Sabtu, 14 April 2012


FAHAM BAHAGIA DAN SENGSARA
DI ERA POST FUTURISTIK

بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ان لحمد  للة نحمد ه ونستعنوه و نستغفروه و نعذ و با اللة من سر و ريئ ا نؤسنا و من سيا ة  ا عما لنا من يهد لله  ؤلا يضل ل له و من يضل ل ؤا لا هد يا له    اشهد ان لا اله الا    الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له لا نبيا بعدة   -   اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له
 و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد  ين                                                                                  
Sesungguhnya hanya kepada Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Nya tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkanNya tidak ada yang memberi petunjuknya. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.   Tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.

ان الاصدق ا لهد ث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد ر سو ل الله    و سر الاء  مر و محد تسها و كل محد تس بد عه و كل بدعة ضل له و كل ضل لة في ا لنا ر

Sesungguhnya sebaik baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan ( yang bukan dari nabi ). Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم

ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. (Dalam Keadaan Muslim ) Qs.3:102
و قل ايض                       

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا  يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                        

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar ,  niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( Qs.33: 70-71)

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّار الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ َ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُون

 “ Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” . ( Qs. 29:64 )

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. ( Qs. 87:16-17 )



Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Alhamdulillah, atas kekuasaan dan kehendakNya lah sampai saat ini kita masih dianugerahi nikmat sehat  dan kita bisa bertemu dalam rangka mentadhaburi ayat ayat Allah swt dan hadits rosulullah saw.
Tidak lupa kita curahkan salam serta sholawat kepada Nabi saw, keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir jaman.

Maa’syarol muslimin yang dirahmati Allah. Hidup yang kita jalankan sejak masih anak anak sampai saat ini, sejak bangun tidur hingga menjelang tidur, sejak membuka sampai hendak menutup mata semua yang kita laksanakan - kalau kita tidak ingat PERAN sebagai PENGABDI/HAMBA ALLAH -  mungkin sebagian besar waktu kita adalah hanya untuk berhikmad kepada dunia.

Padahal pada setiap pidato, ngobrol, berdakwah, menasehati orang lain kita sering mengatakan ” keselamatan dunia akhirat ” atau ” kebahagiaan dunia akhirat ”. Kita tidak mengetahui apakah ucapan itu diucapkan dengan kesadaran syari’ ataukah tidak. Karena apabila kita observasi/amati, sangat jarang orang yang setiap langkah aktifitasnya  yang berorientasi pada akhirat. Padahal Allah mengatakan dalam Al Qura’n:

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى  

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) [1582]. ( Qs.93:4 )

[1582]. Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

Hanya orang orang kafirlah yang hanya mementingkan dunia sebagai mana firman Allah berikut.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.

Lihat pada ayat diatas dan perhatikan Allah mendahulukan kata kata akhirat/hari kemudian daripada dunia uwla ( saat ini/dunia ).

Kenyataannya memang sebagai makhluk yang berwujud fisik/
jasmaniah maka dalam memenuhi kebutuhan hidup senantiasa mendahulukan fisik/jasmani juga. Dan semua yang berhubungan dengan fisik ( badaniah ) konsekuensi logisnya adalah materi dan materi itu secara empiris adalah dunia. Penyebutan komponen unsur unsur manusia sering juga mendahulukan penyebutan jasmani sehingga lengkapnya ”jasmani dan rohani” atau kadang kadang materil dan spiritual. Jadi rohani dan spiritual serta akhirat disebutnya selalu terakhir sepertinya bukan yang prioritas. Memang  sesuai nama akhirat mengandung kata akhir jadi belakangan, mungkin begitu. Tetapi kata Allah orang orang yang mengutamakan kehidupan dunia tempatnya di neraka di akhirat nanti sebagaimana firmannya berikut ini.

فَأَمَّا مَن طَغَى- وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا- فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). ( Qs.79: 37-39 )

Kalau saja kita mau merenung bahwa dalam setiap proses penciptaan selalu terjadi dua kali. Yang paling pertama adalah penciptaan sesuatu gambaran mental/abstrak/yang tidak berwujud. Analog dengan perkataan Allah berikut ini.

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Jadi sebelum manusia terbentuk secara fisik ( meteri ) maka terbentuk secaraq non fisik ( maujud non materi ). Begitu pula analoginya dengan segala sesuatu yang diciptakan manusia.

Misalnya, kita akan membangun rumah maka pertama yang muncul dalam fikiran kita tergambar bentuk rumah yang kita inginkan dan belum ada wujud fisik rumah yang sebenarnya. Atau dalam benak seorang arsitek akan muncul sebuah rancangan/design tertentu yang belum ada wujud fisik rumahnya. Setelah gambaran secara mental baik dalam fikiran kita maupun dalam benak si arsitek telah ada, barulah kita atau si arsitek menggambar diatas kertas tentang gambaran rumah yang didalam benak itu dan kita tuangkan dalam kertas. Inipun belum ada wujud rumahnya secara fisik. Tahap ini adalah proses mental sipritual/ non fisik/ non materi. Langkah berikutnya barulah aktifitas secara fisik/materi yaitu dengan mulai menata bahan bahan bangunan sesuai gambar sehingga terbangunlah sebuah rumah secara fisik.

Kalau kita perhatikan Qs. 87 ayat 16 dan 17 diatas, Allah memberi tahu manusia bahwa orang orang yang hidupnya semata mata mengejar atau memprioritaskan dunia di golongkan sebagai orang orang kafir. Secara syari’ baik qouliyah maupun kauniyah coba kita amati/ observasi mengapa kebanyakan manusia mengutamakan bahkan hanya mengejar kehidupan dunia.

Secara kauniyah memang semua yang bersifat materi didunia ini dapat di indera/distimulir dengan panca indra. Hasil penginderaan secara nyata dapat dirasakan oleh jasmani secara menyeluruh baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Untuk yang tidak menyenangkan indera/ jasmani kita memiliki mekanisme penolakannya secara khusus yang telah diciptakan Allah swt. Demikian juga yang menyenangkan akan menjadi kenikmatan yang memuaskan jasmani/fisik/badan.

Baik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan jasmani/fisik/badan itu akan tersimpan di arsip otak penyimpan data/peristiwa, yang suatu saat dapat di timbulkan lagi ketika akan terjadi peristiwa yang sama sebagai bahan pertimbangan akal kita, itu semua bersifat kauniyah yang juga merupakan ayat Allah.

Kita memang tidak pernah memikirklan/memperhatikan mentadhaburi hal tersebut diatas. Bahwa sesungguhnya semua kegiatan kita dalam memenuhi kebutuhan hidup itu secara kauniyah memprioritaskan materi/dunia. Hal inilah yang membuat kita sering melalaikan akhirat.

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598] ”, ( Qs.102:1 )

[1598]. Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.

Padahal Allah telah memberi tahu kita di banyak ayat ayat qouyliyahNya bahwa dunia/materi/jasad itu hanya permainan dan sendau gurau belaka ( Qs.29:64 ). Bahkan nabi saw menyebutnya dunia itu bangkai.

Sekarang kita coba telusuri lagi latar belakang perilaku manusia yang mengutamakan kehidupan dunia.

Sejak SD kita sudah di ajarkan aqidah tentang rukun iman. Pertama beriman kepad Allah swt, kemudian beriman kepada malaikat malaikatNya, kepada kitab kitabNya kepada rosul rosulNya, kepada hari akhirat dan kepada takdir baik dan buruk.

Terlihat bahwa iman kepada hari akhirat terletak dibagian yang paling akhir. Apakah karena susunan posisi iman pada hari akhirat ini terletak pada posisi hampir terakhir itu yang mengakibatkan manusia melalaikannya. Nah sebaiknya kita fahami dulu apa arti iman itu ?.

Apakah iman berarti cukup percaya saja ?.

Secara bahasa :
Aman, sentosa : امن – يامن- امنا
Yakin, percaya :  يو من – ايما نا

Secara syari’    : الا يما ن مع ر فه با لقلب و قو ل با لسا ن و عمل با لا ركا ن

“ Iman itu adalah di kenali dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah dan diamalkan dengan anggota badan “

Jadi iman itu melibatkan tiga organ tubuh. Yaitu hati, lidah/lisa dan anggota badan ( tangan, kaki, mata dan semua indera ). Apakah manusia telah beriman seperti yang di ditetapkan dalam syariat itu. Dalamkajian ini khususnya iman pada hari akhirat.

Sekarang kita lihat dunia futuristik ini. Dalam berbagai surat dan ayat Allah banyak memberi gambaran dan pelajaran tentang hari akhirat. Bahkan di awal risalah dinul islam yang ditanamkan di masa Muhammad saw, pelajaran dan nasehat tentang hari akhirat ini merupakan program Allah yang paling pertama dan utama karena secara empiris ayat ayat tersebut banyak diturunkan di awal kerosulannya di Mekkah.

Perhatikan surat Al Humaza Qs.104:3, Al Qoriah Qs.101: 1-11, Alzalzalah Qs.99:1-8, Al A’laa Qs.87: 12, 13,16,17, AlQiyama Qs.75:1-3,4. Qs.93:4. Memang gambaran yang paling lengkap tentang keadaan neraka dan syurga terdapat pada surat Al Waqiah yang cukup panjang dan juga diturunkan di Mekkah.

Semua surat surat tentang hari akhirat itu diturunkan di Mekkah sebelum ada perintah sholat 5 waktu yang sesuai contoh rosul, puasa dan zakat serta hajji. Padahal sholat, puasa, zakat dan haji itu semuanya ibadah, ibadah yang berhubungan dengan materi/fisik/badani tetapi diperintahkan belakangan daripada iman kepada hari akhirat.

Mengapa sekarang manusia membelakangkan iman kepada hari akhirat dan memprioritaskan kehidupan materi/dunia. Hal itu tidak lain karena di latar belakangi oleh iman yang tidak paripurna.
Iman se tengah setengah alias tanggung tangung alias iman dilidah.

Kalau kita coba perhatikan cerita tentang seekor burung beo yang dididik sampai pandai bicara. Salah satu kemampuan burung beo tersebut misalnya menyebut kalimat LAA ILAHA ILLALLAH. Jika orang mengatakan LAA ILAHA ILLALLAH  maka si beo pun bisa menyebut LAA ILAHA ILLALLAH. Tetapi ketika datang seekor kucing garong yang akan menyergapnya , apakah si burung beo itu mampu mengucapkan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH?. Sudah pasti tidak bisa. Nah hendaknya kita pun tidak mengimani LAA ILAHA ILLALLAH seperti burung beo itu sehingga ketika sakaratul maut kita ikut ikutan tidak mampu menyebut LAA ILAHA ILLALLAH.

Jadi iman yang mengendap dalam hati manusia seperti digambarjkan diatas ( seperti beo ) bukan iman yang sebenar benarnya sebagaimana tercantum pada Surat An anfal. Qs. 8:2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

 “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.

[594]. Maksudnya: orang yang sempurna imannya

Sekarang sebaiknya kita harus lebih banyak melakukan observasi dan intospeksi.

Pertama, kehidupan dunia itu hanya permainan dan sendau gurau. Kita tahu bahwa setiap permainan itu pasti berakhir. Sendau gurau tidak pernah menghasilkan suatu yang bermanfaat.  

Kedua, orang yang hanya mengejar kesenangan dunia adalah seperti orang kafir dan orang kafir akan celaka dan memasuki api neraka.

Ketiga, pada hari qiyamat manusia seperti kupu kupu yang beterbangan. Gunung seperti bulu yang dihambur hambur kan. Bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat dan mengeluarkan isinya, manusia bangun dari kubur untuk ditimbang amal baik dan amal buruknya.

Keempat, hari akhirat itu lebih baik dari pada dunia, hari akhirat itu lebih baik dan abadi.

Kelima, penghuni neraka itu tidak mati dan tidak hidup dalam keadaan diselimuti api yang sangat panas.

Keenam, beruntung orang yang beriman dan membersihkan dirinya.

Gambaran hidup futuristik yang bahagia dan menyenangkan selama di syurga dan kehidupan nista di neraka lebih banyak lagi diceritakan pada surat surat Madaniyah ( surat surat panjang yang diturunkan di Madina ). Salah satunya yang cukup tegas tentang kehidupan di akhirat dan perbandingannya dengan dunia adalah seperti di jelaskan dalam ayat ini.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ ممُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ
حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَاب شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
 ( Qs.57:20 )

Tidak puas dengan penjelasan ayat qouliyah maka manusia ada juga yang coba menggunakan aqalnya untuk menghitung hitung secara matematik untung ruginya beriman atau tidak beriman kepada hari akhirat, apakah menguntungkan atau merugikan.

Perhatikan TABEL HIPOTESA berikut.

BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
TIDAK BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
DIMISALKAN HARI AKHIRAT TIDAK ADA
DIMISALKAN HARI AKHIRAT TIDAK ADA
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
+
-
0
+
+
2+
BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
TIDAK BERIMAN PADA HARI AKHIRAT
DIASSUMSIKAN HARI AKHIRAT ADA
DIASSUMSIKAN HARI AKHIRAT ADA
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
KEHIDUPAN DUNIA
AKHIRAT
TOTAL
+
+
2+
+
-
0

Dengan mengikuti logika matematika, manusia rational mengatakan beriman atau tidak beriman pada hari akhirat hasilnya sama saja. Bagi yang menganggap hari akhirat tidak ada dan beriman pada hari akhirat maupun yang menganggap hari akhirat ada dan tidak beriman sama saja yaitu sama sama mendapt 2+  ( lihat tabel ).

Gambarannya sebaghai berikut .

Dengan assumsi bahwa hari akhirat tidak ada, maka orang yang beriman pada hari akhirat hasilnya impas ( nol ). Sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat mendapat nilai 2+.

Dengan assumsi bahwa hari akhirat ada, maka orang yang beriman pada hari akhirat mendapt 2+, sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat hasilnya impas ( nol ).

Dengan hasil seperti itu akal manusia tergiring pada pemikiran sesat dan menyesatkan. Beriman atau tidak beriman pada hari akhirat secara matematik/akal sama saja.

Padahal kalau kita analisa lagi lebih dalam jika hari akhirat itu di assumsikan dan disepakati bersama antara orang beriman dan tidak beriman bahwa hari akhirat ada, maka sesungguhnya orang yang tidak beriman pada hari akhirat itu mengalami kerugian dan bukan sekedar impas seperti di tabel tersebut.  
( berdasarkan Qs.11:15-16 ). Karena apabila kenyataannya kelak hari akhirat itu ada, maka orang beriman jelas mendapatkan kebahagiaan abadi sedangkan orang yang tidak beriman pada hari akhirat itu akan mengalami penderitaan yang abadi. Digambarkan dalam surat Al Muminun orang orang kafir menyesal masuk ke neraka dan ingin kembali kedunia untuk berbuat amal sholih sebagaimana ayat berikut ini.

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) [1022], ( Qs.23:99 )

[1022]. Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding        ( barzah ) sampai hari mereka dibangkitkan [1023]. ( Qs.23:100 ).

[1023]. Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.
Jadi justru dengan tidak beriman pada hari akhirat mendorong amal/perbuatan kita kepada sesuatu yang tidak ada dampaknya atau manfaatnya kepada akhirat ( rugi ).

مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِندَ اللّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَكَانَ اللّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( Qs.4:134 )

Orang orang yang tidak beriman pada hari akhirat ( kafir ) itu hanya mengumpulkan harta dan dia menyangka hartanya itu akan mengekalkannya. Qs.104:2-3.

الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ - يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ

” yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600], dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,”

[1600]. Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

Dengan demikian sebenarnya tanpa perhitungan matematikpun dengan menggunakan hatinya manusia dapat mengetahui hasil akhir dari sikap orang yang tidak percaya pada hari akhirat melalui firman Allah, hanya saja iman mereka terhadap kitab juga lemah seperti lemahnya iman mereka kepada rukun rukun iman lainnya.

Yaitu di dunia mereka mendapatkan balasan yang sempurna dan tidak akan dirugikan tapi di akhirat tidak memperoleh apa apa malah mendapat neraka alias sia sia alias nihil alias nol.

Oleh karena itu hendaknya kita merealisasikan/mengamalkan iman secara syari’. Artinya setelah kita meyakini didalam hati dan kita ucapkan secara lisan maka penyempurnaannya adalah mengamalkannya dengan seluruh anggota badan.

Untuk penyempurnaan iman kita maka keimanan itu tidak parsial yang hanya kepada salah satu dari unsur iman yang enam itu. Jadi kita harus masuk kedalam islam secara kaaffah dan memiliki iman yang sebenar benarnya sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Qs.2:208  dan Qs.11:15-16 sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ َ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ
فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ- أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

” Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan ”.

 Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[714].” (Qs. 11:15-16).

Kata kata sia sia sama dengan nihil sama dengan nol. Jadi dugaan manusia yang meggunakan akalnya dalam mengkalkulasi hari akhirat sungguh sangat keliru. Artinya tabel hipotesa tentang tidak adanya hari akhirat diatas tidak terbukti

Ya maa’syarol muslimin rohimakumullah,

Demikian kajian singkat tentang era futuristik menurut Dinul Islam ini semoga bermanfaat dan jadi pelajaran bagi saya khususnya dan bagi hadirin dan hadirot semuanya. Marilah kita tutup kajian ini dengan membaca doa kaffaratul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته


Tidak ada komentar:

Posting Komentar