Jumat, 14 November 2014

JADIKAN SYARIA’T SEBAGAI BATU PENIMBANG SETIAP PERBUATAN



JADIKAN SYARIA’T SEBAGAI BATU PENIMBANG
SETIAP PERBUATAN

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم

ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ر انفسنا و من سيا ت  ا عما لنا من يهد لله فلا مضل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو  مد  ين                                                                                  
                                                                                                                       Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.  Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.

فاان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم  و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و  كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر                                                                                                                             
Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Robmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs.4:1 )

263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

و قل الله تعل في ا لقران لكر يم    

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم                
ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                                                            
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan          ( sukses ) yang besar.”  ( Qs.33:70-71)

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
sesungguhnya Robbmu benar-benar mengawasi.

وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاء وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاء وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Qs.2:284 ).

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini kita masih dianugerahi nikmat kesehatan  dan kesempatan untuk melakukan tholabul ilmi dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Nya dan hadits rosulullah saw. Tidak lupa kita curahkan sholawat dan salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir. Tidak ada nabi dan rosul lagi setelahnya yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Kalau kita coba menghisab ( hitung ) ibadah dan perbuatan baik (amal sholeh) kita, maka berapa banyakkah amal ibadah kita yang tertolak karena tidak ikhlash ( tidak murni ) atau karena tidak mengikuti cara yang dilakukan rosulullah s.a.w. Disisi lain kita amat jarang menghitung keburukan kita kepada manusia dan kepada diri kita sendiri serta kedurhakaan kita kepada Allah s.w.t. Wallahu a’lam.

Sementara itu kita juga tidak pernah menghitung berapa banyak nikmat yang sudah kita rasakan sejak dari masih di rahim ibu sampai hari ini. Allah berfirman :

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

” sesungguhnya kalau kamu bersyukur niscaya Kami akan menambah nikmat kepadamu dan kalau kamu mengingakari (kufur nikmat)  sesungguhnya azabku amat pedih”. ( Qs.14:7 ).

Berapa banyak peristiwa yang pernah kita alami, berapa banyak perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah kita lakukan niscaya tidak seorang manusiapun yang bisa menghitungnya. Karena begitu banyaknya dan saling bertumpuk antara satu perbuatan baik dengan perbuatanb baik lainnya serta antara perbuatan buruk yang satu dengan perbuatan buruk lainnya. Atau bahkan perbuatan buruk dengan perbuatan baik dan perbuatan baik dengan perbuatan buruk. Begitulah lemahnya kemampuan kita mengingat semua peristiwa yang terjadi dan perbuatan yang telah kita lakukan. Jika ditelusuri dari sisi waktu mungkin kita akan terkejut karena telah begitu banyak jumlah hari apalagi jam yang sudah kita habiskan selama hidup kita.
Misal kita berusia 50 tahun, maka jumlah hari yang telah kita lalui adalah 18.250 hari atau 438.000 jam. Jika kita telah bekerja selama 25 tahun maka jumlah jam kerja yang telah kita lalui adalah 25 x 300 hari x 8 jam = 60.000 jam. Selama 60.000 jam itu kita berinteraksi dengan berbagai manusia bawahan atasan, sejawat mitra, wanita, tua dan muda mungkin juga dengan anak anak. Dari sekian banyak interaksi dengan berbagai manusia itu tidak teringat pula oleh kita berapa banyak perbuatan kita yang berpotensi memberikan manfaat di akhirat nanti atau bahkan merugikan kita kelak. Pada hari hari lain atau diluar jam keja kita berinteraksi dengan tetangga, kerabat, sahabat dan keluarga, maka bertambah lagi peristiwa dan perbuatan kita yang baik dan buruk. Padahal yang akan dinilai Allah swt kepada manusia di akhir perjalanan hidupnya nanti yaitu di hari pengadilan adalah hanya perbuatannya dalam hal ini  termasuk perbuatan hati dan lidah atau ucapan.

Terkait dengan perbuatan ”hati” dan ”lisan” atau ucapan. Nabi bersabda.  ”Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya”. Kita tahu bahwa ”niat” adalah perbuatan ’hati”. Hadits lain menyebutkan ” barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat maka ber”katalah” yang baik atau diam”. Jadi inti dari kedua hadits diatas adalah perbuatan hati yaitu ”niat” dan ”perkataan” sebagai perbuatan ”lidah”.

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Kesadaran yang paling tinggi pada manusia seharusnya adalah keyakin an terhadap adanya hari pengadilan ( YAUMUL HISAB ). Karena kesadar an semacam itulah yang mampu mencegah manusia berbuat keburukan baik terhadap dirinya sendiri terutama terhadap Allah s.w.t dan manusia lain. Kesadaran inilah yang dikenal dengan MUROQOBAH atau merasa diawasi oleh Allah s.w.t. Sebagaimana telah dikemukakan firman Allah diatas ”sesungguh nya Robmu benar benar mengawasi”. Untuk itu Nabi s.a.w pun bersabda .

Dari Abu Dzar Jundub Ibn Junadah dan Abu Abdurahman Muadz Ibn Jabal. Rosulullah bersabda:

اتق الله حيشما كنت و اتبع السئة الحسنة تمهحا- و خالق الناس بخلق حسن

Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan lakukanlah kebaikan setelah keburukan, pasti ia akan menghapusnya dan pergauli  lah manusia dengan akhlak yang baik”. ( HR MUSLIM )

Kata ”dimana saja kamu berada” secara tersirat bermakna bahwa manusia dalam pengawasan Allah s.w.t dan dua malaikat selalu mengiringinya. Allah berfirman :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. ( Qs.13 : 11  )

[767]. Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.

Jadi Allah s.w.t memerintahkan dua malaikat untuk mencatat perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia.

Begitulah sistem yang Allah s.w.t berlakukan terhadap hidup manusia sejak di dunia dan di akhirat nanti dan tidak satu pun perbuatan manusia yang lolos dari catatan kedua malaikat tersebut. Bahkan sejak manusia masih berada di dalam rahim ibu, Allah s.w.t telah membuat rencana pokok hidup bagi makhluknya yang bernama manusia. Bahwa Rizki, Ajal, Amal (perbuatan)  dan Celaka/bahagianya telah ditetapkan Allah lewat malaikat sejak di dalam rahim ibu ketika berusia 40 hari sebagaimana hadits berikut ini.

 عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا .
[رواه البخاري ومسلم

Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah.
Kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga.
Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. Maka demi Alloh yang tiada ilah selainNya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.

Hadits di atas adalah bagian dari sebuah perencanaan Allah s.w.t untuk manusia selama hidup di dunia ini. Di tengah perjalanannya khususnya yaitu di hari perhitungan di padang mahsyar semua perbuatan itu akan mendapat evaluasi. Sebagian prosesnya dikemukakan rosulullah s.a.w dalam sebuah hadits berikut ini.

وعن ابى برزة – براء شم زاي- نضلة بن عبيد الاسلمى رضي  الله عنه قال- قال رسولاالله صلى الله عليه و سلم- لا تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يساءل عن عمره فيم افناه وعن علمه فيم فعل فيه- وعن ماله من اين اكتسبه – وفيم انفقه –وعن جسمه فيم ابلاه- رواه الترمذي قال- حديث حسن صحيح

Dari Abu Barzah Nadhlah Ibn Ubaid Al Aslami dia berkata : “Rosulullah bersabda: “ Tidak akan bergeser kedua telapak kaki hamba pada hari kiyamat sampai dia ditanya tentang UMURNYA, UNTUK APA DIA HABIS KAN. Tentang ILMUNYA UNTUK APA DIA AMALKAN. Tentang HARTANYA DARIMANA DIA DAPATKAN DAN UNTUK APA DIA BELANJAKAN.
Dan tentang JASADNYA DALAM HAL APA DIA RUSAKAN  ( HABISKAN )”. Imam Tirmizi berkata Hadits hasan shohih. ( HR TIRMIZI ).

Lengkap sudah scenario yang diciptakan Allah untuk setiap hambanya. Mulai sejak di tulang sulbi kemudian di dalam rahim lalu di dunia dan terakhir di yaumul hisab. Semua scenario itu dibingkai oleh suatu aturan dan ketentuan ketentuan yang juga diciptakan Allah untuk manusia agar hidup manusia selamat jiwa raganya, hartanya dan kehormatannya. Aturan dan ketentuan ketentuan itu di sebut dalam Dinul Islam adalah syariat.

Yaa Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Dengan demikian perlu di sadari bahwa pada hakekatnya syariat itu untuk menyelamatkan dan membahagiakan hidup manusia di dunia dan akhirat. Baik jiwanya, jasadnya, hartanya dan kehormatannya. Jadi bukan untuk menyusahkan manusia. Di akhirat nanti semua perbuatan tangan, kaki, pendengaran, penglihatan dan sampai kulit akan dievaluasi oleh Allah walaupun sebelumnya manusia telah lebih dahulu mengevaluasinya sendiri dari buku yang telah diterimanya saat pertemuan pertama di hari kebangkitan yaumul hisab. Allah berfirman :

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. ( Qs.36:65 )

حَتَّى إِذَا مَا جَاؤُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. ( Qs.41:20 )

Demikian Allah telah menetapkan satu hari untuk mengevaluasi semua perbuatan manusia mulai dari yang dilakukan oleh tangan, kaki, kulit, pendengan, penglihatan dan hati. Allah telah memberi tahu ( membocorkan ) semua yang akan dipertanyakan di hari perhitungan atau hari pengadilan itu      ( yaumul hisab ) agar manusia dapat menjalankan hidupnya di dunia secara tertib sesuai aturan dan undang undang yang diberlakukan Allah melalui KitabNya Al Qura’nul Karim dan sunnah rosulNya s.a.w. Aturan dan undang undang yang diberlakukan Allah dan rosulNya itu disebut dengan syaria’t.

Syaria’t yang paling utama bagi manusia adalah Al Aqidah kemudian I’badah dan Akhlaq kepada Allah, orang tua dan dalam bermuamalah dengan sesama manusia. Dalam Al Aqidah juga terdapat Akhlaq kepada Alkhaliq, Allah tabaroka taa’laa.

Yaa Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Sesungguhnya alangkah mudah menjalani hidup di dunia ini apabila manusia dapat mentaati dan mematuhi aturan main yang diberlakukan Allah s.w.t.

Seperti jalan raya yang banyak dilalui berbagai kendaraan dengan berbagai tujuan maka akan terasa nyaman dan tertib bila para pengendara dapat mentaati dan mematuhi rambu rambu lalu lintas dan bisa menahan diri dari hawa nafsu untuk mendahului pengendara yang lainnya. Namun rambu rambu dalam syaria’t islam ini adalah suatu sistem yang berjalan dengan pemantauan dan pengawasan yang bersifat maya dan tercatat semua peristiwa dan kejadian di dalam catatan para pengawas setiap individu manusia. Tidak ada tilang dan suap menyuap dengan petugas tersebut. Disamping itu sistem yang diberlakukan Allah tersebut juga super otomatis dan kekal sampai ke akhir jaman dan hari pengadilan kelak.

Dalam hidup manusia tidak ada satupun perbuatan yang tidak difasilitasi dengan aturan Allah dan rosulNya. Oleh karenanya nabi bersabda:

عن ابى ذرجندب بن جنادة و ابى عبد الرحمن محا ذ بن جبل رضى الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال- اتق الله حيشما كنت واتبع الشيئة الحسمة تمحها – و خالق النا س بخلق حسن- رواه الترمذي و قال حديث حسن

Dari Abu Dzar Jundub ibn Junadah dan Abu Abdurahman Muadz ibn Jabal dari Rosulullah s.a.w. bersabda: “Bertaqwalah kamu dimana saja kamu berada dan lakukanlah kebaikan setelah keburukan, pasti ia akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik”. (HR TIRMIDZI ia berkata “ Hadits Hasan).

Hadits di atas memberi petunjuk kepada manusia untuk mengeliminir setiap perbuatan buruk dan selalu waspada terhadap setiap perbuatan buruk dengan selalu bertaqwa dimana saja kita berada.

Demikian juga Allah telah mengingatkan manusia untuk menyadari bahwa setiap diri selalu dalam pengawasannya. Allah berfirman:

إِنَّ اللّهَ لاَ يَخْفَىَ عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء

Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. ( Qs.3:5 )

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. ( Qs.89:14 )

Kata “sesungguhnya” pada kedua ayat di atas bukan hanya menekankan pada peringatan bahkan Allah itu seperti bersumpah dan mengancam manusia bahwa Dia benar benar mengawasi dan jika manusia tidak mengindahkan pengawasan Allah maka membawa suatu yang sungguh sungguh juga akibatnya. Tapi kebanyakan manusia lalai dan tidak mengetahui sebagaimana firman Allah berikut ini.

الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ

(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai,               ( Qs.51:11 )

Pada ayat di atas Allah s.w.t menggolongkan orang orang yang berdusta itu sebagai orang yang lalai dengan syaria’t Allah.

لَقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. ( Qs.50:22 ).

Ayat diatas memproyeksikan kelalaian manusia yang terus berlangsung sampai hari kiyamat pada saat malaikat mengiringinya untuk menjadi saksi sampai Allah harus menolongnya dengan membukakan tutup yang menutupi matanya sehingga manusia dapat melihat dengan terang semua pebuatan perbuatannya selama di dunia.


وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui [1428].             ( Qs.52:47 )

[1428]. Yang dimaksud azab yang lain ialah adanya musim kemarau, kelaparan malapetaka yang menimpa mereka, azab kubur dan lain-lain.

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكَثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.    ( Qs.45:26 )

Pedoman, petunjuk dan peringatan telah difasilitasi untuk manusia serta pengawasan yang tidak pernah luput pun sudah dilakukan kepada setiap manusia kapan dan dimana saja mereka berada. Namun manusia tetap saja melakukan kedurhakaan kepada Allah dan rosulNya. Mengapa demikian ?.

Terdapat dua aspek yang mendorong manusia lalai, melupakan dan durhaka kepada Allah s.w.t. Aspek tersebut bersifat INTERN dan EKSTERN.

Secara INTERNAL terdapat dalam diri manusia sendiri yaitu saat MENURUNNYA IMAN DIDALAM HATI (QOLBU), RASA TAKUT, RASA CINTA dan RASA HARAP KEPADA ALLAH. Keadaan hati (qolbu) itu terlihat berubah ubah, naik dan turun dan berbolak balik. Hal ini karena secara harfiah            ( bahasa ) bahwa QOLBU ( hati ) bermakna sesuatu “yang senantiasa berbolak balik” ( berubah ubah ).

Secara EKSTERNAL, bersifat sunnatullah yaitu sejak Nabi Adam a.s akan diangkat menjadi pemimpin manusia di bumi ( khalifah fil ardhi ) manusia sudah mempunyai musuh, yaitu syaithon, ketika itu adalah salah satu pemuka syaithon yang disebut iblis. Padahal iblis itu yang pada awalnya bernama azazil adalah salah satu hamba Allah yang taat, patuh dan selalu bertasbih kepada Allah selama ribuan tahun.

Sebab sebab INTERN pada diri manusia yang membuat manusia durhaka kepada Allah s.w.t antara lain karena manusia tidak mengenal Allah s.w.t dengan sebenar benarnya dengan ilmul yakin dan pandangan hati ( qolbu ) yang jernih yang dalam dinul ilmu islam disebut ma’rifatullah.

Apabila kita tak kenal pada sesuatu maka kitapun mustahil sayang. Tak sayang maka tak cinta. Dengan tidak adanya cinta kepada Allah s.w.t maka sebagai konsekuensi logis maka tidak ada pula ketaatan dan kepatuhan kepadaNya. Sebagai analogi, apabila kita mencintai seseorang maka dengan sendirinya kita akan melakukan semua pebuatan yang di sukai oleh orang yang kita cintai. Bahkan kita meniru semua perkataannya, benda benda yang dipakai dan perbuatan yang dilakukannya. Sebagai contoh seseorang yang mengidolakan artis, atlit atau seorang tokoh politik ataupun negarawan maka orang itu akan meniru apa yang dilakukan orang yang diidolakannya. Baik perkataan, perbuatan dan segala yang dikenakan pada tubuhnya. Coba perhatikan para pemuda dan pemudi yang mengidolakan tokoh idolanya, semua perkataannya ditiru bahkan gaya bicaranya, pakaian dan cara hidupnya. Begitulah sikap pengagungan dan memulyakan manusia, oleh manusia kepada manusia karena ada cinta dan menjadikannya idola dalam hatinya. Itu semua adalah sunnatullah dari sifat manusia yang telah dikaruniai Allah s.w.t kepada makhluqnya.

Oleh karena itu untuk menumbuhkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah s.w.t maka kenalilah Allah dengan menyimak ( mentadhaburi ) ayat ayatNya. Ayat ayat Allah swt tersebar luas. Ada yang di dalam kitabNya Al Qura’nul Karim yang disebut ayat qouliyah dan yang tersebar di alam semesta termasuk yang ada dalam diri manusia sendiri yang disebut denga ayat kauniyah. Allah memperkenalkan namaNya dan diriNya dalam Al Qura’n berikut ini.

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاة لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
( Qs.20:14 ).

Jadi nama Allah itu bukan manusia yang memberikan tapi Allah sendiri yang menamakan dirinya Allah. Dan Allah adalah ilah yang dapat menolak kemudhorotan dan mendatangkan kemanfaatan dan yang paling berhaq untuk di sembah. Demikian independentnya Allah yang tidak membutuhkan siapapun bahkan Dia adalah tempat bergantung setiap makhluq terhadap segala yang dibutuhkannya lahir batin, jasmani rohani, materil dan spirituil.

Ada yang berpendapat Allah itu, Tuhan. Silahkan baca dalam kamus ensiclopedia agama sansekerta, apa artinya Tuhan. Atau lihat dalam kamus bahasa sansekerta apa arti Tuhan. Dalam ensiklopedia bahasa sansekerta, Tuhan itu rajanya Dewa. Atau Shang Hyang dalam agama hindu. Makanya menyembah kepada Tuhan disebut Sembah Hyang kemudian menjadi sembahyang.
Karena itu sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Padahal secara bahasa kalau sebuah kata diberi awal ke dan akhiran an bisa bermakna banyak. Contoh pulau ( single ) kalau banyak menjadi kepulauan ( plural ).

Itulah sebagian penyimpangan istilah atau kata kata hingga masuk dalam terminologi ajaran islam secara bercampur baur. Tapi kita tidak sedang membahas hal tersebut karena memerlukan berpuluh halaman.

Pepatah melayu mengatakan ”tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta ” Begitu juga kiranya dengan nama Allah. Kita wajib mengetahui dan mengenal apa dan siapa Allah itu. Nama Allah sangat tua setua keberadaan sebelum manusia dan alam semesta serta makhluqnya  diciptakan, karena Dia Al Awwalu, AlQodim dan Alkholiq dan nama nama lainnya yang bersifat terdahulu dan paling dahulu dari segala ciptaan.

Untuk mengenal Allah tidak bisa didefinisikan oleh fikiran manusia semata mata tetapi Allah sendiri yang  memperkenalkan dirinya pada manusia. Memang dalam AlQura’n dan hadits juga tidak ada definisi yang ringkas dan eksplisit tentang apa atau siapakah Allah itu. Namun kita bisa menyimpulkan dari beberapa surat atau ayat yang menjelaskan tentang Allah itu.

Dalam literatur Indonesia kata Tuhan kadang disamakan dengan ”ilah” atau ”robbi”. Namun untuk Allah mereka tidak ada pengganti istilah lainnya tetapi tetap Allah. Didalam Al Qura’n kata Allah terkadang juga dimaksudkan dengan ilah dan dalam konteks tertentu juga disebut Robb.

Dalam surat Al Ikhlash Allah berfirman ” Katakanlah hai Muhammad: ”Dia lah Allah Yang Esa, Allah tempat bergantung setiap makhluq, Yang tiada beranak dan tidak diperanakan, Dan tidak ada seorang atau sesuatpun yang setara dengan Dia yang Esa.” . Inilah penjelasan Allah tentang diriNya.

Jadi Allah itu zat Yang Maha Esa, Yang tidak membutuhkan sesuatu  apapun dan dari siapapun, tidak dilahirkan dan melahirkan dan tidak ada sesuatu atau seorangpun yang setara denganNya. Itulah definisi Allah yang diperkenalkan atau dijelaskan oleh Allah sendiri.

Dalam ayat 14 surat Atthoha, Allah memperkanalkan dirinya lagi sebagai berikut :

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاة لِذِكْرِي

 Aku ini adalah Allah, tidak ada ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakanlah sholat untuk mengingatKu.”

Allah dalam ayat diatas adalah ilah yang haq ( yang sebenarnya ) dan sesuatu yang harus disembah atas perintah Allah sendiri. Apakah ada selain Allah yang minta disembah ?. Jika ada maka itu adalah tandingan atau saingan Allah atau sekutu Allah.

Dalam ilmu ushul fiqih menyembah sesuatu hukumnya haram, kecuali ada perintahnya dari Allah dan contohnya dari rosulNya. Perhatikan menyembah Allah adalah perintahnya jadi merupakan kewajiban manusia sebagai hamba kepada majikannya dan penciptanya. Hal ini sesuai dengan misi diciptakannya manusia oleh Allah.

و ما حلقت الجن والانس الا ليعبد و ن

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ( Qs.51:56)

Diberbagai ayat dalam beberapa surat dalam Al Qura’n,  Allah menjelaskan tentang diriNya antara lain dalam Qs.20:8/Qs.59:22,23,24/Qs.6:3/ Qs.28:30/Qs.27:9/Qs.2:255. Banyak sekali ayat yang menjelaskan keberadaan Allah baik di bumi maupun di langit. Namun sebagian besar eksistensi atau keberadaan Allah itu mendefinisikan dirinya sebagai ilah yang haq.

Lalu apa ilah itu ?

اله  - الوهة- يا له  cenderung, cinta, rindu, gandrung, 
                                 sesembahan,  penghambaan.

Secara bahasa segala sesuatu yang membuat kita gandrung, rindu, cinta, kita menghambakan diri, kita sembah, kita taati dan patuhi adalah ilah. Namun secara syari’ ilah adalah sesuatu yang tidak dapat disekutukan/ diserikatkan dan hanya dimaksudkan untuk Allah.

Sikap mengesakan Allah dari sisi ilah ini dalam aqidah islam disebut dalam istilah syari’ dengan tauhid uluhiyah. Memurnikan ibadah kepada Allah adalah  merupakan perintah Allah kepada manusia.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din yang lurus[1595], ( Qs.98:5 ).

[1595]. Lihat no. [201].
[201]. Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Ada lagi nama atau istilah untuk Allah ini, yaitu Robb.
Secara bahasa Robb mempunyai banyak arti : menciptakan, memelihara, mendidik, mengatur, menguasai dan mengajar. Contoh ayat yang menyatakan bahwa Robb adalah Allah terdapat pada surat Al Ahqoof :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Robb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah[1388] maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. ( Qs.46:13 ).

[1388]. Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.

Contoh lain ayat Al Qura’n yang juga menyebut kata Robbi. Dengan makna pencipta atau pemelihara. Misal Qs. 2:1
 الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji[2] bagi Allah, pencipta/pemelihara semesta alam[3].( Qs. 2:1 )

[3] Rabb berarti: Ilah yang ditaati Yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Allah yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. ALlah pencipta semua alam-alam itu

Dalam literaratur lain kata Robbi diartikan Tuhan atau seru sekalian alam. Hal ini sangat berbeda dengan maksud Allah mengatakan hal tersebut.

Yang tepat secara syari’ makna Robbi dalam ayat diatas adalah pencipta atau pemelihara alam semesta. Nama Robb dengan berbagai makna dapat kita lihat dalam ayat AlQuran seperti berikut:

Robb sebagai pencipta Qs.7:172,
Robb sebagai pemelihara, Qs.26:18,
Robb sebagai pemilik Qs.106:3/29:91,
Robb sebagai pendidik Qs.17:24,
Robb sebagai penguasa tertinggi Qs.79:26,
Robb sebagai pembuat undang undang Qs.7:54/9:31,
Robb sebagai yg tidak bisa dibantah Qs.10:31-32,
Robb sebagai penguasa langit dan bumi Qs.19:65.

Jadi banyak sekali arti Robb untuk Allah dalam berbagai konteks. Tetapi kata Robb itu tidak dominasi atau monopoli Allah. Dalam beberapa ayat kata robbi bermakna majikan, pendidik dan sebagainya yang juga diperuntukan bagi  manusia.
Seperti do’a                                 رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

"Ya robb, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." ( Qs.17:24 )

Kata robba disini berarti mendidik yang dimaksud adalah kedua orang tua kita. (manusia).

Robbi bermakna juga majikan, seperti pada ayat berikut ini.
إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ

sungguh TUANku telah memperlakukan aku dengan baik"  ( Qs.12:23 ).

Yang dimaksud Tuan dalam ayat tersebut adalah Raja Qifti (Raja Mesir) yang hidup dijaman Nabi Yusuf. Disini kata Robb juga digunakan untuk manusia.    ( Raja Qifti )

Sikap mengesakan Allah dari sisi robb ini dalam aqidah islam secara syari’ disebut dengan tauhid rububiyah.

Setelah kita memahami uraian diatas tadi tentu kita tidak lagi menggunakan kata tuhan untuk semua istilah istilah itu seperti dahulu. Sehingga tidak menimbulkan kesamaan faham seperti yang difahami oleh penganut penganut keyakinan agama lain. Dengan demikian kita bisa membedakan aqidah islam dengan keyakinan keyakinan lainnya. Dan membicarakan Allah tidak mungkin lepas dari masalah ajaranNya atau syariatNy yaitu Addinul lslam yang diturunkan Allah kepada nabi nabiNya sejak Nuh a.s sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Sehingga kita tidak akan ikut ikutan mengatakan bahwa semua agama sama. Sesungguhnya Addin yang diturunkan Allah kebumi itu hanya satu, yaitu Islam.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari Din selain Dinul Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( Qs.3:85 )

Dinul Islam diturunkan kepada manusia terakhir melalui Nabi Muhammad s.a.w sesuai firman Allah berikut ini.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan Din yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua Din. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. ( Qs.48:28 )

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. ( Qs.61:9 )

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. ( Qs.9:33 ).

Allah sampai tiga kali untuk menyampaikan kepada manusia bahwa Dia telah mengutus Nabi Muhammad s.a.w untuk menyebarkan Dinul Islam yang benar dengan petunjuk Al Qura’n dan untuk memenangkan Sistem Islam dari sistem sistem lainnya yang ada di bumi. Dan Allah lah yang menjadi saksi meskipun orang orang kafir dan musyrik membencinya                     ( membenci sistem islam ).

Apakah keyakinan agama lain juga menyembah satu Tuhan ?. Apakah (Trinitas) tuhan agama tersebut itu satu ?. Bagaimana dengan Tuhan anak, roh kudus dan Tuhan Allah. Bagaimana dengan tuhan agama hindu. Siapa itu yang ada dalam Trimurti, seperti Brahma, Syiwa dan Wisnu. Begitu juga dengan Budha. Siapa itu Dharta Gautama, Tao dan Dewi Kwan Im yang menjadi satu dalam ajaran Budha Mahayana. Bukankah semua itu manusia  biasa yang bisa lapar, haus dan mati. Apakah semua keyakinan keyakinan itu mengesakan tuhan.

Bagaimana jadinya jika Tuhan lebih dari satu. Tidak kah akan terjadi persengketaan atau perebutan kekuasaan diantara Tuhan tuhan itu.

Aqidah Islam sejak nabi nabi Adam as, Nuh, Ibrahim, Isya dan Musa juga nabi nabi lainnya sudah diperintahkan mengesakan Allah. Sedangkan nabi nabi itu semua menganut/memeluk satu keyakinan atau AQIDAH yaitu aqidah Islam. Secara umum dikenal sebagai Addin ( aturan/perundang undangan/sytem kehidupan ).

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ   إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّه يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاء وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ُ  

Dia ( Allah ) telah mensyari'atkan bagi kamu ( nabi Muhammad saw ) tentang Din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah Din[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik AdDin yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada Din itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya) ”. ( Qs.42:13 ).

[1340]. Yang dimaksud: Din di sini ialah ketentuan dalam meng-Esakan Allah s.w.t.,
            beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta
           mentaati segala perintah dan larangan-Nya

Begitulah Islam telah mulai diturunkan Allah sejak Nabi Nuh a.s dan disempurnakan Allah pada masa Nabi Muhammad s.a.w sebagaimana firmanNya berikut ini.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Dinmu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi Din bagimu. (Qs.5:3)

Sudah cukup banyak bukti ( ayat dan hadits ) bahwa Islam adalah satu satunya Addin sebagai sistem, aturan atau undang undang kehidupan di dunia dan akhirat yang diturunkan Allah kepada rosulNya untuk membimbing hidup manusia dalam mencapai kehidupan yang bahagia abadi di akhirat nanti.

Sekarang kita kembali pada masalah kedurhakaan manusia kepada Allah s.w.t. dan faktor faktor yang melahirkan ketaatan kepadaNya.

IMAN, IKHSAN DAN CINTA

Iman adalah fondasi utama manusia untuk taat dan patuh kepada Allah. Bukanlah beriman itu hanya mengucapkannya saja, bukan pula hanya mempercayainya saja di dalam hati juga tidak tepat jika hanya dilakukan  dengan perbuatan saja.

افضل الاعما ل ايما ن باالله

Seutama utama perbuatan ( amal ) ialah beriman kepada Allah “ ( HR BUKHARI ). Perbuatan pada hadits ini lebih kepada perbuatan hati.
Lalu apa iman itu. Hadits berikut mendeinisikan iman sbb:

 الا يما ن عقد با لقلب و قو ل با لسا ن و عمل با لا ركا ن

“ Iman itu adalah di ikat/yakini dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah dan diamalkan dengan perbuatan /perukunannya       ( dengan anggota badan ) “ ( HR MUSLIM dari IBNU HIBBAN ).

Setelah manusia mengenal Allah dengan kesadaran yang tinggi dan didukung dengan keyakinan pada adanya kekuasaan dan sifat sifatNya yang agung dan sempurna maka seyogyanya manusia bersikap tunduk, taat dan patuh kepadaNya sebagai hamba yang telah diciptakanNya. Bukti kepatuhan, ketaatan dan ketundukan pada Allah adalah manusia hanya menyembahNya dan senantiasa ingat setiap saat kapan dan dimana saja berada dengan sikap ikhsan sebagaimana hadits Nabi s.a.w berikut ini.

 قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ                     

Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah hanya kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." ( HR MUSLIM HADITS DARI UMAR IBN KHOTHTHOB RA ).

Potongan hadits di atas adalah bersumber dari Umar r.a yang mengabarkan bahwa Nabi kedatangan seorang laki laki lalu duduk bersimpuh dihadapan Rosulullah s.a.w untuk menanyakan tentang Islam, Iman dan Ikhsan serta tanda tanda hari kiyamat. Ternyata laki laki tersebut adalah malaikat Jibril.

Dengan tertanamnya sikap ikhsan pada diri seorang manusia maka dia senantiasa waspada pada semua perbuatannya karena merasa dui awasi. Denghan demikian kita wajib memiliki sikap ikhsan agar tidak mendurhakai dan melalaikan perintah dan larangan Allah s.w.t.

Disamping sikap ikhsan yng selalu kita pelihara namun yang paling utama adalah memelihara iman. Karena iman itu kata nabi mengalami kenaikan dan penurunan. Naiknya iman itu karena ketaatan dan menurun karena ke maksiyatan. Jadi untuk memelihara iman agar tetap berada di puncaknya maka manusia wajib untuk tetap menjalankan ketaatan kepada Allah sepanjang hidupnya sesuai janjinya ketika setiap sholat.

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rob pencipta dan pemelihara semesta alam. (Qs.6:162)

Disamping iman dan ikhsan adalagi yang dapat mencegah manusia tidak durhaka atau lalai terhadap perintah dan larangan Allah secara INTERNAL, yaitu cinta kepada Allah  tidak melebihi cintanya kepada selain Allah.
Cinta kepada makhluq di awali oleh yang kita lihat dan dengar dari makhluq itu.
Tetapi cinta kepada Allah lahir karena manusia menyaksikan keagungan kekuasaan Allah, hikmahNya serta kesempurnaan ilmuNya dengan mata hati dan bashirohnya. Ketika manusia menyaksikan dan mengimani nama nama dan sifat sifat Allah yang teramat indah dan sempurna serta bersih dari kekurangan aib dan cela *).
Ketika kita memperhatikan betapa banyak orang yang dzalim dengan sesamanya, lalai dan durhaka kepada Allah tetapi Dia tetap memberi rizqi dan kesehatan. Bahkan tidak menghukumnya segera selama di dunia malah diberi kesempatan untuk bertaubat. Jelas yang seperti itu bukanlah sifat makhluq. Dia begitu agung, maha pemberi rizqi dan maha pemaaf serta maha pengampun.

Syariat mendidik manusia agar tidak berlebihan mecintai sesuatu selain Allah termasuk cinta pada keuarga dan harta kekayaan. Allah berfirman.

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. ( Qs.9:24 )

Sesungguhnya Allah adalah pemilik keutamaan yang agung atas manusia dan pemilik segala nikmat dalam kehidupan mereka*), sebagaimana firmanNya :

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Dan apa saja ni'mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. ( Qs.16:53 )

Rasa cinta kepada Allah yang dalam di lubuk hati manusia inilah yang melahirkan sikap ketaatan,  ketundukan dan kepatuhan yang konsis ten dan konsekuen untuk menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

Rindunya tak pernah putus untuk selalu ingat dan ingin berjumpa kepada Yang Maha Kasih. Cinta manusia kepada Yang Maha Kasih ini senantiasa mendekatkannya pada kehidupan akhirat.
Serta perlahan lahan akan semakin menjauh dari keinginan keinginan duniawi yang berlebihan karena hamba yang cinta kepada Allah senantiasa merasa diawasi dan selalu merasa dekat denganNya.

*). Ummu Ikhsan dan Abu Ikhsan Al Atsari, Adab seorang muslim kepada  Allah, Pustaka
     Imam Adz dzahabi, 2012..

Dengan tertanamnya sikap MUQOROBBAH yang berorientasi pada kehidupan akhirat, kondisi spiritual seperti ini secara ringkas dapat dikatakan menjadikan “ syariat sebagai batu timbangan ” maka Insya Allah semua perbuatan hati, lisan dan jasmani selama didunia ini akan terbimbing dengan senantiasa mentaati Allah dan rosulNya. Sehingga terjadilah keseimbangan hubungan kepada sesama manusia dengan memprioritaskan hubungan cinta       ( mahabbah ) kepada Allah dari pada hubungan ( cinta ) kepada selain Allah.

Ya maa’syarol muslimin rohima kumullah,

Demikian kajian singkat tentang ” JADIKAN SYARIAT SEBAGAI BATU TIMBAGAN SETIAP PERBUATAN ”.

Semoga bermanfaat dan jadi pelajaran bagi saya khususnya dan bagi hadirin dan hadirot semuanya. Marilah kita tutup kajian ini dengan menyucikan, memuji Allah serta meminta ampun kepadaNya.

سبحنك اللهم و بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت
وشتغفروك واتوبا اليك

Mahasuci Engkau Wahai ilah kami dan Maha terpuji Engkau, aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Engkau dan aku memohon ampun kepadaMu dan aku hanya kembali kepadaMu.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar