SEDIKIT
RAHASIA KEHIDUPAN
بسم ا لله ا لر حمن ا لر
حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با
اللة من سر و ر ا نفسنا و من سيا ت ا عما
لنا- من يهد لله فلا مضل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله
و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد ين
Sesungguhnya
hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya
kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari
kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi
petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang
disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah
yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah. Yang tidak ada
nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya,
sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.
ان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و
حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر
Sesungguhnya
perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar
adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam
peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan
setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته
و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
Wahai orang orang yang beriman betaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam
keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264],
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (
Qs.4:1 )
263]. Maksud
dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula
yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang
dari padanya
Adam a.s. diciptakan.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر
يم
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم
ويغفر لكم ذ نوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” (Qs.33:70-71)
Maa’syarol muslimin rohimakumullah,
Marilah
kita memuji Allah yang telah memberikan kita nikmat iman, islam dan kesehatan
serta berbagai karunia yang tidak terhingga sehingga kita tidak sanggup untuk
menghitungnya.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(ni'mat Allah). (
QS.14:34 )
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS.16:18).
Demikian banyak jumlah dan
jenisnya nikmat itu sehingga kita tidak mampu untuk menghitungnya.
Tidak lupa
pula marilah kita bersholawat kepada nabi dan rosul terakhir yang menjadi suri
tuladan kita dan yang sangat mulia akhlaknya tidak lain dia adalah Muhammad saw
dan juga sholawat kepada keluarganya, sahabat sahabatnya dan pengikutnya yang
istiqomah menyebarkan risalahnya hingga akhir zaman.
Maa’syarol muslimin rohimakumullah
Kita semuanya yang saat ini sedang menghirup udara
meyakini dan menya dari bahwa kita berada dalam keadaan hidup. Kita bisa
bergerak, telah tumbuh dan berkembang dari bentuk yang kecil bayi hingga
menjadi manusia yang besar tubuhnya sehingga disebut dewasa dan telah memikul
kewajiban dari Yang Maha Pencipta Allah swt yang disebut
dengan taklif karena sudah BALIGH (sampai). Jadi sesuatu yang bergerak,
tumbuh dan berkembang adalah ciri ciri bahwa suatu itu disebut HIDUP.
Kita bisa mengambil contoh pada setiap makhluk hidup, apakah ciri ciri tersebut
ada pada mereka. Pengertian berkembang dalam hal ini juga termasuk “berkembang
biak” atau melakukan regenerasi melanjutkan generasinya.
Hidup
bisa dilihat dari dua aspek. Yaitu aspek tempat dan waktu. Memang tidak ada
satu makhluk pun yang terlepas atau bebas dari kedua aspek tersebut.
Pertama
dari aspek
tempat atau ruang. Manusia akan dan telah melalui beberapa dimensi tempat dalam
perjalanan hidupnya. Bagi kita yang sekarang hidup dan berada di atas bumi ini
telah melalui 2 ( dua ) dimensi tempat. Yaitu alam rahim dan alam dunia. Kelak
kita masih akan melalui 3 fase dalam satu alam lagi. Yaitu alam akhirat yang
terdiri dari fase alam barzah (alam kubur), alam mahsyar
dan neraka atau surga.
Kedua, dimensi waktu. Yaitu jangka
persiapan, jangka pendek, jangka panjang dan jangka
abadi.
Kedua
aspek dengan dimensinya itu tidak dapat terlepas bebas tetapi saling berkaitan.
ALAM
RAHIM
Secara
historis kita akan mulai dengan aspek dan dimensi yang telah kita lalui. Yaitu alam
rohim dalam jangka waktu persiapan.
Dalam alam rohim ini di awali dengan terjadinya peristiwa
perjumpaan antara dua sel telur, yaitu sel telur pria dari ayah kita (
spermatozoid ) dan sel telur wanitya dari ibu kita ( ovum ).
Peristiwa bertemunya ke dua sel telur itu bukanlah
peristiwa kebetulan melainkan berada dalam sebuah rancangan yang indah,
tepat dan akurat.
Fase kehidupan manusia di alam perjanjian dan di alam rahim
Maa’syarol
muslimin rohimakumullah.
Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan
kehendakNya lah hingga saat ini kita masih dianugerahi nikmat iman, islam dan
kesehatan serta kesempatan. Sehingga
buku ini sampai di tangan para pembaca yang budiman dan Insya Allah dapat
menjadi bahan tholabul ilmi ( mempelajari ilmu ) dalam rangka mentadhaburi
( menghayati ) ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw.
Para pembaca
yang budiman dan dirahmati Allah, marilah kita memahami DinNya
yang lurus ( hanif ) dan haq. Dengan pemahaman yang benar tentang dinul islam
Insya Allah kita bisa menjadi muslim yang kaffah dan istiqomah menjalankan Dinul
Islam ini. Sebab hanya dengan memahami dan menjalankan Dinul
Islam secara murni ( ikhlash ) dan benar ( shidiq ) sebagai satu
satunya jalan lurus yang dapat mengantarkan kita pada alam akhirat abadi yang
penuh kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak pernah kita lihat, tidak pernah
kita dengar dan tidak terlintas dalam fikiran seorangpun di dunia ini. Isi buku
ini semata mata sebuah ajakan kepada para pembaca yang budiman dan di rahmati
Allah untuk bersama sama kita meninjau ulang semua perjalanan hidup kita. Apakah
jalan yang kita lalui sudah berada pada jalan yang lurus yang diperintahkan
Allah. Melalui buku ini Insya Allah kami berharap agar kita bisa sama sama
meluruskan jalan jalan kita yang keliru di masa lalu dan mengembalikan langkah
kita menapaki jalan lurus yang selalu kita pinta saat membaca surat Al Fatihah ( ihdinash shirothol mustaqim ) di saat kita
sholat . Untuk mengingat asal usul kita, kami memulai penulisan buku ini dari “diri
kita yang belum bisa disebut” seperti ayat pada penjelasan berikut ini.
Sperma menembus (
bercampur ) ovum atau sel telur wanita.
Tidak lupa
kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir.
Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang menjadi suri tauladan bagi umat
manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang setia dan
istiqomah hingga akhir jaman. Allah berfirman.
هَلْ أَتَى عَلَى
الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا
Bukankah telah datang atas manusia
satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
disebut? ( Qs.76:1 )
Kita kadang kadang merasa
bangga dengan diri sendiri (narsis/ujub) atas keberadaan kita didunia. Memang dengan terbentuknya jasad kita di dalam rahim ibu
adalah sebuah kemenangan besar dari sebuah kompetisi puluhan juta sperma yang
saling bersaing ketat. Padahal jauh sebelumnya kita adalah sesuatu yang
bukan merupakan apa apa. Allah mengatakan dalam Al Qura’n surat Al
Insan ayat 1 diatas sebagai berikut. ” ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut”?.
” Ketika itu sesuatu yang belum dapat disebut” itu tentu saja bermakna sesuatu yang masih tidak
dperhitungkan, tidak berarti, tidak dikenal, belum menjadi warga dunia tetapi
masih berada di dalam tulang sulbi kaum pria/ ayah tanpa jasad dan tanpa jiwa, sesuatu
itu pernah bersaksi kepada Allah sebagaimana firman Allah sebagai
berikut.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Robmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini
Robmu?"
Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Rob kami), kami menjadi saksi."
(Kami lakukan yang demikian
itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)", ( Qs.7:172 ).
Barulah
kemudian setelah bersaksi kepada Allah tentang keberadaan Allah maka Allah mempersiapkan
sperma itu bertemu dengan sel telur wanita dengan
firmanNya sebagai berikut.
إِنَّا خَلَقْنَا
الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا
بَصِيرًا
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur[1536] yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. ( Qs.76: 2 )
[1536]. Maksudnya:
bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.
Saat sperma
bercampur menembus sel telur wanita (ovum)
Selanjutnya
yang semula bukan apa apa itu maka setelah berada di dalam rahim ibu, dia
bertemu atau bercampur dengan sel telur wanita ( ovum ). Fase berikutnya berubah menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging kemudian pada usia 40 hari ditetapkan ajalnya,
rizqinya, takdir baik dan buruk serta amalnya, lalu di tiupkan ruh Allah ke
dalam segumpal daging calon makhluk itu. Sebagaimana firman Allah
berikut ini.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik. ( Qs.23:14 )
Sebuah
hadits dari Abu Abdurrachman Abdullah bin Mas’ud
diriwayatkan oleh Imam Bukhari menambahkan penjelasan fenomena yang
terjadi di dalam rahim ibu sebagai berikut .
Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud
radhiyallahu anhu berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda,
"Sesungguhnya tiap-tiap kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40
hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal
darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging)
selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata :
Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. maka demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, ada
seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga
sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja.
Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli
neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan
ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali
sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia
melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga”.
Sejak tetesan mani ( sperma ) yang telah tercampur dengan sel
telur ibu berada di dalam rahim maka secara metamorfosis berubahlah bentuknya dari satu fase ke fase lainnya. Mulailah
sebuah kehidupan baru terjadi di dalam rahim
seorang ibu. Sejak saat itu lah ia mulai disebut sebagai janin
atau embrio ( calon bayi
).
Sang calon bayi itupun masih sangat tergantung kepada
rahim ibunya. Karena hampir seluruh kebutuhannya masih di pasok dari
rahim melalui usus yang terhubung ke tali pusat. Sampai suatu saat nanti ia
akan lahir ke dunia untuk menjalankan semua ujian dari Allah berupa
perintah dan laranganNya. Yaitu pada saat baligh ( sampai usia
tertentu ) atau mukallaf ( makhluk yang dibebani syaria’t ).
ALAM
DUNIA.
Setelah
bermukim selama 9 bulan lebih didalam rahim ibu maka pada tahap atau fase
berikutnya manusia lahir ke dunia sebagai anak manusia (
bayi ) sebagaimana difirmankan Allah sebagai berikut.
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم
مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا
ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنكُم مَّن
يُتَوَفَّى مِن قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُونَ
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian
dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya
kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai
kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai
tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami
perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya
kamu memahami(nya). (Qs.40:67)
Pada
mulanya seorang bayi yang baru lahir itu seperti kertas putih atau tabularasa.
Bahkan boleh disebut belum tercemar, masih baru, baru pertama kali
melihat dan dilihat dunia, yang biasanya disebut fitroh (
asli dari asalnya ). Nabi bersabda :
خلقت عبادى حنفاء كلهم وانهم اتتهم الشيا طين جتا
لتهم عن دينهم
“ Sesunguhnya Aku menciptakan hamba hambaKu
seluruhnya dalam keadaan lurus ( hanif, muslim ), dan sesungguhnya syaithon
datang kepada mereka (manusia) lalu memalingkan mereka dari Addin ( Addin dalam
arti sempit agama ) mereka “ (
HR MUSLIM ).
Jadi
fithroh dapat di artikan hanif dan muslim. Sebagai manusia baru
dibumi dan belum terbentuk seleranya, pandangan hidupnya, pemikirannya,
fahamnya, apa lagi pendapatnya tentang
hidup dan kehidupan. Singkatnya masih asli ( fithroh ) belum
tersentuh hal hal yang bersifat moril, materil dan spiritual.
Sehingga
dengan demikian kondisi bayi itu bisa dijadikan manusia type apa saja.
Nabi bersabda.
كل مولو د يو لد علئ الفطر ة فا نما
ابواه يهو دا نه او ينص را نه او يمجسا نه
“ Setiap bayi itu dilahirkan atas suatu fithroh,
tetapi kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashroni dan Majusi “
Perhatikan
kalimat hadits diatas bahwa nabi tidak menyebut bahwa orang
tuanya lah “ yang akan menjadikan muslim”. Karena Islam memang
sudah dikenal oleh ruh sejak dalam tulang sulbi.
Sedangkan
munculnya bermacam macam ajaran ketuhanan atau agama diluar
islam adalah bukan ciptaan atau kehendak Allah.
Oleh
karena itu Allah tidak akan menerima din lain selain dinul
Islam sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ
دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْخَاسِرِينَ الآخِرَةِ
مِنَ
Barangsiapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( Qs.3:85 )
Munculnya
ajaran ketuhanan dan agama yang bermacam macan itu hanya karena hawa nafsu dan
akal manusia yang durhaka ( maksiyat ) kepada Allah sebagaimana
firman Allah berikut ini.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ
اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan
Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya [1385 ] ( Qs.45:23 )
[1385]. Maksudnya Allah membiarkan orang itu SESAT, karena Allah telah mengetahui bahwa dia tidak menerima
petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Oleh karena itu dengan adanya
kesaksian ruh ketika di tulang sulbi ( surat Al A’rof 172 ) seakan
akan ruh itu sudah menjadi muslim sehingga nabi hanya mengatakan “orang
tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasroni dan Majusi”.
Dengan
potensi yang telah dibekali ruh islam maka akan memudahkan setiap orang tua
untuk membentuk anaknya menjadi seorang muslim yang benar benar beriman.
(mu’min). Sebagai manusia yang baru melihat dunia dan belum dibebani kewajiban
( mukallaf ) yang sekaligus dia belum terkena ujian Allah.
Untuk
menjaga kondisi fithroh maka manusia harus mendapat pendidikan Addinul Islam (
tarbiyah islamiyah ) sebagai proses mewariskan sikfat dan sikap mengesakan
Allah. Mewariskan keesaan terhadap Allah adalah tradisipara yang telah
dilakukan nabi dan rosul. Allah berfirman.
أَمْ
كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا
تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَـهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ
مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub
kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa
yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". ( Qs.2:133 )
Bahkan sejak nabi Nuh as dan Ibrohim as Allah telah
memerintahkan untuk mengesakan diriNya. Alah berfirman.
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ
نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ
عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن
يَشَاء وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu
tentang Din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu : Tegakkanlah agama [1341] dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya). ( Qs.42 :13 )
[1341]. Yang
dimaksud: Addin di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala
perintah dan larangan-Nya.
Kita
kembali kepada fase fase diatas. Secara bahasa atau harfiah kata “dunia”
itu berarti dekat. Secara jarak “dekat” berarti pendek.
Dalam ukuran waktu setiap yang pendek dan dekat itu “sebentar”.
Allah berfirman.
قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَّوْ
أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Allah berfirman: "Kamu tidak
tinggal (di bumi) melainkan SEBENTAR saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui [1028]" ( Qs.23:114 ).
[1028].
Maksudnya: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah
sebentar saja, sebab itu mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan
perhatian kepada urusan duniawi saja.
Kata قَلِيلا ( pada
ayat diatas ) dalam bahasa Arab berarti “pendek”
namun oleh para penterjemah di artikan dengan “sebentar” karena
kata itu berdimensi “waktu”.
Allah
mengatakan dalam ayat 2 surat
Al Insan sebelumnya bahwa ujian yang diberikan kepada manusia adalah berupa
perintah dan larangan yang oleh karenanya manusia diberi penglihatan
dan pendengaran. Mengapa Allah memberi alasan pendengaran dan
pengklihatan untuk memberi ujian berupa “perintah dan larangan”. Karena
“pendengaran dan penglihatan” adalah pintu gerbang masuknya
pengetahuan kedalam hati dan disimpan di arsip fikiran manusia.
Pengetahuan yang masuk kedalam hati dan fikiran manusia mempunyai dua jenis.
Yaitu pengetahuan yang hak ( benar ) dan pengetahuan yang salah
( bathil ).
Sebagaimana
juga dengan nenek moyang manusia ( Adam as ) ketika masih di syurga yang diberi
ujian berupa larangan. Yaitu larangan mendekati sebuah pohon
tertentu yang ada di syurga. Sayang Adam AS lupa dan tidak mempunyai
kemauan yang kuat untuk mentaati larangan itu. Sebagaimana
difirmankan Allah sebagai berikut.
وَلَقَدْ عَهِدْنَا
إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan [948]
kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak
Kami dapati padanya kemauan yang kuat. ( Qs.20:115 )
وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ
dan janganlah kamu dekati pohon ini [37],
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. ( Qs.2:35 ).
Jadi
perintah dan larangan yang Allah firmankan dalam Al Qura’n itu
tidak lain adalah berupa ujian. Sebagai suatu ujian tentu saja akan
memberikan hasil lulus atau gagal, keuntungan atau kerugian, kebahagiaan atau
penderitaan, Syurga atau neraka. Adam AS ketika masih di syurga telah gagal
atas ujian yang dibebankan kepadanya yaitu dengan melupakan larangan
dan tidak ada kemauan yang kuat (
motivasi ) untuk mengingat perintah dan meninggalkan larangan Allah
maka hasilnya Adam AS dan Hawa harus turun ke bumi dengan mejalankan kehidupan
yang lebih sulit di bandingkan ketika di syurga serta harus meminta ampun
selama 100 tahun dan hidup terpisah sementara dari Hawa dalam jarak tempat yang
sangat jauh.
Apa saja ujian yang dihadapi manusia ?.
Secara eksplisit ayat 2 surat
Al Insan hanya menyebutkan bahwa ujian yang
Allah berikan kepada manusia adalah berupa Perintah dan Larangan.
Dalam kasus Adam AS diatas
ketika masih di surga larangannya adalah sederhana ”janganlah kamu dekati
pohon ini ”. Lengkapnya perintah dan laranganNya dalam
Firman Allah swt adalah sebagai berikut:
وَقُلْنَا يَا آدَمُ
اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَـذِهِ
الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الْظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh
kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi
baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini
[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. ( Qs.2:35 )
[37]. Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab
Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan pohon khuldi
sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan
syaitan.
Namun apabila
kita kaji lebih jauh firman Allah yang lainnya maka banyak kita temukan jenis
ujian yang kadang kadang disebut juga sebagai cobaan. Secara umum bentuk ujian
atau cobaan lainnya dapat berupa kebaikan dan keburukan yang apabila dirinci lagi
dapat berupa kelapangan harta, kesenangan, kesulitan,
sakit, sehat, kesempatan ( waktu luang ) kemiskinan atau kekurangan jiwa atau
sesuatu. Banyak firman Allah dalam berbagai ayat Al
Qura’n yang berbicara tentang ujian atau cobaan kepada manusia.
Kalau kita amati tingkah laku
kebanyakan manusia yang merefleksikan dirinya seolah olah akan menjadi penghuni
abadi di bumi ini dan dia mengira bahwa hidupnya hanya di dunia ini saja
dan menganggap setiap peristiwa tidak ada hubungannya dengan KETETAPAN
DARI YANG MAHA PENGATUR DAN MAHA MENCIPTA.
Perlu kita ketahui bahwa
sebelum kita berada di dunia sebenarnya kita telah melalui tiga tahap kehidupan
tanpa jasad yang semuanya sudah tertulis di LAUHUL MAHFUDZ ( Catatan
terpelihara ) sebagaimana dikabarkan pada ayat ayat diatas. Lalu
setelah manusia lahir kedunia dan mencapai usia (baligh) maka menjadi mukallaf
(terbebani). Mulailah manusia di bebani perintah dan larangan
dari Allah. Tidak lain bahwa perintah dan larangan itu sebagai
ujian disamping ujian ujian atau cobaan lainnya. Pada suatu ayat Allah
mengatakan bahwa perintahku adalah jalan yang lurus. Lurus kearah
mana ?. Tentu saja ke arah syurga. Jadi perintah Allah disamping ujian juga
mengandung petunjuk kejalsn yang lurus.
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن
سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain) [521], karena jalan-jalan
itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.
(Qs.6:153)
[521]. Maksudnya: janganlah kamu
mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain atau isme ism selain dari Islam.
Pada
akhir ayat diatas dikemukakan tujuan yang akan dicapai manusia dari megikuti
jalan lurus, yaitu bertakwa. Taqwa itulah tiket untuk sampai di
tempat yang dicita citakan orang beiman dan sholih.
Perintah dan larangan sebagai ujian
Salah satu perintah Allah
kepada Nabi Ibrahim yang merupakan beberapa ujian sebagaimana difirmankan dalam
Al Qura’n sebagai berikut.
وَإِذِ ابْتَلَى
إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ
لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي
الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji [87]
Robnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: "Sesungguhnya
Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata:
"(Dan saya mohon juga) dari keturunanku" [88].
Allah berfirman: "Janji-Ku
(ini) tidak mengenai orang yang zalim". ( Qs.2:124 )
[87]. Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s.
diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan,
mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.
[88]. Allah telah mengabulkan doa Nabi ibrahim a.s., karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.
[88]. Allah telah mengabulkan doa Nabi ibrahim a.s., karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.
إِنَّ هَذَا لَهُوَ
الْبَلاء الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1286]. (
Qs.37:106-107 )
[1286].
Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah
melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya
dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya
Qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.
Dalam
kehidupannya nabi Ibrohim banyak menerima perintah sebagai ujian
yang selalu berhasil dilaluinya dengan kesabaran. Diantaranya sejak lahirnya
Ismail yaitu pada saat usia kelahiran Ismail kurang dari satu bulan, Ibrohim mendapat perintah berdakwah ke
Yerussalam ( Palestina ) dan meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat yang
asing, berupa semak belukar tanpa ada manusia seorangpun, tanpa bekal
sedirhampun dan makanan apapun serta lokasi berupa padang pasir yang tandus tanpa air. Sampai suatu ketika Hajar bertanya kepada
Ibrohim yang meninggalkannya dipadang tandus tanpa seorang manusiapun. ”
akan kemakah engkau ”. Pertanyaan itu dilakukan tiga kali oleh Hajar namun
Ibrohim tidak menjawabnya. Akhirnya peranyaannya dirubah oleh Hajar. ” Apkah
ini perintah Allah ” Ibrohim menjawab : ” Ya ”. Lalu Hajarpun berkata
sendiri ” Allah tidak akan menyia nyiakan hambaNya ”. Begitu tingkat kwtaqwaan
dan ketawakkalan serta kesabaran Hajar sebagai istri nabi Ibrohim as.
Ujian lainnya
adalah nabi Ibrohim diperintah untuk
nyembelih anaknya, Ismail yang
tengah di sayang sayangnya di usia remaja. Semua perintah itu dijalankan oleh nabi Ibrohim dengan penuh kesabaran.
Adapun ujian
lain nabi Ibrahim yaitu dalam bentuk perintah menghapuskan kemusyrikan di
Mekkah dengan membangun Ka’bah dan menghadapi Namrudz di Babilonia.
Sebelumnya nabi
Nuh juga diperintah untuk menda’wahkan kepada kaumnya untuk mengesakan
Allah namun sangat sedikit kaumnya yang mengikuti da’wahnya. Bahkan
tidak sedikit ejekan dan penolakan yang dilakukan kaum nabi Nuh kepadanya.
Sampai suatu ketika Nabi Nuh memohon agar kaumnya dibinasakan saja.
Melihat kekecewaan nabi Nuh dan permohonan doanya maka Allah memerintahkan agar
nabi Nuh menyiapkan sebuah bahtera untuk menampung orang orang beriman yang
mengikuti da’wahnya dan semua hewan masing masing sepasang.
Akhirnya selama
950 tahun berda’wah, maka nabi Nuh hanya
memperoleh pengikut 40 orang. Ujian demi ujian itupun dihadapinya dengan
kesabaran.
Demikian pula
ujian ujian yang diberikan kepada setiap nabi dengan bermacam macam ujian. Nabi
Ayub, nabi Sholih, Nabi Luth, Nabi Musa, Nabi Yusuf dan ujian yang diterima Nabi
Muhammad s.a.w pun tidaklah ringan sebagaimana juga nabi nabi lainnya.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا الْعَزْمِ مِنَ
الرُّسُلِ
“Maka bersabarlah kamu
sebagaimana bersabarnya orang-orang yang memiliki keteguhan dari para
rasul.” (Al
Ahqaf: 35)
Untuk
menguji kesabaran para nabi maka Allah menyiapkan jin dan manusia yang akan
menjadi musuh dan menghalangi jalan da’wahnya dalam membawakan risalah.
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ
“Dan
demikianlah
kami menjadikan bagi setiap para nabi seorang musuh dari syetan baik dari
kalangan jin dan manusia.”(AL
AN’AM: 112)
Kita memang
tidak mengalami ujian ujian seperti para nabi, namun sebagai hamba ciptaan
Allah pasti setiap manusia menghadapi ujian berupa perintah dan larangan yang
tercantum dalam Al Qura’n dan sunnah rosulNya.
Allah juga
mengatakan bahwa maut dan hidup itu adalah ujian sebagaimana
firman Allah berikut ini.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
”Allah
yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu
siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya” (QS.67:2)
Bukan hanya maut itu sendiri,
juga tidak sedikit ujian yang justru harus dihadapi sebelum maut itu datang.
Bahkan peristiwa sepanjang kehidupan itupun
terdapat banyak ujian yang harus dihadapi manusia. Antara lain adalah kenikmatan,
kesenangan, kelapangan atau kesempitan rizqi dan kesengsaraan atau penyakit.
Sebagaimana ayat ayat berikut ini.
فَإِذَا مَسَّ
الإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru
Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni'mat dari Kami ia
berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni'mat itu hanyalah karena
kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka
itu tidak mengetahui
(Qs.39:49).
فَأَمَّا الْإِنسَانُ
إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَكْرَمَنِ
Adapun manusia apabila Robnya
mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". ( Qs. 89:15 ).
وَأَمَّا إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"[1576].(Qs.89:16)
[1576].
Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan
itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang
tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah
ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
Begitulah keluh kesah
manusia ketika diberi kesusahan dan bersikap sombong bila
diberi kesenangan. Kadang kadang manusia tidak menyadari tentang
hakekat kondisi kehidupan yang di alaminya.
Dalam ayat di atas Allah
mejelaskan bahwa kebaikan dan keburukan, kelapangan dan kesempitan,
kemudahan dan kesulitan itu semuanya adalah ujian. Begitu juga dengan
kemiskinan atau kekayaan dalam harta dan rizqi yang kita miliki juga terdapat
ujian. Kebaikan dan keburukan yang kita alami di dunia ini juga
cobaan seperti diungkapkan dalam firman Allah berikut ini.
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami
akan menguji kamu dengan KEBURUKAN dan KEBAIKAN sebagai cobaan/ujian (yang
sebenar benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. ( Qs. 21:35).
Bahkan bumi dan isinya yang
berlimpah dengan segala macam jenis harta benda berupa tambang mineral, emas,
perak, minyak bumi, mutiara, berlian, buah buahan adalah juga sebagai hiasan
dan ujian sebagaimana firman Allah berikut ini.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأَرْضِ
زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“
Sesungguhnya Allah menciptakan apa apa diatas bumi adalah sebagai perhiasan
bagi manusia SUPAYA ALLAH MENGUJI mereka siapa diantara
mereka yang paling baik amalnya”
(
Qs.18:7).
Dalam kehidupan dunia yang
sangat sebentar ini tidak sedikit ujian yang diberikan Allah kepada orang orang
beriman. Baik ujian yang bersifat material, jasmaniah maupun yang bersifat
kejiwaan/psikis. Allah berfirman dalam Qs. 2: 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّن الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ َ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
”Dan sungguh akan Kami berikan COBAAN kepadamu, dengan SEDIKIT KETAKUTAN,
KELAPARAN, KEKURANGAN harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( Qs.2:155 )
Cobaan dan ujian yang diberikan Allah ternyata bukan hanya jasmaniah/materil yang berupa kekurangan buah buahan. Kita mengetahui bahwa buah buahan adalah lambang atau simbol kesejahteraan. Sebab kalau kita amati kehidupan manusia dari segala lapisan maka bisa kita temui lapisan masyarakat yang makan buah setelah atau sebelum makan utamanya.
Hal semacam itu tentu tidak
dilakukan oleh lapisan masyarakat yang kurang mampu. Disamping itu juga ada
ujian yang bersifat psikis. Seperti ketakutan
kelaparan dan juga ketakutan kekurangan jiwa. Allah
menutup kalimat ancamanNya itu dengan harapan. ”berikanlah berita gembira
kepada orang orang yang sabar” .
Siapa orang yang sabar itu,
perhatikan QS.2:156
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"
[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan
kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik
besar maupun kecil.
Ternyata sabar itu adalah
sikap mengembalikan setiap peristiwa
buruk (musibah atau mala ptaka) yang menimpa kita, kepada Allah dan selalu
memohon perlindungan kepadaNya.
Apakah imbalan
yang diperoleh orang orang yang selalu mengembalikan setiap musibah kepada
Allah dan mohon perlindungan kepadaNya?. Allah berfirman
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
”Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rob mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (
Qs. 2: 157 )
Alangkah nikmatnya orang
orang yang berserah diri kepada Allah atas musibah berupa ujian yang di
terimanya dengan sabar. Antara lain memperoleh:
”
keberkatan yang sempurna,
” rahmat ”
” mendapat
petunjuk”
Musibah sebagai bentuk ujian
atau cobaan sering di maknai sebagai suatu peristiwa di atas dunia ini
yang tidak menyenangkan, mengecewakan, merugikan
secara materil, tidak membahagiakan dan semua yang dapat
menimbulkan kehilangan materi/harta, jasad, jiwa dan atau kehormatan.
Musibah adalah setiap peristiwa
di atas dunia ini yang tidak sesuai antara keinginan atau harapan dengan
kenyataan atau rencana dengan realisasi.
Peristiwa sekecil apapun yang
tergolong seperti itu adalah harus kita anggap sebagai musibah agar kita
bisa sabar, pasrah dan mengembalikannya pada Allah.
Sedangkan sabar itu berlaku
pada dibagi 3 ( tiga ) keadaan.
Pertama, sabar
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Yaitu
dalam bentuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sebagai contoh. Sholat
memerlukan kesabaran karena waktunya sering berbenturan dengan urusan kita
mengurus dunia. Kalau kita tidak sabar dalam menjalankan Sholat maka syaithon
masuk kedalam hati kita sehingga membuat kita lalai dalam sholat itu dan
berbicara dengan hatinya sendiri. Allah berfirman tentang lalainya sholat
seseorang sebagai berikut.
فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّينَ - الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, ( Qs. 107:4-5 )
Jadi
Allah memonis CELAKA bagi orang yang lalai sholatnya. Karena ia
tidak mendapatkan balasan pahala dari sholatnya itu dan rugi karena telah
membuang waktunya untuk yang sia sia. Selain itu Sholat juga membutuhkan waktu
yang dapat mengurangi porsi waktu kita mengurus dunia. Sholat
membutuhkan aktifitas fisik mulai wudhu sampai salam.
Semuanya itu memerlukan
kesabaran karena kalau mengikuti akal sehat yang dibisiki syaithon
semuanya seolah olah menyita waktu. Apabila sholat tidak dilakukan
dengan sabar tetapi tergesa gesa maka seperti yang Allah katakan pada ayat
diatas tadi dan jelas kualitas sholatnya setidaknya menjadi buruk/rendah. Nabi
bersabda.
العجلة من الشيطا ن و
الشاء ني من الله
“ Tergesa gesa
itu adalah dari syaithon dan perlahan lahan (tenang) itu dari Allah taa’la “
Begitu juga dengan ibadah
ibadah fardhu lainnya dan juga ibadah sunnah juga memerlukan kesabaran.
Kedua, sabar
dalam meninggalkan maksiyat.
Setiap ajakan yang
menyenangkan yang datang melalui bisikan di dalam hati, memerlukan kesabaran
untuk menseleksinya. Kenikmatan kenikmatan yang dijanjikan oleh ajakan dari
dalam hati itu memerlukan penyaringan yang juga memerlukan kesabaran.
Sebab kalau kita tidak sabar dalam menseleksi dan menyaring setiap ajakan yang
datang dari bisikan di dalam hati (hawa nafsu) maka tidak mustahil yang kita
ikuti adalah tipu daya syaithon yang berbentuk maksiyat. Kita juga harus
membedakan ketika datang bisikan berupa ajakan dari dalam hati. Terkadang yang di
tawarkan kedalam hati itu bukan kebutuhan tapi keinginan.
Kalau itu keinginan bisa berupa syahwat. Apakah syahwat
perut ataukah turunan ( derivasi ) dari syawhat
farji. Kalau dia berupa syahwat ( perut atau turunan syahwat farji )
maka tidak lain itu adalah hawa nafsu. Kita tahu bahwa hawa nahsu membawa pada
keburukan. Sebagai firman Allah berikut ini.
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ
sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Robku. ( Qs.12:53 )
Bisikan itu sangat halus
masuk kedalam dada (hati) manusia sebagaimana firman Allah berikut ini.
Syaithon dalam hal ini juga bisa berwujud jin dan manusia. Oleh karena itu
manusia harus senantiasa meminta perlindungan dari Allah swt.
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ
الْخَنَّاسِ
Dari kejahatan (bisikan) syaitan
yang biasa bersembunyi,
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي
صُدُورِ النَّاسِ
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَ
النَّاسِ
dari (golongan) jin dan manusia.
Ketiga, sabar
dalam menerima taqdir buruk ( musibah ).
Taqdir buruk jelas. Tidak
menyenangkan dan tidak membahagiakan, tidak nyaman bahkan kadang kadang
menimbulkan kehilangan harta dan jiwa serta kehormatan. Dalam situasi
seperti itu kita harus punya sikap sebagaimana telah diuraikan diatas yaitu
sabar.
Lalu apakah taqdir baik juga
merupakan ujian atau cobaan.
Ayat yang patut
direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ -16
“Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, Maka Dia akan berkata:
”Robbku telah
memuliakanku“.
Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: ”
Tuhanku menghinakanku “. (QS.Al Fajr: 15-16)
Sementara itu Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas,
“Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang
yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rizki. Allah
sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya
rizki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak
demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta
dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti
bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS.AL MU’MINUN:55-56).
Pada
hakekatnya sabar itu diwajibkan kepada manusia sepanjang
hidupnya. Karena jalan kehidupan sejak baligh dan mukallaf sampai
mejelang kematian banyak dipenuhi oleh ujian dan cobaan itu memerlukan
kesabaran. Dan kesabaran itu akan dibalas atau diganjar tanpa batas ( tak
terhingga ). Allah berfirman dalam surat Azzumar ayat10 sebagai berikut.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ
حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 )
Untuk mendapat ”taqdir baik didunia dan akhirat” memerlukan ”jalan yang lurus”
Untuk memperoleh keselamatan
hidup didunia dan mencapai kebaikan di akhirat maka rosulullah memberi contoh
dalam setiap sholat untuk selalu mengucapkan :
”
tunjukanlah kami jalan yang lurus”.
Apakah jalan yang lurus itu.
Apakah ”shirotol mustakim” itu berupa rambut dibelah tujuh. Kita
mengetahui bahwa secara matematik jarak terdekat adalah garis lurus. Jadi kalau
kita mau menuju Allah maka cara terdekat adalah lewat jalan yang lurus. Tapi
sekali lagi apa jalan yang lurus itu ?.
Perlu diketahui bahwa setiap
ayat Alqur’an hanya dapat di jelaskan dengan ayat Alqura’n juga atau dengan
hadits. Lihat penjelasan ayat 5 surat Alfatihah diatas.
Penjelasan jalan yang
lurus menurut Al Qura’n tercantum dalam Qs. 6 : 153.
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن
سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain)[152], karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah agar kamu bertakwa.”.
[152]. Maksudnya: janganlah kamu
mengikuti faham faham, ideologi, ajaran ajaran atau agama-agama dan kepercayaan
yang lain dari Islam.
Jadi setiap perintah Allah itu adalah jalan yang lurus.
Jadi setiap perintah Allah itu adalah jalan yang lurus.
Dalam
kitabnya Al Islam, syech Said Hawa mengatakan bahwa yang dimaksud
jalan yang lurus atau kalimat ”shirotol mustakim ” adalah Al Islam”. Demikian
juga Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya yang terkenal. Bahwa yang
dimaksud dengan ”shirotol mustaqim ” pada ayat ke 6 surat Al
Fatihah adalah ”Addinul Islam”. Tidak
ketinggalan pula Prof DR Hamka di dalam tafsir Al Azharnya
juga menyebut ” jalan yang lurus ” itu adalah Addinul
Islam.
Dengan
demikian sebenarnya semua ujian yang dihadapi manusia sepanjang hidupnya sudah ada jalan keluarnya
atau pedomannya atau petunjuknya. Tentu saja semua yang benar tentang Addinul
Islam hanya ada di dalam Al Quran dan Assunnah.
Salah satu
ajaran tentang jalan yang lurus adalah yang berkaitan dengan kesabaran
dan bersyukur ini, terdapat dalam hadits nabi tentang bersyukur dan
bersabar pada salah satu riwayat dari Abu Yahya Shuhaib Ibn Sinan
sebagai berikut.
Nabi
bersabda :
عجبالامرالموء
من ان امره كله له خير و ليس ذلك لاحد الا للموء من ان اصا بته سراء شكرفكان
خيراله و ان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له
” Sungguh mengherankan perkara orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh
perkaranya adalah baik baginya. Dan
hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh
orang mukmin. Jika dia diberi sesuatu yang
menggembirakan dia bersyukur, maka itu menjadi baik
baginya. Dan apabila ia ditimpa madhorot dia bersikap
sabar, maka itu menjadi baik baginya ”.
Perhatikan hadits
diatas bahwa ujung ujungnya semua yang dialami seorang muslim
yang mu’min apakah itu kegembiraan maupun kesengsaraan adalah selalu baik.
Tentunya dengan kondisi atau syarat tertentu. Yaitu apakah dia puas (ridho dan bersyukur) menerima
kegembiraan ( taqdir baik ) maupun kemudhorotan (
taqdir buruk ). Apabila disikapi dengan iman dalam bentuk
bersyukur saat menerima taqdir baik atau bersabar pada saat
menerima taqdir buruk maka semuanya berujung pada sesuatu yang
baik.
Kalau sudah kita
ketahui bahwa shirotol mustaqim itu adalah Dinul Islam.
Mengapa kita tidak bersungguh sungguh untuk memahaminya dan menjalankannya
secara total ( kaffah )?. Agar kita dengan mudah menapaki
jalan di dunia yang penuh jebakan dan rintangan syaithon ini dalam menuju
Allah. Tanpa memahami ilmu Dinul Islam mustahil seseorang dapat
kembali kerumah abadi yang diidolakanya. Bahkan tidak sedikit yang
tersesat, tujuan tidak bisa dicapai dan tempat kembali pun tidak diketahuinya.
Hanya dengan menuntut ilmu syari’ (tholabul ilmi) tentang Dinul Islam
lah manusia akan terbimbing kejalan para nabi dan rosul, shidqin, syuhada
dan sholihin. Sebagaimana firman Allah swt berikut ini.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ
عَلَيهِمْ
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; ( Qs.1:7 )
Siapa orang orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah
dalam ayat diatas ?. Menurut tafsir Ibnu Katsir terdapat dalam firman
Allah berikut ini.
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ
فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم
مِّنَ النَّبِيِّينَ
وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah
dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin [314],
orang- orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya. (
Qs.4:69 )
[314].
Ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan
inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.
Begitu indahnya ajaran jalan lurus yang di ajarkan Allah swt dan
di sampaikan lewat rosulullah itu. Ternyata orang yang diberi nikmat itu adalah
para nabi, rosul, shidqin da sholihin. Mengapa para shodiqin dan sholihin
itu diberi nikmat. Karena mereka mengikuti Allah dan rosulNya. Apa bentuk
kenikmatan yang diterima oleh para Nabi, rosul, Shidqin dan sholihin pada ayat
69 surat An Nisa itu. Padahal kalau kita lihat sejarah, hampir tidak ada para
nabi, rosul, shodiqin dan sholikhin yang hidupnya bergelimang harta dan
kesenangan. Lalu kenikmatan apa yang mereka terima. Qs 5:3 memberi isyarat
tentang nikmat itu.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
Dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi Din bagimu. ( Qs.5:3 ).
Berdasarkan
ayat di atas yang dimaksud nikmat tersebut adalah Addin ( syariat atau dalam arti sempit
adalah agama ). Bagaimana kita
menikmati iman islam. Hal ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah mendapat
hidayah dari Allah berupa pemahaman tentang syariat Dinul Islam secara
benar dan menjalankannya secara kaffah.
Beberapa pesan pesan rosulullah agar kita bersikap ridho dan sabar
dalam menerima berbagai ujian cukup banyak antara lain berikut ini.
ما يصيب المسلم من نصب
ولا و نصب ولا هم ولا حزن
ولا اذى ولا غم حتى الشو
كة سشاكهاالا كفرالله بها من خطاياه
Hadits dari Abu Sai’d dan Abu Huroiroh diriwayatkan
oleh Imam Buchari dan Muslim. Nabi saw bersabda :
“ Seorang muslim tidak ditimpa
oleh rasa letih, penyakit, gelisah, sedih, gangguan ataupun kegundahan, hingga
duri yang tertancap padanya melainkan Allah menebus dengannya
dari kesalahan kesalahannya “
Kalau manusia sadar dan mengetahui ucapan rosulullah yang
menggembirakan itu pastilah tidak ada kekecewaan atau putus asa pada diri
manusia. Pada bagian hadits yang lain dikatakan bahwa sakit, gangguan meski
tertusuk duri dapat menghapuskan dosa. Sebagaimana hadits
yang berasal dari Ibnu Masu’d yang juga diriwayatkan oleh Buchari dan
Muslim. Nabi saw bersabda.
“ Tidak ada seorang muslim yang ditimpa
gangguan, duri dan seterusnya melainkan Allah memutus dengannya keburukan
keburukannya dan dosanya berguguran bagaikan pohon yang merontokan daunnya “.
Sesuatu yang juga harus kita ketahui dan imani adalah tentang
begitu banyak dan luasnya rahmat Allah yang terkandung dalam berbagai bentuk
fenomena kehidupan. Seperti peristiwa atau fenomena menyenangkan atau
menyedihkan, gembira atau sedih, sehat ataupun sakit, miskin ataupun kaya, sukses
atau bangkrut. Bahwa semuanya mengandung rohmat yang diturunkan Allah kepada
hamba hambaNya. Tentang keburukan yang ditimpakan kepada hambaNya rosulullah
saw bersabda.
اذا ارد الله بعبده
الخيرعخل له العقوبة فى الدنيا واذا ارد الله بعبده الشرامسك عنه بذنبه حتى يوافي
به يو م القيامة
“ Apabila Allah menghendaki KEBAIKAN pada
seorang hambaNya, Dia MENYEGERAKAN HUKUMAN untuknya DI DUNIA. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan Dia menahan darinya ( hukuman
) karena dosanya hingga Dia menunaikannya pada hari kiyamat “ (HR
ATTARMIDZI).
Dengan demikian janganlah kita menyesali keburukan yang
menimpa pada diri kita ketika di dunia ini. Karena bisa jadi itu adalah
hukuman yang di dahulukan Allah selama kita masih di dunia. Sehingga berkurang
atau hapuslah hukuman kita di akhirat nanti.
Untuk
mengakhiri diskusi dan kajian kita maka marilah kita menyucikan dan memuji
Allah serta memohon ampun dan bertaubat kepadaNya untuk selalu kembali hanya
kepaadaNya.
Demikinlah
kajian kita hari ini semoga bermanfaat khususnya untuk diri saya sendiri dan
hadirin serta pembaca sekalian. Sesungguhnya yang benar datangnya dari Allah
sedangkan yang salah datangnya dari saya yang lemah dan pelupa serta hilaf.
Untuk menutup kajian kita marilah kita memuji Allah dan memohon ampun serta
selalu kembali kepadaNya dengan membaca do’a kaffarotul majlis.
سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان
لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك
Maha
suci Allah ilah kami dengan segala pujian untukMu, aku bersyaksi bahwa tidak
ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada
Mu dan kepadaMulah kami kembali.
ولسلم عليكم و رحمة الله و بر كا ته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar