RAHASIA KECERDASAN ULAMA-ULAMA
TERDAHULU
·
Sel-sel
otak manusia berjumlah sekitar 100 milyar. Banyaknya jumlah sel tersebut tidak berarti apa-apa, SEBAB
YANG MEN JADI UKURAN KEPINTARAN DAN KEBIJAKSANAAN
SEORANG MANUSIA ADALAH SEBANYAK MANA TERJADINYA
INTERAKSI ARUS LISTRIK (ELECTRICAL IMPULSES) ANTARA AXON PADA SATU SEL
OTAK DENGAN DENDRITE PADA SEL OTAK YANG LAIN. (LAM
PENG KWAN & ERIC Y K LAM, 2003).
Studi empiris membuktikan bahwa dari 100 milyar sel-sel otak itu, kapasitas interaksi arus listrik dalam rata-rata otak seorang manusia modern hanya berkisar antara 6 sampai 8% saja. Sedangkan sisa 92% lagi dari 100 milyar sel-sel otak adalah daerah gelap dan terbiar bagaikan rimba belantara yang tidak pernah dijelajahi. ITU SEBABNYA BANYAK UNGKAPAN YANG MENGGAMBARKAN OTAK MANUSIA SEBAGAI RAKSASA YANG TIDUR ATAU WILAYAH TERBESAR DUNIA YANG BELUM DIJELAJAHI. (COLLIN ROSE & MALCOLM J.NICHOLL, 1997).
JIKA MANUSIA MODERN MENAMAKAN INTERAKSI ARUS LISTRIK ANTAR SEL OTAK ITU DENGAN ISTILAH ELECTRICAL IMPULSE YANG BERGERAK DARI SATU AXON KE DENDRITE, RATUSAN TAHUN YANG LALU IMAM SYAFI’I DAN GURUNYA IMAM WAKI’ ‘MENGISTILAHKANNYA’ SEBAGAI NURULLOH (Cahaya Alloh).
Studi empiris membuktikan bahwa dari 100 milyar sel-sel otak itu, kapasitas interaksi arus listrik dalam rata-rata otak seorang manusia modern hanya berkisar antara 6 sampai 8% saja. Sedangkan sisa 92% lagi dari 100 milyar sel-sel otak adalah daerah gelap dan terbiar bagaikan rimba belantara yang tidak pernah dijelajahi. ITU SEBABNYA BANYAK UNGKAPAN YANG MENGGAMBARKAN OTAK MANUSIA SEBAGAI RAKSASA YANG TIDUR ATAU WILAYAH TERBESAR DUNIA YANG BELUM DIJELAJAHI. (COLLIN ROSE & MALCOLM J.NICHOLL, 1997).
JIKA MANUSIA MODERN MENAMAKAN INTERAKSI ARUS LISTRIK ANTAR SEL OTAK ITU DENGAN ISTILAH ELECTRICAL IMPULSE YANG BERGERAK DARI SATU AXON KE DENDRITE, RATUSAN TAHUN YANG LALU IMAM SYAFI’I DAN GURUNYA IMAM WAKI’ ‘MENGISTILAHKANNYA’ SEBAGAI NURULLOH (Cahaya Alloh).
BELIAU
DAN GURUNYA IMAM WAKI’ BERKEYAKINAN BAHWA DASAR
DARIPADA PEMAHAMAN DAN PENYERAPAN YANG KUAT TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
ADALAH
CAHAYA ALLOH YANG MENERANGI HATI
DAN PEMIKIRAN. DALAM SINERGI PEMAHAMAN YANG
SEDERHANA BISA DISIMPULKAN BAHWA PROSENTASE ELECTRICAL IMPULSE
PADA SEL-SEL OTAK MANUSIA DAPAT DILEJITKAN DENGAN CARA MENING
KATKAN KAPASITAS CAHAYA ALLAH DALAM
HATI DAN PEMIKIRAN.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa IMAM SYAFI’I PERNAH MENGADU KEPADA GURUNYA TENTANG KESUKARANNYA DALAM MENGHAFAL ILMU PENGETAHUAN. MAKA GURUNYA IMAM WAKI’ MENASEHATINYA UNTUK MENSUCIKAN DIRI DENGAN MENINGGALKAN KEMAKSIATAN.
BELIAU JUGA BERPESAN DEMIKIAN, "ILMU PENGETAHUAN ITU ADALAH CAHAYA ALLAH. Dan CAHAYA ALLAH tidak AKAN MENYINARI HATI ORANG YANG BERBUAT MAKSIAT." SETELAH MENJALANKAN PESAN GURUNYA ITU TINGKAT KEPAHAMAN DAN HAFALAN IMAM SYAFI’I TERPACU SECARA LUAR BIASA. BELIAU DAPAT MENGINGAT HAMPIR SELURUH HURUF PADA BUKU YANG DIBACANYA ATAU SELURUH PERKATAAN PADA CERAMAH YANG DIDENGARNYA.
Orang yang diterangi Alloh hati dan pemikirannya digelari al-Quran sebagai Ulil Albab. Perkataan Albab adalah bentuk plural dari Lubb yang salah satu maknanya adalah akal. MAKA ULIL ALBAB BERMAKSUD ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEMAMPUAN AKAL YANG TINGGI (Ibrahim Anis, 1972).
SEBUTLAH NAMA-NAMA ULAMA BESAR SEPERTI IBNU SINA, IMAM AL-GHOZALI, AL-KHOWARIZMI, IBNU KHALDUN DAN LAIN-LAIN. DENGAN MENGIMBAS ‘CAHAYA ALLOH’ YANG TIMBUL DARI KETAKWAAN, AKAL MEREKA BEGITU TERCERAHKAN (ENLIGHTED) DAN BERHASIL MENEMUKAN FENOMENA-FENOMENA ALAM SEMESTA. PENEMUAN MEREKA BAHKAN MASIH MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM DUNIA ILMU PENGETAHUAN HINGGA HARI INI. SATU-SATUNYA CARA YANG MEREKA CONTOHKAN AGAR ‘CAHAYA ALLOH’ BERPERAN DALAM MEMACU KEKUATAN ARUS LISTRIK PADA SEL-SEL OTAK ADALAH DENGAN MENINGKATKAN KETAKWAAN DAN MENINGGALKAN KEMAKSIATAN.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa IMAM SYAFI’I PERNAH MENGADU KEPADA GURUNYA TENTANG KESUKARANNYA DALAM MENGHAFAL ILMU PENGETAHUAN. MAKA GURUNYA IMAM WAKI’ MENASEHATINYA UNTUK MENSUCIKAN DIRI DENGAN MENINGGALKAN KEMAKSIATAN.
BELIAU JUGA BERPESAN DEMIKIAN, "ILMU PENGETAHUAN ITU ADALAH CAHAYA ALLAH. Dan CAHAYA ALLAH tidak AKAN MENYINARI HATI ORANG YANG BERBUAT MAKSIAT." SETELAH MENJALANKAN PESAN GURUNYA ITU TINGKAT KEPAHAMAN DAN HAFALAN IMAM SYAFI’I TERPACU SECARA LUAR BIASA. BELIAU DAPAT MENGINGAT HAMPIR SELURUH HURUF PADA BUKU YANG DIBACANYA ATAU SELURUH PERKATAAN PADA CERAMAH YANG DIDENGARNYA.
Orang yang diterangi Alloh hati dan pemikirannya digelari al-Quran sebagai Ulil Albab. Perkataan Albab adalah bentuk plural dari Lubb yang salah satu maknanya adalah akal. MAKA ULIL ALBAB BERMAKSUD ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEMAMPUAN AKAL YANG TINGGI (Ibrahim Anis, 1972).
SEBUTLAH NAMA-NAMA ULAMA BESAR SEPERTI IBNU SINA, IMAM AL-GHOZALI, AL-KHOWARIZMI, IBNU KHALDUN DAN LAIN-LAIN. DENGAN MENGIMBAS ‘CAHAYA ALLOH’ YANG TIMBUL DARI KETAKWAAN, AKAL MEREKA BEGITU TERCERAHKAN (ENLIGHTED) DAN BERHASIL MENEMUKAN FENOMENA-FENOMENA ALAM SEMESTA. PENEMUAN MEREKA BAHKAN MASIH MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM DUNIA ILMU PENGETAHUAN HINGGA HARI INI. SATU-SATUNYA CARA YANG MEREKA CONTOHKAN AGAR ‘CAHAYA ALLOH’ BERPERAN DALAM MEMACU KEKUATAN ARUS LISTRIK PADA SEL-SEL OTAK ADALAH DENGAN MENINGKATKAN KETAKWAAN DAN MENINGGALKAN KEMAKSIATAN.
Firman
Alloh:
"Dan bertakwalah kepada Alloh, niscaya Alloh akan mengajari kamu ilmu, dan Alloh Maha Mengetahui akan segala sesuatu." (AL-BAQOROH: 282)
Ayat di atas merupakan rumus yang jelas dan tegas betapa solusi utama yang paling efisien untuk mengeluarkan umat Islam dari kemunduran pemikiran, ketumpulan analisa dan kelemahan ilmu pengetahuan adalah dengan mengkilapkan kembali cahaya ketakwaan dalam sanubari mereka. Inilah cara yang dicontohkan para ulama terdahulu untuk melejitkan interaksi arus listrik (electrical impulse) antara axon dengan dendrite dalam otak.
Lebih menarik lagi untuk disimak SEBUAH KAJIAN EMPIRIS YANG DILAKUKAN OLEH PENELITI AHLI DALAM BIDANG NEUROPSIKOLOGI, MICHAEL PERSINGER dan V.S. RAMACHANDRAN. Mereka berdua menemukan adanya ‘TITIK TUHAN’ (god spot) DALAM BELANTARA OTAK MANUSIA. Lebih rinci lagi mereka menyebutkan BAHWA ADA SEBUAH AREA DI SEKITAR LOBUS TEMPORAL OTAK YANG BERSINAR SAAT SESEORANG DIAJAK UNTUK BERDISKUSI DAN MERENUNGKAN HAL-HAL YANG BERSIFAT KETUHANAN. Area tersebut juga menunjukkan peningkatan aktivitas saat seseorang menerima wejangan rohani atau renungan keTuhanan.(Martin, Anthony Dio 2003) SEAKAN-AKAN SUDAH ADA SUATU MEKANISME KHUSUS DALAM DIRI (otak) MANUSIA UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN PENCIPTA ALAM SEMESTA. DAN SESUNGGUHNYA ‘HUBUNGAN’ (atau lazim disebut dalam Islam dengan ibadah) ITULAH YANG MENINGKATKAN KUALITAS DIRINYA SEBAGAI MANUSIA DAN MELEJITKAN KEMAMPUAN AKALNYA.
Kita sama-sama memahami BAHWA ILMU PENGETAHUAN TERHASIL DARI KUMPULAN PENGALAMAN LIMA PANCA INDRA MANUSIA (penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba).
"Dan bertakwalah kepada Alloh, niscaya Alloh akan mengajari kamu ilmu, dan Alloh Maha Mengetahui akan segala sesuatu." (AL-BAQOROH: 282)
Ayat di atas merupakan rumus yang jelas dan tegas betapa solusi utama yang paling efisien untuk mengeluarkan umat Islam dari kemunduran pemikiran, ketumpulan analisa dan kelemahan ilmu pengetahuan adalah dengan mengkilapkan kembali cahaya ketakwaan dalam sanubari mereka. Inilah cara yang dicontohkan para ulama terdahulu untuk melejitkan interaksi arus listrik (electrical impulse) antara axon dengan dendrite dalam otak.
Lebih menarik lagi untuk disimak SEBUAH KAJIAN EMPIRIS YANG DILAKUKAN OLEH PENELITI AHLI DALAM BIDANG NEUROPSIKOLOGI, MICHAEL PERSINGER dan V.S. RAMACHANDRAN. Mereka berdua menemukan adanya ‘TITIK TUHAN’ (god spot) DALAM BELANTARA OTAK MANUSIA. Lebih rinci lagi mereka menyebutkan BAHWA ADA SEBUAH AREA DI SEKITAR LOBUS TEMPORAL OTAK YANG BERSINAR SAAT SESEORANG DIAJAK UNTUK BERDISKUSI DAN MERENUNGKAN HAL-HAL YANG BERSIFAT KETUHANAN. Area tersebut juga menunjukkan peningkatan aktivitas saat seseorang menerima wejangan rohani atau renungan keTuhanan.(Martin, Anthony Dio 2003) SEAKAN-AKAN SUDAH ADA SUATU MEKANISME KHUSUS DALAM DIRI (otak) MANUSIA UNTUK BERHUBUNGAN DENGAN PENCIPTA ALAM SEMESTA. DAN SESUNGGUHNYA ‘HUBUNGAN’ (atau lazim disebut dalam Islam dengan ibadah) ITULAH YANG MENINGKATKAN KUALITAS DIRINYA SEBAGAI MANUSIA DAN MELEJITKAN KEMAMPUAN AKALNYA.
Kita sama-sama memahami BAHWA ILMU PENGETAHUAN TERHASIL DARI KUMPULAN PENGALAMAN LIMA PANCA INDRA MANUSIA (penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba).
Seluruh apa yang dialami oleh lima indra tersebut berupa rangsangan
pengalaman (impulse) diterima
oleh saraf penerimaan (receptor neurone)
untuk selanjutnya dianalisa oleh saraf sensor (sensory neurone). KESEMUA PROSES INI
TERJADI DENGAN ADANYA INTERAKSI ARUS LISTRIK DALAM SEL-SEL OTAK SEHINGGA
MANUSIA MAMPU MEMBENTUK SUATU KESIMPULAN (analisa)
ATAU MELAKUKAN RESPON FISIK (motoric
neurone).
SEBESAR MANA PROSES INTERAKSI ARUS LISTRIK DALAM OTAK MANUSIA YANG TERJADI AKIBAT PENGALAMAN LIMA INDRA ITU, SEBESAR ITU PULALAH DAYA PENYERAPAN PENGETAHUAN DALAM OTAK. MAKA WAJARLAH JIKA TIMBUL PERBEDAAN SUDUT PANDANG ANTARA MANUSIA YANG CERDAS (yang memiliki KAPASITAS BESAR pada interaksi arus listrik pada sel-sel otaknya) DENGAN ORANG AWAM (yang memiliki KAPASITAS KECIL pada interaksi arus listrik pada sel-sel otaknya). TERUTAMA DALAM KEMAMPUAN MENGANALISA APA YANG DILIHAT, DIRASA, DAN DIDENGAR NYA.
Firman Alloh :
"Perbandingan dua golongan itu seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan mendengar. Apakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya...? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran...?" (SURAH HUD 11: 24)
AYAT DI ATAS MENGESAHKAN FUNGSI PANCA INDRA SEBAGAI SARANA PENYERAP ILMU PENGETAHUAN. Tentu yang dimaksud dengan pendengaran dan penglihatan di sini bukanlah alat indra mata atau telinga yang dimiliki oleh semua orang secara sama. TETAPI KADAR KEMAMPUAN SEL-SEL OTAK DALAM MENGANA LISA PENGETAHUAN YANG DIDETEKSI OLEH INDRA-INDRA TERSEBUT.
Jika kita yakin dengan firman Alloh di atas dan percaya dengan penemuan pakar Neuropsikologi tentang ‘God Spot’, MAKA TENTULAH KITA BERKESIMPULAN BAHWA PENCAPAIAN MANUSIA DALAM MELEJITKAN KEMAMPUAN SEL-SEL OTAK SANGAT TERGANTUNG KEPADA SEBANYAK MANA IA MENYE RAP CAHAYA ALLAH ( NURULLAH ) DALAM DIRINYA. Pada hadits Qudsi berikut dapat kita pahami BETAPA SEBENARNYA KEKUATAN INTELEKTUAL PARA ULAMA ZAMAN SILAM TERNYATA BERTAPAK PADA KEKUATAN SPRITUAL MEREKA DALAM MENAMBAH CAHAYA ALLAH DALAM DIRI.
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam bersabda, Alloh Suhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam hadits Qudsi:
"Jika Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan hal-hal yang Sunnah, maka ia akan Ku cintai (Dan jika demikian) maka Akulah yang MENJADI PENDENGARAN YANG IA MENDENGAR DENGANNYA, AKU MENJADI PENGLIHATAN YANG IA MELIHAT DENGANNYA, Aku MENJADI LIDAH YANG IA BERTUTUR DENGANNYA DAN AKU MENJADI AKAL YANG IA BERFIKIR DENGANNYA. JIKA IA BERDOA KEPADA-KU NISCAYA AKU PERKENANKAN. JIKA IA MEMINTA KEPADA-KU NISCAYA AKU KURNIAKAN. DAN JIKA IA MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA-KU PASTI AKU TOLONG. IBADAHNYA YANG PALING AKU CINTAI ADALAH KEWAJIBAN YANG DITUNAIKANNYA UNTUK-KU"
(HADITS QUDSI RIWAYAT AT-THOBRONI dalam kitab al-Kabir yang bersumber dari Abu Umamah)
Jelas sekali diilustrasikan dalam hadits Qudsi di atas betapa seorang hamba yang banyak melakukan ibadah NAWAFIL (sunnah) akan memiliki kekuatan ekstra pada penglihatan, pendengaran, karya tangan dan gerakan kaki. Bayangkanlah para ulama zaman silam yang sudah terbentuk kekuatan penglihatan, pendengaran, pembicaraan dan pemikirannya dengan cahaya-cahaya Alloh. SEMUA INTERAKSI PANCA INDRANYA TERAMAT KUAT KARENA MENGAMBIL IMBASAN KEKUATAN ALLAH. SELURUH HASIL BACAANNYA, HASIL PENGAMATAN NYA, HASIL PENDENGARANNYA, HASIL KARYA FIKIRNYA DIPROSES OLEH SEL-SEL OTAK DENGAN MENGGUNAKAN KEKUATAN CAHAYA ALLAH.
Rangkuman dari semua kekuatan itulah yang membentuk peribadi-peribadi yang unggul dalam bidang apapun yang ditekuninya. Jika ia seorang pelayar maka ia menjadi pakar ilmu pelayaran yang unggul (VASCO DA GAMA; tidak akan pernah menjadi manusia EROPA pertama yang sampai ke INDIA dan NUSANTARA jika bukan karena menyandera pakar pelayaran MUSLIM bernama IBNU MAJID yang pada saat itu sudah mengarang tiga kitab ilmu pelayaran), jika ia menekuni bidang kedokteran maka ia menjadi dokter yang tiada tanding (Ibnu Sina dengan The Canon of Medicine nya masih menyisakan sisi sisi keilmuan medika yang dikaji hingga hari ini), jika ia menjadi pakar matematik maka ia mampu mengungkapkan misteri angka dan bentuk yang tidak habis digali sepanjang zaman (Trilogi dunia matematika; Al-Jabar, Aritmatika dan Logaritma ternyata ditemukan oleh al-Khawarizmi) dan jika ia menjadi negarawan maka ia menjadi tumpuan kecintaan rakyat karena membawa kesejahteraan yang tiada tara dalam sejarah bangsanya (UMAR BIN ABDUL AZIZ menjadikan rakyatnya sejahtera sehingga tidak ada lagi orang yang memerlukan bantuan).
Kata-kata keramat yang ditoreh oleh IMAM MALIK pada kulit kitabnya yang monumental; AL-MUWATTHO’, "TIDAK AKAN SUKSES GENERASI AKHIR DARI UMAT INI, MELAINKAN MEREKA MENGADOPSI CARA-CARA DAN TRADISI YANG TELAH MENSUKSESKAN GENERASI PERTAMA."
Kita yang hidup pada akhir zaman ini tidak perlu lagi melakukan proses ‘TRY AND ERROR’ dalam menciptakan keunggulan sumberdaya manusia. TUMPUAN PENCARIAN YANG BENAR ADALAH PADA MENINGKATKAN SERAPAN CAHAYA ALLAH SEBANYAK MUNGKIN, YANG DENGAN MUDAH KITA DAPATI MELALUI IBADAH-IBADAH SUNNAH SEPERTI MELANTUNKAN AL-QURAN YANG MERUPAKAN KALAM ILAHI, TERDIAM DALAM SUJUD-SUJUD TAHAJUD YANG PANJANG, SHOLAT-SHOLAT SUNNAH (DHUHA RAWATIB, DLL), PUASA-PUASA SUNNAH (SENIN, KAMIS, PUASA ASYURA’, PUASA ARAFAH, DLL) SERTA IBADAH-IBADAH SUNNAH LAINNYA SEPERTI DZIKIR DAN SHOLAWAT YANG DAPAT MENAIKKAN DERAJAT KITA MENJADI ORANG YANG DICINTAI ALLOH....
Ingatlah betapa hadits di atas menerangkan bahwa jika Alloh telah mencintai seseorang maka orang itu dapat melihat, mendengar, berbicara dan berfikir dengan kekuatan dan cahaya Alloh. INILAH INTI DARIPADA KECERDASAN SPRITUAL (Spiritual Quotient) YANG MERUPAKAN MOTOR PENGGERAK TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL (Intelectual Quotient) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (Emotional Quotient )
SEBESAR MANA PROSES INTERAKSI ARUS LISTRIK DALAM OTAK MANUSIA YANG TERJADI AKIBAT PENGALAMAN LIMA INDRA ITU, SEBESAR ITU PULALAH DAYA PENYERAPAN PENGETAHUAN DALAM OTAK. MAKA WAJARLAH JIKA TIMBUL PERBEDAAN SUDUT PANDANG ANTARA MANUSIA YANG CERDAS (yang memiliki KAPASITAS BESAR pada interaksi arus listrik pada sel-sel otaknya) DENGAN ORANG AWAM (yang memiliki KAPASITAS KECIL pada interaksi arus listrik pada sel-sel otaknya). TERUTAMA DALAM KEMAMPUAN MENGANALISA APA YANG DILIHAT, DIRASA, DAN DIDENGAR NYA.
Firman Alloh :
"Perbandingan dua golongan itu seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan mendengar. Apakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya...? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran...?" (SURAH HUD 11: 24)
AYAT DI ATAS MENGESAHKAN FUNGSI PANCA INDRA SEBAGAI SARANA PENYERAP ILMU PENGETAHUAN. Tentu yang dimaksud dengan pendengaran dan penglihatan di sini bukanlah alat indra mata atau telinga yang dimiliki oleh semua orang secara sama. TETAPI KADAR KEMAMPUAN SEL-SEL OTAK DALAM MENGANA LISA PENGETAHUAN YANG DIDETEKSI OLEH INDRA-INDRA TERSEBUT.
Jika kita yakin dengan firman Alloh di atas dan percaya dengan penemuan pakar Neuropsikologi tentang ‘God Spot’, MAKA TENTULAH KITA BERKESIMPULAN BAHWA PENCAPAIAN MANUSIA DALAM MELEJITKAN KEMAMPUAN SEL-SEL OTAK SANGAT TERGANTUNG KEPADA SEBANYAK MANA IA MENYE RAP CAHAYA ALLAH ( NURULLAH ) DALAM DIRINYA. Pada hadits Qudsi berikut dapat kita pahami BETAPA SEBENARNYA KEKUATAN INTELEKTUAL PARA ULAMA ZAMAN SILAM TERNYATA BERTAPAK PADA KEKUATAN SPRITUAL MEREKA DALAM MENAMBAH CAHAYA ALLAH DALAM DIRI.
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam bersabda, Alloh Suhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam hadits Qudsi:
"Jika Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan hal-hal yang Sunnah, maka ia akan Ku cintai (Dan jika demikian) maka Akulah yang MENJADI PENDENGARAN YANG IA MENDENGAR DENGANNYA, AKU MENJADI PENGLIHATAN YANG IA MELIHAT DENGANNYA, Aku MENJADI LIDAH YANG IA BERTUTUR DENGANNYA DAN AKU MENJADI AKAL YANG IA BERFIKIR DENGANNYA. JIKA IA BERDOA KEPADA-KU NISCAYA AKU PERKENANKAN. JIKA IA MEMINTA KEPADA-KU NISCAYA AKU KURNIAKAN. DAN JIKA IA MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA-KU PASTI AKU TOLONG. IBADAHNYA YANG PALING AKU CINTAI ADALAH KEWAJIBAN YANG DITUNAIKANNYA UNTUK-KU"
(HADITS QUDSI RIWAYAT AT-THOBRONI dalam kitab al-Kabir yang bersumber dari Abu Umamah)
Jelas sekali diilustrasikan dalam hadits Qudsi di atas betapa seorang hamba yang banyak melakukan ibadah NAWAFIL (sunnah) akan memiliki kekuatan ekstra pada penglihatan, pendengaran, karya tangan dan gerakan kaki. Bayangkanlah para ulama zaman silam yang sudah terbentuk kekuatan penglihatan, pendengaran, pembicaraan dan pemikirannya dengan cahaya-cahaya Alloh. SEMUA INTERAKSI PANCA INDRANYA TERAMAT KUAT KARENA MENGAMBIL IMBASAN KEKUATAN ALLAH. SELURUH HASIL BACAANNYA, HASIL PENGAMATAN NYA, HASIL PENDENGARANNYA, HASIL KARYA FIKIRNYA DIPROSES OLEH SEL-SEL OTAK DENGAN MENGGUNAKAN KEKUATAN CAHAYA ALLAH.
Rangkuman dari semua kekuatan itulah yang membentuk peribadi-peribadi yang unggul dalam bidang apapun yang ditekuninya. Jika ia seorang pelayar maka ia menjadi pakar ilmu pelayaran yang unggul (VASCO DA GAMA; tidak akan pernah menjadi manusia EROPA pertama yang sampai ke INDIA dan NUSANTARA jika bukan karena menyandera pakar pelayaran MUSLIM bernama IBNU MAJID yang pada saat itu sudah mengarang tiga kitab ilmu pelayaran), jika ia menekuni bidang kedokteran maka ia menjadi dokter yang tiada tanding (Ibnu Sina dengan The Canon of Medicine nya masih menyisakan sisi sisi keilmuan medika yang dikaji hingga hari ini), jika ia menjadi pakar matematik maka ia mampu mengungkapkan misteri angka dan bentuk yang tidak habis digali sepanjang zaman (Trilogi dunia matematika; Al-Jabar, Aritmatika dan Logaritma ternyata ditemukan oleh al-Khawarizmi) dan jika ia menjadi negarawan maka ia menjadi tumpuan kecintaan rakyat karena membawa kesejahteraan yang tiada tara dalam sejarah bangsanya (UMAR BIN ABDUL AZIZ menjadikan rakyatnya sejahtera sehingga tidak ada lagi orang yang memerlukan bantuan).
Kata-kata keramat yang ditoreh oleh IMAM MALIK pada kulit kitabnya yang monumental; AL-MUWATTHO’, "TIDAK AKAN SUKSES GENERASI AKHIR DARI UMAT INI, MELAINKAN MEREKA MENGADOPSI CARA-CARA DAN TRADISI YANG TELAH MENSUKSESKAN GENERASI PERTAMA."
Kita yang hidup pada akhir zaman ini tidak perlu lagi melakukan proses ‘TRY AND ERROR’ dalam menciptakan keunggulan sumberdaya manusia. TUMPUAN PENCARIAN YANG BENAR ADALAH PADA MENINGKATKAN SERAPAN CAHAYA ALLAH SEBANYAK MUNGKIN, YANG DENGAN MUDAH KITA DAPATI MELALUI IBADAH-IBADAH SUNNAH SEPERTI MELANTUNKAN AL-QURAN YANG MERUPAKAN KALAM ILAHI, TERDIAM DALAM SUJUD-SUJUD TAHAJUD YANG PANJANG, SHOLAT-SHOLAT SUNNAH (DHUHA RAWATIB, DLL), PUASA-PUASA SUNNAH (SENIN, KAMIS, PUASA ASYURA’, PUASA ARAFAH, DLL) SERTA IBADAH-IBADAH SUNNAH LAINNYA SEPERTI DZIKIR DAN SHOLAWAT YANG DAPAT MENAIKKAN DERAJAT KITA MENJADI ORANG YANG DICINTAI ALLOH....
Ingatlah betapa hadits di atas menerangkan bahwa jika Alloh telah mencintai seseorang maka orang itu dapat melihat, mendengar, berbicara dan berfikir dengan kekuatan dan cahaya Alloh. INILAH INTI DARIPADA KECERDASAN SPRITUAL (Spiritual Quotient) YANG MERUPAKAN MOTOR PENGGERAK TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL (Intelectual Quotient) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (Emotional Quotient )
MENINGKATKAN KAPASITAS CAHAYA ALLAH DENGAN MELAK SANAKAN
IBADAH IBADAH SUNNAH DENGAN MEGUTAMAKAN IBADAH WAJIB/FARDHU. TERJADILAH
INTERAKSI AKSON DAN DENDRIT DI SETIAP SEL YANG SALING MENYAMBUNG INFORMASI. DIAGRAM SPIRITUAL QUETIONT MENGGERAKAN INTELECTUAL AND EMOTION QUETIONT.
MAHASUCI ENGKAU ILAH KAMI DAN PUJIAN HANYA KEPADAMU AKU BERSYAKSSI TIDAK ADA ILAH KECUALI ENGKAU DAN AKU MEMOHON AMPUN KEPADAMU DAN HANYA KEPADAMU AKU KEMBALI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar