Minggu, 19 Februari 2012


 MEMURNIKAN PERIBADATAN HANYA KEPADA ALLAH.

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم

ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته 
ان لحمد  للة نحمد ه ونستعنوه و نستغفروه و نعذ و با اللة من سر و ريئ ا نؤسنا و من سيا ة  ا عما لنا من يهد لله  ؤلا يضل ل له و من يضل ل ؤا لا هد يا له    اشهد ان لا اله الا    الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له لا نبيا بعدة   -   اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با  
 احسنئ الئ يو مدين                                                              

Sesungguhnya hanya kepada Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Nya tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkanNya tidak ada yang memberi petunjuknya. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.   Tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.                                                                                                                                   
ان الاصد ق  ا لهد ث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد ر سو ل الله    و سر الاء و مر و محد تثها و كل محد تث بد عه و كل بدعة ضل له و كل ضل لة في ا لنا ر
 

Sesungguhnya sebaik baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan ( yang bukan dari nabi ). Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن


 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )
و قل ايض                       
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا  يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                        


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar ,  niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( Qs.33: 70-71).

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
” mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (ibadah) kepada Allah dengan memurnikan ketaatan  kepada-Nya dalam (menjalankan) din yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Din yang lurus”. (Qs. 98:5.)

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini kita masih dianugerahi nikmat kesehatan  dan kesempatan untuk melakukan  tholabul ilmi dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw.

Tidak lupa kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir.
Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Kalau kita coba menghisab ( hitung ) ibadah dan amal sholeh kita, sudah berapa banyak amal ibadah kita yang ditolak?. Dan berapa banyak yang sudah diterima oleh Allah swt. Wallahu a’lam. Sementara itu kita juga tidak pernah menghitung berapa banyak nikmat yang sudah kita rasakan sejak dari masih di rahim ibu sampai hari ini.

Mudah mudahan dan Insya Allah lintasan lintasan pemikiran seperti ini lebih sering muncul dalam benak kita dari pada pertanyaan daerah, kota atau negeri mana yang belum aku kunjungi nih ?. Atau makanan apa yang belum aku rasakan atau mobil dan rumah seperti apa yang aku belum punya.?

Seandainya kita hitung saja semua amal ibadah kita kepada Allah sejak usia 15 tahun atau baligh ( mukallaf ) dan kita misalkan sekarang kitra berusia 50 tahun. Artinya kita sudah menjalan kewajiban sebagai mukkalaf 35 tahun.

Sholat wajib 5 X 35 tahun x 360 hari = 63.000 kali sholat wajib. Sejenak kita berbangga diri. Wah banyak juga ya. Kemudian kita shoum ramadhon 5 tahun X 30 hari = 1.050 hari. Ditambah lagi dengan zakat mal sejak bekerja misal umur 25 tahun maka zakatnya adalah sebanyak 25 kali x 2,5 x gaji. Zakat fitroh 50 kali. Bagi yang pernah haji ditambah lagi amal ibadahnya 1x. Setelah kita menghitung maka semakin bangga saja kita karena merasa amal ibadahnya begitu banyak. Apalagi kalau ditambah ibadah ibadah sunnah muakkad dan sunnah ghoiro muakkad maka dada kita rasanya makin sempit karena dipenuhi dengan rasa bangga itu. Sayangnya kita tidak pernah menghitung hal hal yang membatalkan atau di tolaknya amal ibadah itu. Pokoknya kita berfikir positif saja tentang amal ibadah kita.
Tapi sering lupa dengan perbuatan hati kita yang sering berfikir negatif tentang orang lain, sering membenci orang lain karena orang lain lebih dari kita, sering mengharapkan hal yang buruk bagi orang lain dan semua perbuatan hati yang buruk. Seolah olah diri kita paling sempurna iman dan amal ibadahnya kepada Allah swt.

Sahabat Nabi saw, Umar ibnu Khottab radhiallahu anhu berkata : ”hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu”.
Kalau kita menghitung hasil karya atau kinerja kita yang akan dilaporkan sebagai dasar penilaian prestasi maka tentu yang dinilai adalah yang sesuai dengan ketentuan dari pihak yang akan memberi nilai. Dalam hal amal ibadah maka yang mempunyai aturan menilai adalah Allah swt sebagaimana firmannya.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

” mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (ibadah) Allah dengan memurnikan ketaatan  kepada-Nya dalam (menjalankan) din yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah Din yang lurus”. (Qs. 98:5.)

Ternyata kita hanya disuruh menyembah/menghambakan diri kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan Addin yang lurus.

Begitu sangat gamblang dan jelas serta terang benderangnya perintah Allah swt kepada manusia dalam hal membimbing manusia untuk menyembah/menghambakan diri kepadaNya.

Pertama, kita hanya disuruh beribadah/menghambakan diri hanya kepada Allah swt saja. لِيَعْبُدُوا                  

Menyembah bukan berarti “Sembah Hyang” yang berarti menyembah HYANG ( dewa agung ) dan kemudian karena berakumulasi pemakaiannya secara luas ke semua manusia dari waktu ke waktu tanpa ada koreksi oleh umat islam maka jadilah dia bahasa baku. Lagipula kosa kata itu di susun oleh orang yang lebih dekat kepada ajaran budha dan hindu maka kata itu memasyarakat dan lalu permanen menjadi “sembahyang” dan secara resmi dimasukan ke  dalam kamus bahasa Indonesia. Silahkan dicari asal usul istilah ” sembahyang ” dengan sumber lain.

Apa ibadah itu ?

Asal kata ibadah adalah a’bdun, a’badan, a’bdi. Maknanya hamba. Dengan demikian secara bebas kita dapat mengartikan bahwa ibadah adalah menyembah, merendahkan diri, menghambakan diri. Dalam bentuk kata kerja bahasa arab menjadi ya’budu, ya’buduna, ya’buduni, ta’budu, ta’buduwna. Artinya berbakti, menyembah, patuh dan taat. Layaknya seorang yang meng ABDI kepada majikan tidak ada perintah yang berani ditolak atau di pungkirinya. Rela diperintah apa saja dan rela diperlakukan apa saja. Begitu juga hendaknya hamba kepada Allah Yang Maha Pencipta.

Ibadah yang syari’ harus merujuk pada perintah Allah karena ikhlash dan berdasarkan contoh dari rosulullah. Dengan demikian maka perbuatan itu termasuk amal sholih yang dijanjikan dengan syurga oleh Allah swt. Lalu bagaimana kita bisa mengatakan setiap perbuatan/ aktifitas kita adalah ibadah. Apabila yang kita kerjakan tidak karena Allah ( tidak ikhlas ) artinya tidak ada dasar perintahnya dari Allah (Al Qura’n) serta tidak ada contohnya dari Rosulullah saw             ( Sunnah) maka perbuatan itu bukan ibadah.
Kedua, memurnikan ketaa’tan kepada Allah.     مُخْلِصِينَ

Kata ”mukhluishina” bersifat jamak sedangkan tunggalnya adalah ”mukhlish”. Mukhlish disamping bersifat tunggal juga berperan sebagai subyek.
Artinya seorang yang memurnikan. Kata dasar dari kedua kata bentukan itu adalah ihklash yang berasal dari bahasa arab tradirional yang dipakai oleh para peternak sapi perah yang bermula dari kata ”kholish” yang artinya ” susu murni”.

Jadi arti secara bahasa ikhlash itu adalah ”murni” dan kemudian dipakai dalam ilmu aqidah secara syari’ dan jumhur para ulama maka artinya memurnikan niat ibadah atau berbuat atau beramal hanya kepada Allah. Jadi semua perbuatan (amal) yang tidak diniatkan karena Allah dan tidak bertujuan untuk Allah maka perbuatan itu      (ama) bukanlah ibadah atau amal sholih. Dan amal seperti itu tidak diterima Allah swt. Karena segala perbuatan (amal) ibadah dan amal sholih itu harus tertuju dan diniatkan hanya karena Allah, perbuatan diluar itu berarti ditujukan dan karena mencari ridho selain Allah. Sebagaimana hadits rosulullah saw berikut ini .

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika pelaku amal/perbuatan  itu ikhlas dan hanya mencari keridhoaan Allah semata mata dengan amal perbuatannya itu “. ( HR. Nasai’ )

Perbuatan ( amal ) yang tidak ditujukan dan bukan karena Allah tetapi karena ingin di puji atau karena yang lain maka dapat dikategorikan sebagai syirik walaupun hanya syirik kecil. Rosulullah bersabda :

اليسير من الر ياء ثر ك 
  “ Sedikit dari riya adalah syirik “

ان اخو ف ما اخاف عليكم الثرك لا صغر قا لوا: وما الشرك الا صغر
يا رسو ل الله : قا ل :الر ياء- 


” Sesungguhnya sesuatu yang paling kutakutkan atas diri kalian adalah syirik kecil “.

Mereka bertanya “Apakah syirik kecil itu wahai Rosulullah?”.

Beliau menjawab : ” Riya “: ”Allah berfirman  tatkala memberi kan balasan kepada manusia dengan amal amal mereka. Temuilah orang orang yang dulu kalian riya’ kepada mereka di dunia, lalu lihatlah, adakah kalian mendapatkan balasan disisi mereka”.
( HR Akhmad dengan sanad jayyid, Ibnu Abid Dunya dan Al Baihaqy ).

Apa bentuk memurnikan ketaatan kepada Allah ?. Tidak lain tidak, kita harus merujuk kepada pihak yang memiliki penjelasan penjelasan tentang kalimat kalimat Allah itu. Yaitu Nabi Muhammad saw dalam berbagai sunnahnya.

Sebagaimana firman Allah berikut ini.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


Katakanlah ( Hai Muhammad ) : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang  ( Qs.3:31 ).

Kata kata “ mencintai Allah “ jelas bermakna lebih dalam bagi yang mencintaiNya. Karena kalau kita mencintai seseorang meskipun orangnya tidak dihadapan kita maka kita berusaha berperilaku dan bergaya sesuai dengan yang disukai oleh orang yang kita cintai, apalagi jika kita berada dihadapannya ( terlihat dimana saja dan kapan saja ). Tentunya harus demikian juga kalau kita mecintai Allah swt maka semua perbuatan kita bersih dari maksiyat.
Perlu diketahui pula bahwa maksiyat tidak hanya mabuk, zina atau judi.  Perbuatan maksiyat itu berarti durhaka. Jadi perbuatan jauh lebih banyak, lebih luas lagi dan memerlukan pembahasan tersendiri dalam hal ini, termasuk juga “ riya “.

Betapa banyak perbuatan manusia ( amal ) yang hanya berlatar belakang ingin mendapat ridho manusia lain. Apakah ingin di puji, dipandang atau terkenal ( masyhur ). Anehnya hal itu dianggap lumrah. Padahal upaya dan biaya yang dikerahkan untuk hal tersebut tidaklah kecil bahkan bisa mencapai milyaran rupiah. Contohnya adalah perbuatan derma dengan semboyan peduli sesama. Nilai uang yung di keluarkan bisa milyaran ditambah lagi biaya publikasi yang dibelakangnya muncullah nama pribadi tersebut yang mendermakan hartanya. Bahkan sosok si penderma pun bisa ditampilkan secara luas di media televisi. Setelah diliput oleh media televisi masih ada lagi yang namanya press release berupa tanya jawab dengan pelaku pelaku penyebar kabar. Sangat transparan bahwa perbuatan semacam itu ( amal ) bukanlah ibadah dan bukan pula amal sholih karena tidak diniatkan karena Allah dan tidak ditujukan karena Allah.

Disamping itu karena memurnikan peribadatan ini harus meniru sesuatu perbuatan yang pernah dilakukan rosulullah maka alat uji semua amal kita haruslah di saring dengan contoh contoh yang sudah ada pada rosulullah karena dialah suri tauladan yang paling baik untuk di contoh dalam beramal sholih dan beribadah.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( Qs.33:21 )

Apabila amal sholih dan ibadah kita tidak mencontoh atau tidak ada contohnya dari rosulullah maka semua amal sholih dan ibadah kita itu jadi sia sia atau tertolak disisi Allah sebagai mana hadits hadits berikut ini.
Berkata Nabi saw :

و سر الاء و مر و محد تسها و كل محد تس بد عه و كل بدعة ضل له و كل ضل لة في ا لنا ر
 

Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka. ( HR . Buchari Muslim )

من احد ث فى امرنا هذ اما ليس منه فهو ر د


“ Barang siapa yang mengada ada di dalam urusan kami          ( dinul islam ) yang bukan berasal dari kami, maka tertolaklah dia “ ( HR BUKHARI DAN MUSLIM )

من عمل عملا ليس عليه امر نا فهو رد


“Barang siapa yang mengerjakan sesuatu perbuatan ( amal ) yang tidak ada keterangannya ( sumbernya ) dari Kami (Allah dan NAbiNya) maka tertolaklah perbuatanya ( amalnya ) itu “.   ( HR MUSLIM )

Sekarang cobalah kembali kita hitung berapa banyak amal sholih dan ibadah kita yang tidak sesuai dengan contoh contoh dari rosulullah saw. Apakah semua kinerja yang sudah kita hitung diatas tadi sudah cocok dengan contoh ibadah dan amal sholih yang dilakukan rosulullah. Rosulullah harus kita contoh atau kita tiru karena disamping sebagai  “ ushwatun khasansh “  maka perkataan nabi saw itu juga adalah wahyu yang diwahyukan sebagaimana firman Allah berikut ini.

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى- وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

( Qs.An Najm:2,3 dan 4 )

” kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qura’n) menurut kemauan hawa nafsunya

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya”)

Memang kita belum menghitung ibadah sunnahnya. Tapi cobalah kita introspeksi atau melakukan muhasabah terhadap semua ibadah mahdoh dan ibadah sunnah kita agar kita tidak over value alias GR terhadap amal sholih dan ibadah kita. Karena apabila kita terjerumus dalam satu amal yang berkategori syirik maka hapuslah  semua amal sholih dan ibadah seumur hidup kita itu. Allah menyebutnya di dalam Al Qura’n sebagai ” khobithot a’maluhum ”. Meskipun yang kita lakukan syirik kecil        ( syirkul ashghor ) berupa riya sebagaimana sabda rosulullah diatas tadi maka apabila kita lakukan terus menerus maka bertumpuklah syirik kecil itu (syirkul ashghor) dan dapat menjelma menjadi syirik besar (syirkul akbar ). Nau’dzubillah min dzalik. Tidak terampuninya dosa syirik       ( dosa besar ) itu sebagaimana firman Allah berikut ini.

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء
وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( Qs.4:48 )

Ketiga, menjalankan Din ( dalam arti sempit, din adalah agama ) yang lurus ( Dinul khunafa’ ). Yang dimaksud agama dalam arti sempit adalah bahwa agama hanya melaksanakan ibadah ritual saja. Seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Itulah yang banyak dikerjakan muslim umumnya.


Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang praktek menjalankan Din yang lurus, perlu kita bertanya pada diri sendiri , benarkah kita hanya mengabdi/menyembah/mentaati hanya kepada Allah ?. Sebagaimana yang selalu kita ucapkan pada saat sholat dan membaca surat Al Fatihah.

”hanya kepadMu lah kami menyembah/mengabdi dan hanya kepadaMu lah kami memohon”.

Atau ada ilah yang lain selain Allah yang ditujukan dan  dapat memberi manfaat atau menolak mudhorot ?.

Dalam kehidupan sehari hari sering kita dengar ungkapan seseorang yang luput dari kekeceaannya.
Seperti perkataan: ” Kalau gak ada si fulan ( maksudnya bosnya ) wah hidup saya bisa gak karuan ”.

Atau ada juga yang mengatakan ” untung ada saya kalau gak kamu udah celaka ”.

Atau seorang istri berkata kepada suaminya yang sedang sakit parah. ” Mas, cepat sembuh dong. Kalau gak ada mas nanti saya dan anak anak siapa yang ngasih makan ”.
Atau ” untung kita lewat sini kalau lewat sana bisa celaka ”

Ungkapan ungkapan seperti di atas itu tanpa disadari telah berpotensi menimbulkan syirik bahkan kalau sering diucapkan maka si pelaku sudah benar benar syirik. Karena kita sudah menciptakan tandingan tandingan ( Andada ) kepada Allah. Tandingan tandingan itu tanpa disadari manusia seolah olah telah menggantikan peran Allah yang menciptakan semua peristiwa. Perhatikan firman Allah berikut ini.

فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu            ( Andada ) bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui. (Qs.2:22)

[30]. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, majikan, atasan/bos, suami atau orang yag di agungkan dan sebagainya

Disamping itu iman kita kepada taqdir baik dan taqdir buruk sangat lemah. Padahal sebagai muslim hal itu adalah salah satu dari rukun iman yang harus kita imani. Jadi kalau rukun itu itu sudah kita langgar konsekuensinya adalah iman islam kita terancam bubar. Belum lagi kalau kita periksa iman kita kepada Al Qura’n, Rosul dan lainnya. Sejauh mana iman iman itu sudah kita wujudkan dalam kehidupan sehari hari. Karena beriman itu adalah diyakini dengan hati diucapkan dengan lidah/lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.

Disamping pernyataan penyembahan/pengabdian kita kepada Allah, kita juga selalu meminta kepada Allah swt ketika kita sholat dengan mengatakan” tunjukanlah kami jalan yang lurus ”. Kata kata itu kita ucapkan sebanyak 17 kali sehari. Kalau kita sudah sholat sejak baligh maka jumlah kata kata yang kita ucapkan itu ada sebanyak 17 X 35 tahun X 360 hari jumlah menjadi 214.200 kali. Tapi Apakah Allah swt sudah menunjukan kepada kita jalan yang lurus yang selalu kita minta itu ?. Saya berani katakan ”sudah”!. Allah sudah menunjukan kepada manusia sejak 1.433 tahun yang lalu. Memang kita tidak mungkin mendengar  jawaban secara audio visual dari Allah secara tatap muka. Tetapi Allah telah menurunkan pedoman hidup bagi kita yaitu Al Qura’n. Nah carilah jalan yang lurus itu dalam Al Qura’n. Jangan coba coba menafsirkan sendiri bahwa jalan yang lurus adalah jembatan rambut dibelah tujuh yang bernama shirothol mustaqim.
Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang Surat Al Fatihah dijelaskan bahwa shirotol mustaqim yang terdapat pada ayat ke 6 surat Al Fatihah itu adalah ” Dinul Islam ” yang syah yang tanpa tambahan dan pengurangan , din yang bersih dari bida’h dan khurafat.
Jalan ini merupakan jalan terdekat untuk mencapai hal hal yang dicintai dan diridhoi Allah sesuai dengan yang telah diperintahkanNya dan disampaikan rosulNya. Mengenai ”shirothol mustakim ” ini Allah juga  berfirman sebagai berikut.

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُل فَتَفَرَّقَ بِكُمْ َ 
عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


 ” dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” ( Qs. 6:153 ).

Jadi ” bahwa yang Kami ( Allah ) perintahkan adalah jalanKu yang lurus”. Kalau direnungkan ayat Allah itu jelas bahwa perintah Allah itu adalah jalan yang lurus (shirothol mustaqim). 

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa pada saat turun ayat ini sahabat bertanya tentang jalan lurus itu. Lalu nabi membuat garis lurus diatas tanah. Dari satu garis lurus itu nabi membuat cabang cabang garis dari garuis pertama tadi sehingga banyaklah cabang garis garisnya. Cabang garis dari garis utama yang satu itu disebut dengan jalan jalan lain. Jelas arah dari garis cabang atau jalan jalan lain itu berbeda sehingga tidak akan bertemu dengan garis lurus yang utama itu. Artinya jalan jalan lain itu akan menemui kesesatan dan tidak sampai pada tujuan.

Dengan semaraknya kebebasan berekspresi, berpendapat dan kebebasan lainnya maka berbagai faham dan aliran spiritual yang bersumber dari filsafat pun bagai jamur dimusim hujan. Sehingga tidak sedikit muslim yang awam maupun muslim yang terdidik yang terkontaminasi dengan aliran/ faham tsb. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa aqidah dan ibadah ( kebiasaan ritual  ) sebagian umat islam telah menjadi aqidah dan ibadah gado gado. Silahkan datang ke resepsi pernikahan atau walimatun nikah maka disana sering kita jumpai umat islam yang makan berdiri. Makan berdiri itu adalah ibadah/millah nya kaum nashroni dan yahudi. Sebelum menikah atau pada saat menikah ada ritual tukar cincin. Itupun adalah ibadah/ millahnya kaum nashroni dan yahudi. Atau pada saat hari lahirnya salah seorang anggota keluarga ada yang menyala kan dan meniup lilin untuk merayakan ultahnya. Itupun adalah ibadah/ millahnya kaum nashroni dan yahudi.

Berapa banyak kebiasaan kebiasaan hidup (tradisi) yang kita praktekan sehari hari sebenarnya bukan berasal dari ibadah dan ritualnya orang islam. Sebagai PR silahkan mencari sendiri ibadah dan ritual yang bukan ajaran islam tetapi masih di praktekan oleh umat islam dalam berbagai ritual ibadah pada peristiwa peristiwa tertentu ( saat kematian, kelahiran dan pernikahan ). Kiranya ditengah umat yang beragam dan memiliki peninggalan sejarah masa lalu yang panjang tidaklah sulit untuk mencari atau mengidentifikasi hal tersebut. Nabi bersabda : ” barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari kaum itu ”. Artinya umat Muhammad saw yang melakukan perbuatan ritual seperti orang diluar islam maka dia termasuk orang diluar islam itu. Apakah dengan stempel sebagai ”orang diluar islam” Rosulullah saw akan mengakui sebagai umatnya di akhirat nanti ?

Maa’syarol muslimin rohimakumullah

Melihat begitu memperihatinkannya kondisi aqidah dan ibadah umat islam marilah kita kembali kepada Allah (AlQura’n) dan rosulNya ( Assunnah ) untuk memurnikan peribadatan hanya kepada Allah sesuai contoh yang diberikan rosulullah dengan melakukan tholabul i’lmi. Dengan membuka kembali literatur literatur islam yang shohih.
Antara lain kitab hadits Bukhari dan Muslim, AnNasai’, Nu’man, Sunan Daud, Tarmidzi dan lainnya. Lengkapi pemahaman kita tentang ayat ayat Al Qura’n dengan tafsir Ibnu Katsir. Jangan lupa juga untuk menanamkan semangat jihad dan mengetahui sebab sebab turunnya (Asbabun nuzul) Al Qura’n. Baca juga Shiroh Nabawiyah Rosulullah saw dan para sahabat.

Dan yang juga paling penting adalah berghabunglah dengan orang orang sholih dalam sebuah jamaa’h untuk bersama sama menimba ilmu Allah yaitu Al Qura’n dan Sunnah. Sebagaimana diperintahkan Allah dalam surat Al Fajr 29-30 berikut ini.
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
وَادْخُلِي جَنَّتِي

masuklah ke dalam syurga-Ku.

Kemurnian identik dengan kesucian. Jiwa kita yang awal mulanya suci hanya akan bisa di terima di tempat yang suci
( Jannatun nai’m ), apabila jiwa yang sudah mengembara selama di dunia ini tetap atau telah kembali menjadi suci.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ


Hai jiwa yang tenang.

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً



Kembalilah kepada Robmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah

Demikianlah kajian singkat kita hari ini tentang memurnikan peribadatan hanya kepada Allah. Semopga semuanya bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para hadirin dan hadirot semuanya. Amin.

Sebagai penutup kajian kita marilah kita kita bacakan doa’ kaffarotul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك


Maha suci Allah ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته


Tidak ada komentar:

Posting Komentar