarnya semua ujian yang dihadapi manusia  sepanjang hidupnya sudah ada jalan keluarnya atau pedomannya atau petunjuknya. Tentu saja semua yang benar tentang Addinul Islam hanya ada di dalam Al Quran dan Assunnah.

Salah satu ajaran tentang jalan yang lurus adalah yang berkaitan dengan kesabaran dan bersyukur ini, terdapat dalam hadits nabi tentang bersyukur dan bersabar pada salah satu riwayat dari Abu Yahya Shuhaib Ibn Sinan sebagai berikut.  

Nabi bersabda :

janin2عجبالامرالموء من ان امره كله له خير و ليس ذلك لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له

Sungguh mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya.  Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka itu menjadi baik baginya. Dan apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya ”.

Perhatikan hadits diatas bahwa ujung ujungnya semua yang dialami seorang muslim yang mu’min apakah itu kegembiraan maupun kesengsaraan adalah selalu baik. Tentunya dengan kondisi atau syarat tertentu. Yaitu apakah dia  puas (ridho dan bersyukur)  menerima  kegembiraan ( taqdir baik ) maupun kemudhorotan ( taqdir buruk ). Apabila disikapi dengan iman dalam bentuk bersyukur saat menerima taqdir baik atau bersabar pada saat menerima taqdir buruk maka semuanya berujung pada sesuatu yang baik.

Kalau sudah kita ketahui bahwa shirotol mustaqim itu adalah Dinul Islam.
Mengapa kita tidak bersungguh sungguh untuk memahaminya dan menjalankannya secara total ( kaffah )?. Agar kita dengan mudah menapaki jalan di dunia yang penuh jebakan dan rintangan syaithon ini dalam menuju Allah. Tanpa memahami ilmu Dinul Islam mustahil seseorang dapat kembali kerumah abadi yang diidolakanya. Bahkan tidak sedikit yang tersesat, tujuan tidak bisa dicapai dan tempat kembali pun tidak diketahuinya. Hanya dengan menuntut ilmu syari’ (tholabul ilmi) tentang Dinul Islam lah manusia akan terbimbing kejalan para nabi dan rosul, shidqin, syuhada dan sholihin. Sebagaimana firman Allah swt berikut ini.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; ( Qs.1:7 )

Siapa orang orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah dalam ayat diatas ?. Menurut tafsir Ibnu Katsir terdapat dalam firman Allah berikut ini.

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم
مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin [314], orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.       ( Qs.4:69 )

[314]. Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Begitu indahnya ajaran jalan lurus yang di ajarkan Allah swt dan di sampaikan lewat rosulullah itu. Ternyata orang yang diberi nikmat itu adalah para nabi, rosul, shidqin da sholihin. Mengapa para shodiqin dan sholihin itu diberi nikmat. Karena mereka mengikuti Allah dan rosulNya. Apa bentuk kenikmatan yang diterima oleh para Nabi, rosul, Shidqin dan sholihin pada ayat 69 surat An Nisa itu. Padahal kalau kita lihat sejarah, hampir tidak ada para nabi, rosul, shodiqin dan sholikhin yang hidupnya bergelimang harta dan kesenangan. Lalu kenikmatan apa yang mereka terima. Qs 5:3 memberi isyarat tentang nikmat itu.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
       
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi Din bagimu. ( Qs.5:3 ).

Berdasarkan ayat di atas yang dimaksud nikmat tersebut adalah Addin          ( syariat atau dalam arti sempit adalah agama ). Bagaimana  kita menikmati iman islam. Hal ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah mendapat hidayah dari Allah berupa pemahaman tentang syariat Dinul Islam secara benar dan menjalankannya secara kaffah.

Beberapa pesan pesan rosulullah agar kita bersikap ridho dan sabar dalam menerima berbagai ujian cukup banyak antara lain berikut ini.

ما يصيب المسلم من نصب ولا و نصب ولا هم ولا حزن
ولا اذى ولا غم حتى الشو كة سشاكهاالا كفرالله بها من خطاياه

Hadits dari Abu Sai’d dan Abu Huroiroh diriwayatkan oleh Imam Buchari dan Muslim. Nabi saw bersabda :

“ Seorang muslim tidak ditimpa oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang tertancap padanya melainkan Allah menebus dengannya dari kesalahan kesalahannya

Kalau manusia sadar dan mengetahui ucapan rosulullah yang menggembirakan itu pastilah tidak ada kekecewaan atau putus asa pada diri manusia. Pada bagian hadits yang lain dikatakan bahwa sakit, gangguan meski tertusuk duri dapat menghapuskan dosa. Sebagaimana hadits yang berasal dari Ibnu Masu’d yang juga diriwayatkan oleh Buchari dan Muslim. Nabi saw bersabda.

“ Tidak ada seorang muslim yang ditimpa gangguan, duri dan seterusnya melainkan Allah memutus dengannya keburukan keburukannya dan dosanya berguguran bagaikan pohon yang merontokan daunnya “.

Sesuatu yang juga harus kita ketahui dan imani adalah tentang begitu banyak dan luasnya rahmat Allah yang terkandung dalam berbagai bentuk fenomena kehidupan. Seperti peristiwa atau fenomena menyenangkan atau menyedihkan, gembira atau sedih, sehat ataupun sakit, miskin ataupun kaya, sukses atau bangkrut. Bahwa semuanya mengandung rohmat yang diturunkan Allah kepada hamba hambaNya. Tentang keburukan yang ditimpakan kepada hambaNya rosulullah saw bersabda.

اذا ارد الله بعبده الخيرعخل له العقوبة فى الدنيا واذا ارد الله بعبده الشرامسك عنه بذنبه حتى يوافي به يو م القيامة

Apabila Allah menghendaki KEBAIKAN pada seorang hambaNya, Dia MENYEGERAKAN HUKUMAN untuknya DI DUNIA. Dan apabila Allah menghendaki keburukan Dia menahan darinya ( hukuman ) karena dosanya hingga Dia menunaikannya pada hari kiyamat “ (HR ATTARMIDZI).

Dengan demikian janganlah kita menyesali keburukan yang menimpa pada diri kita ketika di dunia ini. Karena bisa jadi itu adalah hukuman yang di dahulukan Allah selama kita masih di dunia. Sehingga berkurang atau hapuslah hukuman kita di akhirat nanti.

Untuk mengakhiri diskusi dan kajian kita maka marilah kita menyucikan dan memuji Allah serta memohon ampun dan bertaubat kepadaNya untuk selalu kembali hanya kepaadaNya.

Demikinlah kajian kita hari ini semoga bermanfaat khususnya untuk diri saya sendiri dan hadirin serta pembaca sekalian. Sesungguhnya yang benar datangnya dari Allah sedangkan yang salah datangnya dari saya yang lemah dan pelupa serta hilaf. Untuk menutup kajian kita marilah kita memuji Allah dan memohon ampun serta selalu kembali kepadaNya dengan membaca do’a kaffarotul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah ilah kami dengan segala pujian untukMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته