“MENGANGGAP
BAIK PERBUATAN BURUK”
بسم ا لله ا لر حمن ا لر
حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با
اللة من سر و ر ا نفسنا و من سيا ت ا عما
لنا- من يهد لله فلا مضل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله
و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد ين
Sesungguhnya
hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya
kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari
kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi
petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang
disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah. Yang tidak ada
nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya,
sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.
ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و
حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر
Sesungguhnya perkatan
yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar
adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam
peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan
setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته
و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
Wahai orang orang yang beriman betaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam
keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 ).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264],
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (
Qs.4:1 )
263]. Maksud
dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula
yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang
dari padanya
Adam a.s. diciptakan.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر
يم
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم
ويغفر لكم ذ نوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” (Qs.33:70-71)
Maasyarol muslim rohimakumullah,
Sejak manusia pertama
mengembangkan keturunannya menjadi suku, kabilah, bangsa, masyarakat dan
negara hingga hari ini telah terjadi saling tindak ( interaksi ) berupa
pertukaran kebiasaan dan cara hidup dalam berumah tangga, bermasyarakat dan
berbangsa serta bernegara. Kenyataannya
hal itu memang tidak bisa dan sulit dihindarkan. Itu sudah menjadi tabiat hidup
bercampur baur antar manusia. Dalam sebuah proses pencampuran sudah tentu
masing masing pihak saling menerima sifat atau faktor faktor yang melekat pada
setiap pihak atau mitra tersebut.
Tanpa
disadari semua pihak akhirnya saling bertukar cara atau menggunakan
sifat/faktor yang dimiliki setiap pihak atau mitra masing masing. Singkatnya
hidup manusia pada umumnya berawal dari tindakan saling meniru. Baik internal
di dalam keluarga, suku, bangsa sendiri maupun dengan pihak diluar lingkungan
kita.
Selama
proses pertukaran kebiasaan atau cara hidup itu berada diluar koridor
aturan Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara
alam semesta dan isinya maka manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melakukannya.
Artinya segala sesuatu tentang hubungan ( interaksi ) antar manusia ( muamalat
) asalnya boleh kecuali kalau ada larangnya. Namun demikian tidak berarti bahwa
di dalam syari’at islam hubungan ( interaksi ) antara manusia tidak ada
aturannya. Karena islam yang berlaku sejak Adam as hingga Nabi Muhammad saw secara
perlahan dan sedikit sedikit terus mengalami penyempurnaan yang sangat sempurna
yang meliputi semua aspek kehidupan manusia di bumi ini. Allah berfirman.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Dinmu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi Addin
bagimu
( Qs.5:3 ).
Dengan berpegang pada firman Allah
diatas, memberi modal kepada umat islam dalam menjalankan hidupnya di dunia
yang penuh dengan ragam dan seginya ini. Sesungguhnya nyaris hampir tidak ada
segi kehidupan di dunia ini yang tidak di atur dengan syaria’t islam. Oleh
karena itu rasanya sulit bagi seorang muslim yang menjalankan
hidupnya secara islam yang kaaffah dapat menghindari ketentuan syariat
yang telah ditetapkan Allah dan rosulNya. Dengan demikian seorang muslim yang
mampu menghindar dari ketentuan syariat islam sama artinya telah mengabaikan
perintah Allah dan sebaliknya bahkan telah bermaksiyat kepada Allah. Namun
Allah telah menjadikan garis atau perjalanan hidup manusia hingga akhir hayatnya
sebagai ujian sebagaimaa firman Allah berikut ini.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun, (
Qs.67:2 ).
Salah
satu ujian yang diciptakan Allah untuk manusia sejak Adam as ketika di surga dahulu
adalah diciptakannya Iblis sebagai nenek moyang syaithon yang
bersumpah untuk menjerumuskan manusia ke neraka. Jadi nenek moyang
manusia dahulu ( Adam as ) pernah di uji Allah melalui Iblis degan tipu dayanya
yang dahsyat. Akhirnya keberadaan anak cucu Iblis yaitu syaithon pun yang hidup
bersama manusia di bumi ini akan terus memusuhi hingga akhir jaman sesuai
sumpahnya di hadapan Allah sejak masih tinggal di surga.
قَالَ فَأَنظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya [529]
sampai waktu mereka dibangkitkan". ( Qs.7:14 )
[529]. Maksudnya: janganlah saya dan
anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan
menggoda Adam dan anak cucunya.
Adam as sesungguhnya telah diberikan pengetahuan yang sangat lengkap oleh Allah sehingga malaikat pun diperintah Allah untuk sujud sebagai bentuk penghormatan kepada Adam. Pada saat itu hanya Iblis yang karena sifat sombong dan irinya tidak mentaati perintah Allah untuk sujud kepada Adam as. Allah bertanya kepada Iblis tentang sikapnya itu. Allah berfirman.
Adam as sesungguhnya telah diberikan pengetahuan yang sangat lengkap oleh Allah sehingga malaikat pun diperintah Allah untuk sujud sebagai bentuk penghormatan kepada Adam. Pada saat itu hanya Iblis yang karena sifat sombong dan irinya tidak mentaati perintah Allah untuk sujud kepada Adam as. Allah bertanya kepada Iblis tentang sikapnya itu. Allah berfirman.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ
أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن
طِينٍ
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu
untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis
"Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia
Engkau ciptakan dari tanah". ( Qs.7:12 ).
Sifat
Iblis yang sombong, iri dan dengki sejak masih di surga itu kelak akan
diturunkan kepada anak cucunya yaitu syaithon. Oleh karena itu manusia yang
memiliki kedua sifat itu tidak lain karena mendapat bisikan syaithon. Pernyataan
Iblis pada ayat diatas yang mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada Adam
adalah suatu sikap mengada ada. Karena Allah Yang Maha Mengetahui
tidak pernah menetapkan bahwa Iblis lebih baik dari pada Adam. Bahkan justru
sebaliknya. Buktinya malaikat sebagai makhluk yang paling taat dan dekat dengan
Allah diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam. Jadi disamping sifat
sombong, iri dan dengki. Masih ada lagi
sifat Iblis dan keturunannya ( syaithon ) kelak yaitu sifat “menyelisihi atau
menolak kebenaran” dan “mengada ada”.
Sifat
sifat Iblis itulah yang kelak diwariskan kepada anak cucunya untuk kemudian di
bisikan kedalam hati anak Adam ketika di dunia ini. Sifat sifat tersebut antara
lain adalah :
1).
Sombong ( merendahkan orang lain )
2).
Iri/dengki ( hasad ).
3).
Mengada ada
4).
Menolak atau menyelisihi kebenaran yang datang dari Allah dan rosulNya.
Apakah
sifat sifat itu hanya ada pada Iblis dan anak cucunya, yaitu syaithon?. Tentu
tidak. Bahkan justru sifat sifat itulah yang akan disusupkan syaithon kedalam
hati manusia agar manusia dapat bersekutu dengan syaithon dan secara bersama
sama bermaksiyat ( membangkang, tidak mentaati ) kepada Allah.
Kita
kembali kepada mekanisme muamalat ( interaksi sosial ) antar
manusia. Bahwa dengan majunya perkembangan tehnologi bukan hanya terjadi
kemudahan dalam perpindahan ( migrasi ) manusia. Tetapi juga pertukaran
cara hidup manusia itu sendiri serta berbagai kebiasaan bahkan
keyakinan. Baik dalam bentuk informasi tertulis, lisan dan visual atau
peragaan langsung oleh para pelakunya.
Seperti
diketahui bersama bahwa tingkat ilmu pengetahuan dan tehnologi suatu masyarakat
atau bangsa di bumi ini berbeda beda atau bertingkat tingkat. Sudah menjadi
kelaziman bahwa masyarakat yang lebih rendah biasanya mengagumi bangsa
yang lebih tinggi tingkat peradabannya dalam ukuran dan penilaian akal manusia
sendiri. Sikap mengagumi manusia secara pribadi maupun mastyarakat atau
bangsa bukanlah sikap sepele yang dapat kita abaikan begitu saja.
Karena mengagumi itu melahirkan sikap membanggakan lalu diikuti dengan
memuja ataiu mengIDOLAkan orang atau masyarakat atau bangsa yang
dikaguminya itu. Sebagai contoh, seseorang mengagumi seorang artis pemusik pria
yang menggunakan anting, di tato, berambut sebahu dan banyak lagi atribut
lainnya. Maka Si pengagum secara alamiah
akan meniru semua atribut yang melekat pada artis pemusik tersebut. Bahkan gaya
bicara dan cara hidup si artis pemusik itu tidak luput dari peniruan oleh si
pengagumnya itu ( fansnya ). Mengenai fenomena seperti itu Nabi saw berabda.
من
تشبه باكوم فهو منهم
“ Barang siapa
menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut termasuk mereka “ (
HR MUSLIM ).
Hadis
diatas dengan tegas menyatakan bahwa si peniru itu sama dengan yang ditiru (
dipanuti ).
Selama
yang dipanuti atau ditiru itu sesuai dengan syari’at Allah dan rosulNya maka
tidak ada masalah. Tapi jika yang ditiru itu meyelisihi Allah dan rosulNya maka
potensi kecelakaan atau musibah yang akan menimpanya di akhirat kelak.
Dalam
kenyataan hidup yang di dalamnya selalu terjadi pertukaran atau pencampuran
dalam kebiasaan bermuamalat ( interaksi soial ) maka tidak mustahil terjadi
pula proses peniruan terhadap pihak yang di anggap baik - cara
hidupnya - menurut akal manusia. Bukan “baik” secara syaria’t.
Pada
fenomena sejarah yang terjadi di Indonesia tidak sedikit proses peniruan
budaya, tradisi adat dan cara hidup lainnya yang di tularkan oleh suatu msyarakat
atau bangsa tertentu kepada bangsa Idonesia ini. Jauh sebelum datang bangsa
bangsa Eropa yang menjajah Nusantara maka telah lebih dulu ada bangsa India
yang membawa tradisi, adat dan kepercayaan hindu dan budha. Dengan panjangnya
waktu dilakasanakannya adat dan kepercayaan itu maka tradisi, adat dan
kepercayaan itu menjadi budaya nusantara yang saat ini telah dkukuhkan sebagai
adat dan budaya asli nusantara. Berakarlah budaya tersebut dengan kuat di dalam
kehidupan mungkin bahkan telah bermutasi menjadi DNA dan GEN bangsa
nusantara ini, sehingga menjadi watak masing masing suku. Berdasarkan hal itu
tidak mengherankan jika ada orang yang sinis mengatakan bahwa apabla kulit
dan daging seorang muslim nusantara ini di sayat maka akan terlihat bahwa
darahnya adalah budha dan tulangnya hindu bahkan akhirnya kulit dan dagingnya
nashroni dan yahudi. Peryataan itu sungguh sangat menyedihkan dan
merupakan musibah bagi umat islam di nusantara ini. Tetapi apakah kenyataan
yang terjadi sama seperti ungkapan sinis tersebut. Marilah kita lakukan
pengamatan ( observasi ).
Kita
semua pada umumnya telah memiliki nenek moyang yang memeluk kepercayaan islam.
Mungkin ada nenek moyang yang sudah lebih dari tujuh turunan dalam memeluk
kepercayaan agama islam ini. Dengan kondisi status islam yang sepert itu (
lebih 7 turunan ) maka cukup banyak ritual yang telah kita kenal dan biasa di
lakukan pada waktu waktu tertentu dan dengan cara cara tertentu pula. Sebut
saja, sejak kita masih di dalam kandungan maka orang tua kita melaksanakan
upacara 7 bulanan, belakangan diganti dengan 4 bulanan. Setelah kita lahir, tujuh
hari kemudian orang tua kita memberikan nama lalu melaksanakan pemotongan kambing
( hakekah ). Saat kita pertama kali menginjakan kaki di bumi ( belajar jalan ),
orang tua kita melakuklan slametan tedak siti ( bahasa jawa ). Ritual ritual
lainnya terus menyusul pada setiap waktu dalam tahap proses perjalanan hidup
kita. Setelah melalui itu semua apakah kita pernah bertanya. Siapa yang
memerintahkan dan memberi contoh ritual ritual itu ?.
Mungkin
kita sudah tidak perduli dengan pertanyan seperti itu. Karena menurut akal kita
pertanyaan itu sudah tidak relevan dengan telah terlaksananya ritual itu selama
lebih dari tujuh turunan terjadi. Toch bapak dan kakek serta buyut kita telah
melakukan itu semua. Apakah mereka yang lebuih dulu hidupnya dari kita
melakukan kesalahan ?. berpuluh bahkan
mungkin sudah ratusan tahun. Argumentasi ini mirip dengan pernyataan kaum kaum
terdahulu ketika di ajak untuk mengesakan Allah ( tauhid ) oleh para nabi atau
rosul mereka di jamannya. Allah berfirman.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ
اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ
الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah
apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami
(hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya".
Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu
menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?
( Qs.31:21 ).
قَالُواْ أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّهَ وَحْدَهُ
وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ
الصَّادِقِينَ
Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada
kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa
disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan
kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar." ( Qs.7:70 )
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءنَا عَلَى أُمَّةٍ
وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ
"Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak
kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka".
( Qs.43:23 ).
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا
أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُواْ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ
آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah
mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk ?. (
Qs.5:104 )
Dari
keempat ayat di atas ( walupun masih banyak ayat ayat sejenisnya ) memperlihatkan
kepada kita. Betapa besar pengaruh otoritas orang tua terhadap fanatisme
keturunannya tentang sesuatu yang telah menjadi tradisi para orang tua.
Walaupun sesungguhnya baik orang tua kita maupun kita sendiri tidak atau belum mengetahui
status benar dan salahnya Dinul Islam tradisional yang telah berlaku
selama berpuluh bahkan mungkin beratus tahun lalu itu. Iya memang, karena waktu
sepanjang usia kita, telah habis terpakai hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
keduniaan yang singkat ini. Secara garis besar waktu dalam usia hidup kita
terpakai untuk :
1).
Pendidikan ( untuk menuntut ilmu dunia ) kira kira 20 tahun.
2).
Bekerja mengumpulkan harta kurang lebih 30 tahun.
3).
Bersosialisasi dan menikmati waktu senggang dan kesehatan dengan melakukan
rekreasi, hiburan dan bercengkerama dengan tetangga, sahabat, kerabat serta
rekan sejawat. Selama itu kita tidak pernah menghitung berapa banyak
sudah waktu yang kita habiskan untuk ibadah. Padahal dengan bekal
ibadah itulah kita dapat memperoleh kehidupan bahagia dan kekal abadi. Adilkah
kita dengan diri kita sendiri ?. Ataukah dengan komposisi waktu seperti
itu kita dengan sengaja telah menangguhkan penganiayaan diri sendiri yang
akan kita alami kelak di akhirat nanti. Wallahu taa’la a’lam.
Naudzubillahi min dzalik.
Kita
tidak perlu memvonis nenek moyang kita bahwa mereka telah mewaris kan kesalahan
dan kekeliruan dalam ritual tersebut. Tetapi seperti juga kita bahwa mereka senantiasa
menjadi target musuh bebuyutan manusia yaitu syaithon yang selalu siap
menjerumuskan kita semua ke dalam neraka dengan cara menyelewengkan perbuatan
kita dalam beribadah kepada Allah. Allah berfirman dalam
hadits Qudsi.
خلقت عبادى حنفاء كلهم وانهم اتتهم الشيا طين جتا
لتهم عن دينهم
“
Sesunguhnya Aku menciptakan hamba hambaKu seluruhnya dalam keadaan lurus (
hanif, muslim ), dan sesungguhnya syaithon datang kepada mereka (manusia) lalu
memalingkan mereka dari Addin mereka” ( HR MUSLIM ).
Ketetapan
Allah sesungguhnya adalah suatu kepastian (certainty ) yang atas kehendakNya
selalu terjadi pada setiap kehidupan makhlukNya. Begitu juga terhadap hidup
manusia. Apakah yang akan disesatkan akan diberi petunjuk (hidayah). Sarana
penyesatan manusia yang paling utama adalah syaithon yang terlaknat kemudian
diikuti oleh akal dan hawa nafsu.
Sebagaimana
bunyi hadits Qudsi diatas bahwa cara syaithon menyesatkan manusia adalah dengan
“memalingkan manusia dari Addin mereka (Dinullah) yaitu Islam “.
Dengan
berpalingnya manusia dari Addin ( dalam arti sempit “agama” ) berarti
manusia telah lupa juga kepada Allah pada saat itu. Semakin sering berpaling
dari Addin maka makin sering pula manusia berpaling dari Allah. Tentu ada objek
lain yag menggantikan kedudukan Allah ketika manusia berpaling dari Addinnya.
Contoh kecil misalnya mengabaikan sholat ketika rapat bisnis di siang hari yang
membuat manusia begitu antusias untuk tenggelam pada urusan dunia yang menjanjikan
harapan kesenangan. Peristiwa itu tidak lain adalah suatu proses memalingkan
manusia dari addinnya ( agamanya ). Dalam kasus ini telah berkolaborasi
antara dua sarana penyesat manusia yaitu syauthon dan hawa nafsu.
Selain sarana penyesatan yang dapat memalingkan manusia dari addinnya maka ada
lagi yaitu sifat syaithon yang di wariskan dari nenek moyang yang telah
disinggung sebelunya, yaitu perbuatan ‘mengada ada”.
Kita
masih ingat ketika Iblis mengatakan dirinya lebih baik dari pada Adam as.
Pernyataan itu adalah suatu perbuatan “mengada ada” dan tidak
sesuai atau “ menyelisihi atau menolak kebenaran”.
Dalam
kehidupan kaum muslimin tidak sedikit mereka yang melakukan perbuatan syithon
itu dengan berbuat “mengada ada“ dan “menyelisihi kebenaran“
yang datangnya dari Allah dan rosulNya.
Kalau
kita teliti satu persatu ritual ritual yang diwariskan nenek moyang kita maka
kita dapat menemukan hal hal yang “tidak sesuai dengan” atau “menyelisihi
“ syariat Allah dan rosulNya. Semuanya itu adalah karena diawali oleh
perbuatan “mengada ada” yang dibisikan syaithon kepada nenek
moyang kita puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu. Kemudian karena ketaatan
kita sebagai keturunannya dan keinginan untuk hormat kepada orang tua dan nenek
moyang kita maka kita “menganggap baik” perbuatan tersebut. Padahal
kita tidak pernah menguji benar salahnya ritual ritual itu dengan parameter
parameter syaria’t yang telah ditetapkan Allah dan contoh dari rosulNya. Ketika
dalam fikiran kita telah menyusup bisikan yang menjadikan fikiran kita “menganggap
baik” perbuatan yang tidak kita ketahui status benar salahnya itu maka
pada saat itu sesungguhnya syaithon telah mengintervensi hawa nafsu dan
fikiran kita. Jika kita tahu tentang keadaan yang terjadi itu maka
seharusnya pada saat itu kita memohon perlindungan kepada Allah agar kita tidak
membebek “mengada ada” sesuatu yang tidak jelas asalnya.
Mencegah
terjadinya perbuatan “mengada ada” itu sangat penting sebagai
benteng masuknya kesesatan dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan
laranganNya. Nabi bersabda.
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد
شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في
ا لنا ر
Seburuk buruk urusan adalah MENGADA
ADA dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada
ada itu
bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
Nabi
saw menyebut di dalam hadits tersebut diatas bahwa perbuatan “mengada
ada” dengan istilah “bid’ah” dan setiap bid’ah itu SESAT
dan setiap yang SESAT tempatnya DI NERAKA. Betapa mengerikannya
perbuatan “mengada ada” sebagai benih dari bid’ah itu.
Bagaimana
perbuatan “mengada ada“ itu dapat terjadi pada manusia ?.
Perbuatan “mengada ada“ bisa terjadi sebagai hasil kerja sama
dari hawa nafsu dan akal manusia yang telah di susupi syithon. Biasanya karena
harus menolak perbuatan yang tidak syar’i. Misal syubhat yang dilakukan oleh
sebagian umat islam maka untuk menghindarinya umat islam lainnya masuk ke syubhat
yang baru dalam bentuk mengadakan ritual tandingan yang tidak ada
dalilnya dari qura’n dan hadits.
Contohnya,
malam tahun baru islam (satu muharam)
yang nabi sendiri tidak mengalami. Berarti nabi saw tidak mecontohkan atau mengadakan
ritual tanggal 1 muharam itu. Tapi karena dorongan hawa nafsu yang didukung
akal umat islam ingin juga di pandang setara dengan umat lain yang mengadakan
perayaan tahun baru satu masehi. Argumentasi atau hujjahnya adalah “DARIPADA”
tidak ada kegiatan di hari bersejarah itu “LEBIH BAIK” kita melakukan IBADAH.
Subhanallah, sesungguhnya itu bukan lah ibadah yang ada perintahnya dari Allah
dan contohnya dari nabi saw. Maka perbuatan semacam itu termasuk “mengada
ada” dengan dalil atau hujjah (argumen tasi) “menganggap baik suatu
perbuatan buruk” yang telah dibisikan oleh syaithon. Dalam beberapa
firmanNya Allah telah menginformasikan.
فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ
فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu MEMANDANG
BAIK PERBUAT AN MEREKA (YANG BURUK), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di
hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih”. ( Qs.16:63 ).
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ
لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan MENJADIKAN MEREKA MEMANDANG
BAIK (PERBUATAN MA'SIAT) DI MUKA BUMI, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, (
Qs. 15:39 ).
أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ
كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءهُمْ
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan
yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) MENJADIKAN DIA
MEMANDANG BAIK PERBUATANNYA YANG BURUK ITU dan mengikuti hawa nafsunya? ( Qs.47:14 ).
Sesungguhnya
manusia yang telah tertipu oleh syaithon senantiasa menjadi kan “perbuatan
buruknya sebagai perbuatan baik” sehingga menjadi RUMUSAN dan
kepastian yang tidak terbantahkan (AXIOMA). Bahkan pada umumnya
manusia yang menggunakan hawa nafsu dan akalnya senantiasa mengajukan suatu
DALIL CIPTAANNYA SENDIRI untuk menetapkan ibadah ciptaannya (sendiri juga)
adalah dalil TAPI KAN DARIPADA….. IBADAH ITU KAN BAIK
BANYAK MENYEBUT NAMA ALLAH DAN BERDZIKIR …..dan seterusnya. Mereka pada
umumnya tidak mengetahui kaidah ushul fiqih yang mengatakan “
ibadah itu hukum asalnya terlarang kercuali ada perintahnya dari Allah dan
contohnya dari rosulullah saw “.Itu adalah kaidah ushusl fiqih untuk
ibadah. Maka ushul fiqih berikutnya adalah mengenai “muamalah”
berbunyi “ hukum asalnya muamalah itu boleh (mubah) kecuali yang
terlarang “. ( muamalah adalah
interaksi pada bidang sosial yang bukan ibadah mahdoh ).
Masih
banyak hasil kreatifitas dan improvisasi umat islam dalam menciptakan macam
macam jenis peribadatan kepada Allah yang tidak ada perintahnya dari Allah swt
dan tidak ada contohnya dari nabi saw.
Silahkan
inventarisir perbuatan perbuatan semacam itu dan kita kaji dengan menggunakan
parameter Al Qura’n dan Assunnah rosulullah saw. Niscaya kita terkejut bahwa
ternyata sangat banyak perbuatan kita yang tidak diperintah kan Allah dan tidak
ada contohnya dari rosulullah saw. Padahal berdasarkan hadits dimuka telah kita
ketahui bersama bahwa perbuatan “mengada ada” itu ujung
ujungnya adalah sesat dan sesat tempatnya di neraka.
Kolaborasi
sarana kesesatan antara syaithon dan hawa nafsu itu sangat padu dan kompak
sehingga manusia lambat laun menjadi menganggap biasa meninggalkan perintah beribadah
kepada Allah. Karena dalam hati mereka telah bersemayam raja durjana yang
menjadikan manusia menganggap baik perbuatan buruknya. Maka secara
otomatis semua bisikan yang datang dari dalam hatinya sudah dianggap suatu
kebaikan. Karena syaithon telah mengalir di dalam darah manusia dan bersemayam
di dalam hati. Nabi saw bersabda.
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ
ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan itu dapat berjalan pada tubuh
anak cucu Adam melalui aliran darah.” (HR.
Al-Bukhari, Kitab Al-Ahkam no.7171 dan Muslim, Kitab As-Salam no. 2175)
Dengan
bersemayamnya syathon di dalam hati dan mengalir melalui aliran darah maka syaithon
menjadi pemimpin manusia sehingga semua organ tubuhnya telah dapat “diperintah”
( COMMANDED ) dan “dikendalikan” ( CONTROLLED ) oleh
syaithon. Dalam terminologi tehnologi canggih saat ini hal terebut di sebut C
and C system ( commanded and controlled system ).
Mekanisme
C and C itu dalam tubuh manusia terjadi berdasarkan koordinasi atau
kerjasama antara kelenjar, hormon dan syaraf untuk memerintah
dan mengendalikan organ, pancaindra dan anggota tubuh tangan dan kaki.
Jika hati yang berfungsi sebagai raja telah di duduki oleh
syaithon maka semua perbuatan manusia mulai dari perbuatan hati ( niat
dan kemauan ), lisan (berbicara) dan perbuatan panca indera dan anggota tubuh
tangan serta kaki semuanya berada dibawah perintah system C and C
syaithon yang ghoib. Allah berfirman.
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ
لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ
يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya ia ( syaithon ) dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin- pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. ( Qs.7:27 ).
Dengan
telah bersemayamnya syaithon di dalam hati maka system C and C
dalam tubuh manusia pun telah berada dalam penguasaan syithon.
Dalam
kondisi seperti itu sama artinya bahwa syaithon telah menjadi “pemimpin”
manusia dengan diberi status oleh Allah sebagai “orang orang tidak
beriman” atau “kafir” sebagaimana disebut dalam ayat
diatas.
Jika
sekarang kita telah mengetahui bahwa perbuatan “mengada ada” yang
kemudian secara rational ( akal dan hawa nafsu ) kita anggap sebagai
perbuatan baik ( berwuujud ritual ibadah ) dibanding dengan perbuatan
buruk lainnya namun kita lakukan juga
meski tanpa dalil dan rujukan dari Qura’n dan sunnah nabi saw maka
mulai saat ini kita harus bertaubat dan tidak mengulangi lagi perbuatan
“mengada ada” dan menghapus sikap
“ mengganggap baik perbuatan buruk “ itu serta memperbaiki semua
ibadah kita agar selalu sesuai dengan tuntunan Al Qyura’n dan sunnah nabi saw.
Dengan
demikian mulai hari ini tidak ada lagi AXIOMA dalam arsip akal dan
fikiran serta hati kita untuk “MENGANGGAP BAIK PERBUATAN BURUK“
yang berasal dari bisikan syaithon.
Demikian
kajian kita kali ini semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya sebagai
penyaji dalam rangka mengarungi kehidupan ini dan bagi ikhwatul muslimin
semuanya. Semua yag salah datangnya dari saya sedangkan kebenaran datangnya
dari Allah.
Selanjutnya
untuk menutup kajian kita ini marilah kita panjatkan doa’
sambil menyucikan dan memuji Allah serta memohon ampun untuk kita semua dan dapat
kembali ( taubat ) kepada Allah Azza wa jalla.
سبحنك اللهم بحمد ك اشهد
ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك
Maha suci Allah ilah kami yang segala
pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati
kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.
ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته