Rabu, 21 Maret 2012

MENUJU KEHIDUPAN YANG NYATA


MENUJU KEHIDUPAN YANG NYATA
بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم

ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته

ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ر
ا نفسنا و من سيا ت  ا عما لنا من يهد لله فلا مضل له و من يضلل         
فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له      اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو  مد  ين                                                                                  

Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk. Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.  Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga hari qiyamat.

انما الا صد ق ا لهد ث كتا ب ا لله و حير الهد ي هد ي محمد ر سو ل الله  و سر الاء و مر و محد تسها و كل محد تس بد عه و كل بدعة ضل له و    كل ضل لة في ا لنا ر                                                                          

Sesungguhnya perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.

قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن

 Wahai orang  orang yang beriman betaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs.4:1 )

263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر يم    

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم                
ويغفر لكم ذ نوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما                                                                            
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”              ( Qs.33:70-71)

Maa’syarol muslimin rohimakumullah.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadhirot ilah Azza wa Jalla atas karunia sehat dan sempat atas waktu yang diberikanNya untuk kita melaksanakan tholabul ilmu atau kajian atas ayaty ayat Nya yang sangat mulia. Baik ayat qouniyah yang tertulis jelas dalam KitabNya Al Qura’nul karim mau pun ayat ayat Nya yang tersebar dialam semesta termasuk pada diri kita dan lingkungan sosial kemasyarakatan kita.Tidak lupa pula semoga tercurah sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad s.a.w, kelkuarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang setia dan istiqomah hingga hari kiyamat.

Kita sebagai manusia sejak masih di sekolah rakyat ( SD ) telah di tanamkan oleh orang tua untuk bercita cita yang tinggi dan sangat kuat tersimpan dalam hati dan fikiran kita dan dengan antusias serta sunguh sungguh untuk kita raih. Namun semua cita cita itu terfokus pada pencapaian yang terukur dalam ukuran dunia.

Begitulah pandangan hidup kita telah dibentuk oleh orang tua kita sendiri dan oleh masyarakat. Sedangkan masyarakat dan orang tua kita juga telah di bentuk oleh berbagai faham tentang hidup ini oleh pihak pihak yang berkuasa yang tidak mengenal hakikat hidup itu sendiri. Pandangan masyarakat kita dibentuk oleh pihak yang berkuasa. Apakah raja, presiden, atau perdana menteri sebagai bagian dari kekuasaan negara.

Mekanisme pengaruh mempengaruhi ini secara empiris adalah juga merupakan sunnatullah atau ayat ayatNya yang berbentuk kauniyah. Atau ayat yang ada di alam semesta termasuk didalam masyarakat. Kalau saja manusia thoa’t pada Allah swt dan rosulNya maka tidak perlu mencari cari format atau bentuk masyarakat yang ideal. Karena Allah swt telah memberitahu tentang masyarakat yang ideal itu dalam firmanNya berikut ini.

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. ( Qs.3:110 ).

Menurut Allah bahwa nabi Muhammad dan umatnya itu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Perhatikan Allah membedakan antara “umat” dan “ manusia”. Umat adalah bagian dari manusia yang mengikuti ajaran dari seorang nabi dan rosul tertentu. Sedangkan manusia adalah meliputi seluruh umat yang ada di bumi ini yang sering juga disebut dengan umat manusia.

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas mengatakan tentang ayat ini sebagai berikut.

“ mereka (umat islam ) adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi manusia lainnya “.

Kriteria umat terbaik menurut Allah pada ayat diatas adalah :

1). Melakukan amar ma’ruf
2). Mencegah kemunkaran
3). Beriman kepada Allah.

Nabi Muhammad s.a.w menjelaskan mengenai umat yang terbaik itu dalam sabdanya.

“Manusia yang paling baik ialah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma’ruf, paling gencar melarang kemunkaran, dan paling rajin bersilaturahim”.
Ibnu Kzatsir mengatakan ayat diatas mencakup seluruh umat islam pada setiap abad. Tentu saja umat semacam itu harus sesuai dengan kriteria Allah dan rosulNya.

Dengan bentuk masyarakat yang telah ditetapkan Allah dan dicontohkan rosulullah s.a.w maka Insya Allah doa’ kita yang selalu mengharap kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat akan dikabulkan Allah s.w.t. Tetapi kalau bentuk masyarakat yang kita jalani tidak pernah meniru contoh yang sudah di perintahkan Allah dan rosulNya maka yang terjadi adalah orientasi hidup hanya pada kesenangan dan kenikmatan dunia semata mata. Sebagaimana semua cita cita yang ditanamkan orang dan masyarakat pada setiap generasi. Padahal Allah s.w.t berkali kali berfirman bahwa kehidupan dunia itu tidak penting, hina dan sangat singkat serta tak berarti.

مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً

"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[318]. ( Qs.4:77 )

[318]. Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun

Dengan tegas Allah mengatakan bawa hidup di dunia ini hanya sebentar dan akhirat lebih baik. Tentu baik untuk orang orang yang bertaqwa. Pada ayat yang lain Allah berfirman tentang kehidupan dunia hanya sendau gurau dan permainan saja sebagaimana ayat berikut ini.

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. ( Qs.29:64 ).

Dengan jelas pula Allah mengatakan bahwa kehidupan dunia, disamping hanya sendau gurau dan main main juga bukan kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya kata Allah adalah kehidupan akhirat.

Seperti kita ketahui bahwa setiap sendau gurau itu bermakna tidak sungguh sungguh atau bukan yang sebenarnya. Apalagi makna “main main” jelas dan tegas bukan sungguhan atau beneran. Setiap yang bersifat main main tidak perlu ditanamkan di dalam hati karena kalau dimasukan kedalam hati hanya akan menyakitkan hati kita.

Mengapa kita sebagai manusia tidak menyadari pemberitahuan dan ajakan Allah untuk meraih kehidupan akhirat itu. Bahkan kebanyakan manusia menghabiskan umurnya hanya untuk hidupan dunia?. Padahal kecenderungan kita atau keantusiasan kita pada dunia ini telah diberitahukan Allah sebagaimana firmannya berikut ini.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( Qs.3:14 ).

Sekali lagi Allah mengatakan bahwa tempat yang baik itu adalah di sisiNya yaitu syurga yang tidak lain tempat itu adanya di akhirat. Sedangkan kecintaan kepada keinginan (syahwat) itu hanya dijadikan Allah sebagai pandangan yang indah bagi manusia. Sebagai sebuah pandangan maka hal itu bukanlah keindahan yang sesungguhnya.

Lalu untuk apa kita hidup di dunia, padahal secara kasat mata kita punya jasmani yang membutuhkan berbagai kebutuhan. Ini adalah sebuah pertanyaan yang wajar dan alamiah. Tetapi kalau kita merujuk kepada maksud Allah diciptakannya manusia maka akan tahu. Apa tujuan Allah menciptakan kita ada di dunia ini maka renungkanlah firmanNya berikut ini.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ( Qs.51:56 ).

Simaklah apa tugas yang diemban atau vissi manusia sebagai salah satu makhluq yang diciptakan Allah didunia ini. Tidak lain adalah “mengabdi”. Dalam kata “mengabdi”  itu terkandung pula makna thoa’t, patuh, dan mengibatati atau beribadah kepadaNya. Tidak pernah ada satu ayatpun yang memerintahkan untuk menjadi kaya, punya jabatan, bergelar atau termasyhur didunia ini. Tetapi predikat, julukan atau gelar yang berdampak pada pencapaian kehidupan yang bahagia di akhirat banyak sekali. Seperti muttaqin, mukhsinin, sholihin, syuhada, shiddiqin bertaburan di dalam Al Qura’n dan hadits nabi s.a.w. Memang Allah tidak menafikan sama sekali kehidupan dunia ini sebagaimana firmanNya berikut ini.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) se- bagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu ber- buat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ( Qs.28:77 )
Meskipun Allah swt berpesan agar kita tidak melupakan kenikmatan dunia namun Allah memprioritaskan kebahagiaan negeri akhirat. Hal itu terlihat pada posisi kalimat dimana kalimat :

“ janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia “

Perhatikan, kalimat tersebut diletakan pada anak kalimat. Tapi perintah utamanya terletak ada pada induk kalimat yang berbunyi:

 “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu ( kebahagiaan) negeri akhirat “.

Satu hal lagi yang perlu di perhatikan adalah sesuatu puncak rasa yang ada di dunia disebut sebagai “ kenikmatan “ yang bersifat sangat jasmaniah dan sementara. Sedangkan puncak rasa di negeri akhirat disebut dengan “ kebahagiaan “ yang meliputi jasmani dan rohani serta lebih langgeng.

Lalu apa saja pengabdian, kethoa’tan, kepatuhan dan peribadatan kepada Allah sebagaimana vissi dan tugas yang di emban manusuia di bumi ini. Secara garis besar hal itu semuanya diringkas dalam bentuk perintah dan larangan yang Allah s.w.t tetapkan kepada manusia didalam Al Qura’nul Karim dan Sunnah rosulNya s.a.w. Cobalah kita renungi dan fahami salah satu firman Allah berikut ini.

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1536] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. ( Qs.76:2 ).

Berdasarkan ayat diatas bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi. Thoa’t, patuh, dan beribadah itu adalah dengan berbagai ujian yang terdiri dari perintah dan larangan.

Itulah hakekat hidup di dunia ini yaitu menjalani ujian sejak kita lahir hingga kita menghadap Yang Maha Baqo’ ( kekal abadi ). Jadi ujian itu bukan temporary atau kadang kadang tetapi sepanjang umur hidup kita. Oleh karena itu untuk menjalani ujian itu manusia memerlukan satu sikap, yaitu sabar yang tidak boleh ada batasnya. Kalau ada orang yang mengatakan “ sabar itu ada batasnya “maka itu adalah pernyataan yang bathil. Karena untuk menjalani semua perintah dan meninggalkan larangan Allah s.w.t yang harus kita thoa’ti sepanjang hidup mermerlukan kesabaran yang tak boleh ada batasnya. Allah berfirman mengenai sabar yang di balas dengan pahala yang juga tidak ada batasnya sebagai berikut.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 ).

Tentu dalam alam pikiran kita yang bodoh dan lemah ini jika Allah memberi imbalan berupa pahala tanpa batas kepada kita maka amal ( perbuatan ) yang harus kita lakukan dan dikehendaki serta diridhoi Allah yaitu berupa sabar juga harus tanpa batas.

Jadi kiat manusia menghadapi hidup ini salah satunya adalah sabar.


Disamping sabar ada satu sikap lagi yang selalu harus kita sandingkan dengan sabar itu yaitu bersyukyur.
Tentang pentingnya sikap bersyukur ini Allah memperingatkan manusia dengan firmanNya berikut ini.

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."   ( Qs. 14:7 )

Jadi sabar dan syukur adalah sikap yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi hidup di dunia ini. Karena isi dari kehidupan adalah ujian. Sedangkan ujian itu selalu dalam bentuk perintah, larangan dan sesuatu yang tidak menyenangkan manusia pada umumntya. Sebagaimana kalau kita diuji oleh manusia atau lembaga untuk menjadi atau memperoleh sesuatu adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan tidak nyaman dan selalu timbul kekhawatiran tidak lulus atau gagal. Tidak lulus atau gagal dari ujian manusia tidak mempunyai resiko yang berarti. Tetapi gagal atau tidak lulus dari ujian Allah s.w.t sungguh sangat merugikan manusia hingga ke alam akhirat nanti.

Bahwasanya hidup adalah kumpulan ujian (perintah dan larangan) sepanjang hidup manusia banyak sekali di kabarkan Allah dalam Al Qura’n dan hadits nabi s.a.w. Bahkan matipun adalah ujian sebagaimana firman Allah berikut ini.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang ( Allah ) menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, ( Qs.67:2 ).



Dengan jelas dan tegas Allah s.w.t mengatakan dalam ayat di atas bahwa Allah menjadikan mati dan hidup untuk menguji manusia. Dari ujian itulah Allah s.w.t mengetahui siapa yang lebih baik amalnya ( perbuatannya ).

Sungguh sangat sederhana tujuan kebijakan Allah s.w.t untuk menguji manusuia yaitu sekedar untuk mengetahui perbuatan (amal) yang lebih baik dari manusia.

Apa kriteria manusia yang lulus dari ujian Allah s.w.t. Jawabannya hanya bisa diketahui setelah kita mati. Karena mati itu adalah pintu gerbang memasuki kehidupan yang nyata.
Kematian itu adalah pemisah kehidupan dunia dan kehidupan akhirat yang diawali dengan kehidupan dialam kubur atau alam barzah ( alam pemisah ). Allah berfirman dalam Al Qura’nul Karim tentang alam pemisah tersebut sebagai berikut.

وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan[1022]. ( Qs.23:100 )

[1022]. Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.

Beberapa ayat yang juga mengabarkan tentang ujian terhadap manusia antara lain berikut ini.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
( Qs.18:7 )

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( Qs.2:155 ).

Meskipun begitu banyak ujian kepada manusia namun sangat sedikit manusia yang menyadarinya. Hampir sebagian besar manusia itu gandrung pada dunia dan isinya serta kenikmatan yang ada di dalamnya.
Padahal orientasi hidup kepada dunia itu kata Allah s.w.t adalah gaya hidup orang orang kafir sebagaimana firmanNya tentang kafirnya manusia dan utamanya kehidupan akhirat berikut ini.

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.     ( Qs.87:16 )
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.     ( Qs.87:17 )
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى

Dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) [1583].
( Qs. 93:4 )
                                                                                      
[1583]. Sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

Padahal di akhirat nanti orang orang kafir itu menyesal dan ingin kembali lagi ke dunia untuk berbuat amal sholih (perbuatan baik).

حَتَّى إِذَا جَاء أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ

Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) [1022], agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.(Qs.23:99-100)

[1021]. Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.

Ilustrasi yang digambarkan Allah s.w.t terhadap sikap orang orang kafir di akhirat itu memberi pengertian kepada kita bahwa mereka ingin mengulang kembali kehidupan di dunia dengan menjalankan hidup sesuai dengan kriteria kelulusan yang ditetapkan Allah s.w.t yaitu beramal sholih ( perbuatan baik ) atau akhsanu a’mala yang harus menjadi target dan cita cita manusia hidup didunia. Bukan cita cita yang berorientasi pada dunia dan kesenangan serta kenikmatannya melulu. Tentang redah dan hinanya kehidupan dunia nabi bersabda :

وعن جا بررضى الله عنه- ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مربالسوق والناس كنفتيه- فمر بجدي اسك ميت- فتنا وله فاخذ باذنه- شم قال- ايكم يحب ان يكون هذاله بد رهم- فقا لوا- ماانه لنابشىءومانصنع به – شم قال- اتحبون انه لكم- قالوا- والله لو كان حيا كان عيبا- انه اسك فكيف وهومين ! فقال- فوالله للد نيا
اهون على الله من هذاعليكم 

Dari Jabir r.a, bahwasanya Rosulullah s.a.w berjalan melewati pasar, sementara orang orang berjalan di kanan kiri beliau.
Beliau ( nabi s.a.w ) melewati seekor anak kambing yang telinganya kecil ( cacat ) dan sudah menjadi bangkai. Beliau lalu mengangkatnya dan memegang telinga kambing itu, kemudian bersabda :
“ Siapa diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham”.
Mereka menjawab: “ Kami tidak mau membelinya dengan apapun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya ?”.
Kemudian beliau bertanya : “Apakah kamu suka ia menjadi milikmu?”
Mereka menjawab: “ Demi Allah seandainya ia hidup ia adalah cacat, ia bertelinga kecil lalu bagaimana lagi ketika ia menjadi bangkai?”
maka beliau bersabda : “ Demi Allah dunia itu lebih hina bagi Allah dari pada bangkai itu dalam pandangan kalian “.
( HR MUSLIM ).

Perhatikan betapa hinanya dunia dalam hadits tersebut diatas. Karena lebih hina dari pada bangkai anak kambing. Pada hadits yang lain nabi s.a.w merendahkan posisi dunia bagi orang beriman.

وعن ابى هريره رضى الله عنه عن رسولالله صلى الله عليه و سلم قال- الدنيا سجن الموءمن وجنة الكافر

Dari Abu Huroiroh dari nabi s.a.w beliau bersabda :

“ Dunia ini adalah penjara orang orang beriman ( mu’min ) dan syurga orang orang kafir “ ( HR MUSLIM )

Wajarlah jika orang mu’min menanggapi atau merespon dunia ini sebagai suatu yang tidak bebas karena memang dunia ini seperti penjara. Sedangkan oerang kafir dengan bebasnya menikmati semua kesenangan dan kenikmatan dunia terutama untuk memuaskan hawa nafsunya yang diwakili oleh semua panca indra dan jasmaninya.

Bagi seorang muslim yang mu’min secara kaffah menerima ucapan rosulullah s.a.w adalah sebagai wahyu yang harus diimani dan diikuti.
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
Ucapannya ( Muhammad ) itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). ( Qs.53:4 ).

Oleh karena itu dengan mengikuti atau mentaati Rosulullah s.a.w berarti mentaati Allah dengan demikian maka dijanjikan Allah dengan memperoleh kemenangan ( kesuksesan ) yang agung. Sebagaimana ayat di dalam muqoddimah diatas.

ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما 

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan ( sukses ) yang besar.” ( Qs.33:70-71).

Dengan beriman kepada Allah dan semua ucapanNya yang diabadikan dalam Al Qura’nul Karim dan RosulNya yang tercantum dalam sunnahnya maka umat manusia akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Untuk mencapai hal itu hendaknya kita konsisten dan konsekuen dengan semua perintah Allah dan RosulNya begitu juga dengan larangan Allah dan rosulNya sebagaimana firmanNya berikut ini.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. ( Qs.33:36 ).

Berdasarkan ayat diatas manusia yang durhaka ( maksiat ) kepada Allah dan rosulNya maka ia telah sesat yang nyata. Tetapi realitanya didunia ini sangat banyak manusia yang durhaka kepada Allah swt dan rosulNya. Durhaka dalam bahasa Al Qura’n adalah maksiat. Maksiat bukan hanya minum khamar, berjudi, berzina makan riba tetapi juga melalaikan perintahNya dan mengabaikabn laranganNya juga masuk dalam kategori orang yang durhaka atau maksiat. Padahal maksiat itu adalah salah satu sebab turunnya iman seseorang. Sebagaimana sabda nabi s.a.w.

العما ن يزيد و ينكوس يزيد با لطعاة و ينكوس با لمعشياة

” iman itu naik dan turun. Naik dengan ketaa’tan dan menurun dengan maksiat.”

Agar manusia tidak lalai dalam terhadap perintahNya maka Allah s.w.t juga memperingatkan manusia untuk selalu sabar dalam menjalankan semua perintahNya.
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. ( Qs.74:7 )

Sekarang kita coba untu menelusuri mengapa kita durhaka             ( maksiat ) kepada Allah s.w.t dan rosulNya. Kita tahu bahwa disamping hidup manusia disibukan oleh mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya maka disamping itu kita juga tahu bahwa dalam kehidupan didunia ini Allah juga menciptakan syaithon yang memposisikan dirinya sebagai musuh manusia sampai hari kiamat nanti. Sedangkan target akhir dari syaithon memusuhi manusia adalah mengajaknya atau membawanya untuk menyekutukan Allah s.w.t ( berbuat syirik ). Tentu saja target akhir itu ( syirik ) tidak bisa langsung dicapai oleh syaithon melainkan melalui tahapan tahapan secara sistematis. Cara yang paling umum dilakukan oleh syaithon, pertama adalah dengan menanamkan kelalaian dan malas dalam diri manusia untuk beribadah kepada Allah dan mengikuti sunnah rosulNya melalui bisikan bisikannya kedalam hati manusia.

مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ - الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

Dari keburukan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
yang membisikkan (keburukan) ke dalam dada manusia,
( Qs.114:4-5 ).

Tanpa kita sadari kita sering lalai, lupa atau malas terhadap kewajiban kita kepada Allah untuk melaksanakan ritual ibadah berdasarkan contoh rosulullah s.a.w. Lupa, lalai atau malas            ( keburukan ) itu ternyata menurut Surat Annas ayat 4 dan 5 diatas tidak lain adalah bisikan syaithon. Lalai berarti hati kita    dipalingkan pada sesuatu yang lebih menarik, lebih prioritas dan lebih penting dari pada beribadah kepada Allah.

Ada anekdot dikalangan masyarakat yang menyatakaan:

 “dzuhur kelupaan ( sibuk ), ashar kelewatan rapat, maghrib macet, ‘isya kecapekan dan subuh kebabalasan”..

Pernyataan ini bukanlah karangan atau fiksi tetapi kenyataan yang hampir di alami semua orang muslim. Padahal itu adalah ibadah fardhu atau wajib yang tidak bisa digasnti pada waktu waktu lain apabila telah terlewatkan kecuali karena uzur secara syari’. Apalagi dengan ibadah ibadah wajib lainnya dan ibadah sunnah. Begitulah kalau syaithon sudah membisikan kedalam hati lalu kita menurutinya. Alhasil hampir akhirnya semua ibadah nyaris tertinggalkan. Padahal yang menjadi priorirtas itu bukanlah sesuatu yang membawa kita kepada kebahagiaan kita di akhirat
( surga ).

Sesuatu objek yang telah memalingkan manusia dari beribadah kepada Allah itu jelas merupakan sesuatu yang bersifat keduniaan. Dengan demikian tanpa kita sadari bahwa pada saat itu (saat lalai) kita sudah menggantikan posisi Allah dengan sesuatu selain darpadaNya. Sikap seperti ini nyaris mendekati syirik sebagaimana bunyi ayat berikut ini.

فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui. ( Qs.2:22 )

[30]. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Kata berhala dimasa lalu dan sampai saat ini masih merujuk pada patung yang terbuat dari batu bahkan dijaman jahiliyah di Mekah ada yang terbuat dari roti yang apabila mereka tidak ada makanan dan kelaparan maka patung yang dibuat dari roti itu dimakannya. Namun  di jaman akhir ini makna berhala atau sesuatu yang diberhalakan adalah lebih luas lagi. Bisa jabatan, uang, pekerjaan, manusia yang dihormatinya( boss ), mjanusia yang di idolakannya, ilmu pengetahuan, hobby dan segala sesuatu yang membuat manusia lalai, gandrung, mencintai melebihi Allah dan rosulNya, mentaati atai mengiibadatinya. Hal hal tersebut pada hakikatnya dapat menggantikan Allah pada saat manusia mentaati atau mengibadati. Banyak ayat yang menyatakan seseorang bisa menjadi syikrik karena mengidolakan, mengibadati ( menuruti atau mentaati ) dan mencintainya lebih daripada cintanya kepada Allah dan RosulNya.

Apabila kelalaian, kelupaan, kemalasan beribadah kepada Allah itu sering dilakukan manusia sehingga menjadi karakter maka vonis jatuh kepadanya sebagai orang musyrik . Dan bertepuk tanganlah syaithon sebagai rasa kemenangannya memperdaya manusia dan tercapainya menjebloskan manusia menjadi syirik. Kita tahu kalau syirik itu tidak kita hapus dengan bertaubatan nasuha maka manusia ditetapkan sebagai calon penghuni neraka. Dan akhirat itu adalah kehidupan yang nyata dan kekal.

Sebagai akhir kajian ini kami mengajak pembaca dan ma’asyarol muslimin yang dirohmati Allah untuk tetap bersabar dalam menjankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Dengan sabar yang tanpa batas Insya Allah, Allah juga akan mengkaruniai pahala yang tanpa batas juga sehingga melampaui dosa dosa kita dan kita sampai dalam kehidupan yang nyata dan kekal abadi. Semoga kita mantap dan dapat berpegang pada firman Allah s.w.t berikut ini.
                                     إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. ( Qs.39:10 ).
Demikianlah Allah s.w.t dan RosulNya membimbing kita dalam meniti jalan kehidupan di dunia yang fana ini dan semoga kita benar benar terbimbing menuju kehidupan yang nyata dan sampai di syurga Janatun Nai’m yang kekal dan abadi di akhirat nanti.

Sebagai penutup kajian kita marilah kita membaca doa’ kaffarotul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو ب اليك

Maha suci Allah, ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته

Senin, 05 Maret 2012


ISLAM SEBAGAI SYSTEM HIDUP DAN IDEOLOGI

بسم الله الرحمن الر حيم

ا ن لحمد  للة نحمد ه ونستعنوه و نستغفر ه و نعذ و با اللة من سر و ريئ ا نؤسنا و من سيا ة  ا عما لنا من يهد لله  ؤلا يضل ل له و من يضل ل الله فالا هد يا له  اشهد ان لا اله الا  الله و اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له   اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له   و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد  ين   

Sesungguhnya hanya kepada Allah saja semua pujian. Kami memujiNya, kami meminta kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk dariNya tidak ada yang dapat menyesatkan dan barang siapa yang disesatkanNya tidak ada yang memberi petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak ditaati/disembah dan dipatuhi selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Sholawat dan salam hanya tercurah kepada Muhammad rosulullah dan keluarganya dan para sahabatnya dan para pengikutnya yang istiqomah hingga akhir masa.

I. VISI DAN MISSI SEORANG MUSLIM

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap organisasi baik perusahaan maupun sosial mempunyai sesuatu pengarah yang disebut MISSI DAN VISI. Sementara itu didalam setiap organisasi pun terdiri dari orang- orang/manusia. Manusia/orang sebagai pribadi, organisasi perusahaan dan sosial serta masyarakat semuanya berada dalam satu wadah yang kita kenal dengan nama negara. Maka baik, manusia sebagai pribadi, organisasi/perusahaan yang juga sebagai kumpulan orang orang serta organisasi kemasyarakatan yang bersifat non profit/nirlaba serta negarapun punya panduan atau pengarah agar dapat berjalan ke arah tujuan yang ingin dicapainya. Hal alhasil semua orang baik pribadi maupun badan hukum ( perusahaan, yayasan dan negara ) membutuhkan pengarah ( VISI  dan MISSI ) untuk mencapai tujuannya.

Orang sebagai pribadi, organisasi dan mayarakat sebagai kumpulan orang serta negara sebagai penguasa juga terdiri dari kumpulan orang , masyarakat dan manusia sebagai pribadi, tentu juga mempunyai VISI dan MISSI. Saat ini banyak sekali visi dan missi yang dianut baik oleh manusia sebagai pribadi, kumpulan manusia/masyarakat dan negara di dunia ini. Missi dan Visi yang dianut saat ini di dunia kalau diurut keakarnya adalah produk akal dan fikiran manusia yang memiliki banyak kelemahan yang semata mata merupakan turunan dari filsafat Yunani ( barat yang identik dengan pemikiran Nashroni dan Yahudi )

Vissi dan Missi dalam bentuknya yang paling nyata adalah berupa ideologi. Ada banyak ideologi di dunia saat ini. Pada umumnya berasal dari filsafat yang awalnya lahir dan berkembang di Yunani, dengan tokoh tokohnya seperti Aristoteles, Socarates, Plato, Thales, Phytagoras, Descartes, Baccon, Kant, Gothe, Nitchze dan banyak lagi. Faham faham filasafat yang pernah di lahirkan mereka antara lain adalah materialisme, idealisme, rationalisme dan belakangan  ada lagi filsafat eksistensialisme yang di cetuskan oleh Nitchze dari Jerman. Khusus di Indonesia dicetuskan sebuah filsafat yaitu fisafat Pancasila. Turunan dari filsafat filsafat yunani tersebut antara lain adalah materialisme yang dalam pemahaman ekonominya melahirkan aliran liberalisme dan individualisme yang dalam faham ekonominya melahirkan ekonomi kapitalisme ada pula ideologi sosialisme dan komunisme yang dalam faham ekonominya melahirkan etatisme ( ekonomi kenegaraan ), fasisme, sosialisme dan ideologi ideologi lainnya.

Tidak sampai dua ratus tahun, bermacam macam filsafat yang melahirkan berbagai macam ideologi di masing masing negara itu tidak mampu membawa manusia dan kehidupannya kepada sesuatu yang dicita citakan oleh ajaran ideologi itu sendiri. Komunis di negara lahirnya idelogi tersebut mengalami kehancuran, meskipun memang masih ada beberapa negara yang mempertahankannya dengan melakukan banyak perubahan dari ideologi aslinya. Kapitalisme yang mengandung ajaran Individualisme dan Liberalisme melahirkan kekacauan interaksi dalam masyarakatnya. Dampak lainnya adalah timbulnya masalah amoral, menghisap kekayaan alam negara lain, menjajah dan keburukan keburukan lainnya yang tidak cukup dihitung dengan jari.

Secara lahiriah/material ( keduniaan ), memang ada beberapa negara penganut ideologi tersebut yang mencapai kesejahteraan ekonomi namun mempunyai efek terhadap perilaku sosial yang negatif dan merugikan orang dan masyarakat bahkan menghancurkan bangsa dan negara lain. Pada umumnya ideologi ideologi yang berakar pada filsafat itu memang hanya memfocuskan pada kebahagiaan hidup di dunia.  Atau berfocus pada materi oleh karena itu disebut dengan filsafat materialisme. Padahal manusia terdiri dari pada jasmana/lahiriah dan moril spritiual/rohaniah. Rohaniah berfocus pada dzat yang gaib yang selalu dirindukan oleh roh yang tidak bisa dicapai oleh jasmani/inderawi. Meskipun ada sisipan sisipan ajaran rohaniah pada filsafat yang diturunkan menjadi berbagai macam ideologi namun semuanya itu tidak berasal dari dzat yang maha tinggi, maha kuasa dan maha perncipta melainkan masih berasal dari akal fikiran manusia yang sangat lemah. Itulah gambaran sepintas tentang filsafat yang menurunkan ideologi yang melahirkan berbagai visi dan missi kehidupan manusia baik secara pribadi, masyarakat maupun negara yang telah menimbulkan kehancuran fisik dan moral manusia. Padahal sejak ribuan tahun yang lalu yaitu sejak Nabi Nuh a.s, Allah telah mengajarkan manusia hanya untuk menyembah/mengabdi hanya kepadaNya ( mengesakan /mentauhidkan Allah ). Secara lebih nyata lagi, yaitu sejak Allah menurunkan Al Qur’an kepada Muhammad s.a.w untuk manusia di bumi ini. Di dalam risalah yang dibawa Muhammad rosulullah s.a.w itu berisi visi dan missi bagi kehidupan manusia di bumi dan bolehlah kita katakan bahwa visi dan missi itu adalah juga  ideologi hidup manusia di bumi.

Visi manusia dalam Al Qur’an terdapat pada Qs .51 : 56 ,

“ .....tidak Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah/ mengabdi /menghambakan diri kepadaKU” 

Semua aktifitas / hubungan hubungan atau interaksi antara manusia dengan Allah, antara manusia dengan manusia, dengan alam atau makhluk lainnya semuanya itu ditujukan hanya untuk mengabdi, mentaati ,dan mematuhi Allah semata mata, yang juga diperintahkan kepada jin dan makhluk lainnya.

Walaupun ada jin yang membangkang, yaitu iblis yang memiliki sifat syaithon. Oleh karena itulah Allah melarang manusia mengikuti langkah-langkah syaithon sebagaimana dalam firman Allah pada Qs 2 : 208 .

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai manusia yang beriman masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan/total ( kaffah ) dan janganlah kamu ikuti langkah syaithon. Sesungguhnya syithon itu musuh kamu yang paling nyata” ( Qs 2 : 208 ).

Abdul A’la Maududi mengatakan maksud dari kata  secara keseluruhan itu adalah menerima seluruh hukum hukum Allah dan melaksanakannya.

Islam sebagai Addin adalah juga merupakan kumpulan aturan dan undang undang tentang semua segi kehidupan di dunia. Aturan yang berjalan dalam bentuk perundang undangan secara mekanis akan menertibkan dan mensejahterakan kehidupan manusia sehingga terbentuklah suatu sistem. Oleh karena itu Islam juga berfungsi sebagai system sekaligus pandangan hidup atau ideologi.

Jadi seorang muslim tidak boleh hanya menerima sebagian dan menolak sebagian dari AlKitab (Al Qura’n), sebagaimana sikap Bani Isroil sebelum diturunkannya Al Qura’n dan sebelum kedatangan da’wah nabi Muhammad s.a.w. Seperti firman Allah berikut ini.

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاء مَن يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“ Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat [68] “. ( Qs.2:85 )

Allah juga memperingatkan manusia terhadap godaan syaithon yang selalu mengajak untuk menyekutukan Allah. Memang bahwa secara sunattullah sifat iblis sebagai dedengkotnya jin yang berwatak syaithon sudah menjadi musuh manusia dan pembangkang kepada Allah sejak awal penciptaan manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al Baqoroh sebagai berikut.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

” Dan ( ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ”Sujudlah kamu ( menghormati/memulyakan ) kepada Adam ”,
maka sujudlah mereka, kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk orang –orang yang kafir. (  Qs 2 : 34).

Perhatikan pernyataan Allah diatas terhadap sifat iblis ( syaithon ) yang pembangkang/ enggan dan takabur juga disamakan dengan orang –orang kafir. Jadi kalau ada manusia yang memiliki sifat tersebut yang di tujukan kepada Allah maka menurut ayat diatas mereka adalah termasuk orang orang kafir.

Karena visi manusia di ciptakan Allah adalah untuk mengabdi berasal dari bahasa arab ” abadan”  artinya hamba ”ya’budu” mengabdi
( menghambakan diri ) dalam arti yang khusus adalah taat dan patuh hanya kepada Allah, atau menghambakan diri kepada Allah maka seluruh hukum dan ketetapan Allah yang ada dalam Al Qur’an haruslah di ta’ati dan dipatuhi secara keseluruhan (total) berdasarkan panduan yang diberikan nabi Muhammad s.a.w dalam bentuk sunnahnya.          Al Qura’n sebagai petunjuk dan pembeda yang haq dan yang batil bagi manusia di kabarkan dalam FirmanNya berikut ini.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

.......” bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).( Qs.2 : 185 )

Disamping Al Qur’an sebagai perkataan Allah yang harus di ta’ati dan dipatuhi demikian juga dengan perkataan dan perilaku Muhammad s.a.w juga sebagai petunjuk tehnis yang lebih bersifat operasional yang harus di ta’ati dan dipatuhi. Firman Allah dalam ayat 36 surat Al Ahzab dibawah ini.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

” Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. ( Qs 33:36 ).

Perintah  untuk menta’ati Allah dan rosulnya juga terdapat dalam surat Annisa ayat 59 dan pada beberapa yat ayat lainnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( Qs 4 : 59 )

Ulil amri dalam ayat diatas tentu saja yang dimaksudkan adalah pemerintah ( kahlifah /imamah ) yang menjalankan pemerintahan dan negara berdasarkan Al Qur’an dan Assunnah.

Sebagai makhluq ciptaan Allah, sebenarnya manusia  tidak perlu bersusah payah mencari cari atau membuat aturan hidup sendiri untuk hidup di atas bumi ini. Pada akhir ayat 36 surat Al Ahzab diatas Allah meperingatkan manusia bahwa barang siapa yang durhaka (tidak patuh) pada Allah dan rosulNya akan berada dalam kesesatan yang nyata. Tidaklah mengherankan ketika bangsa bangsa didunia ini yang menggunakan aturan hidupnya ( ideologi, hukum dan aturan lainnya ) dari hasil fikiran dan akalnya sendiri itu mengalami kehancuran baik secara material/fisik, moral dan spiritual. Lihat saja sejarah raja Namrud, kaum Add, kaum nabi Nuh, kaum nabi Luth dan masih banyak lagi kaum kaum lainnya yang hidup dimasa sebelum diturunkannya Al Qur’an, mereka semua mengalami kehancuran fisik/material dan moral sekaligus. Namun tidak berarti bahwa setelah diturunkan Al Qur’an manusia tidak mengalami hal yang sama. Perhatikan saja gempa bumi di Pompey, Tsunami, gempa di Turki, Iran,China dan Afrika ( Gua temala ) beberapa waktu yang lalu. Serta kemerosotaan moral bangsa bangsa Eropa, Amereka dan juga beberapa di negara Asia dan Afrika semuanya itu merupakan akibat dari sikap tidak patuh kepada Allah dan rosulNya dengan menciptakan dan menggunakan hukum dan aturan ciptaan sendiri.


أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

” Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? ( Qs 5 : 50 )

Jelaslah kiranya bahwa keta’atan dan kepatuhan kepada Allah dan rosulnya merupakan bagian dari bentuk mengabdi/menghambakan/ menyembah kepada Allah sebagai wujud dari Visi manusia diciptakan Allah di bumi ini.

II MISSI MANUSIA DAN SYSTEM HIDUP DI BUMI

1. MISSI MANUSIA DI BUMI

Pada ideologi ideologi ciptaan manusia yang berakar pada filsafat mengandung missi berupa mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan manusia di bumi, tentu saja dengan ukuran finansial dan materilistik. Secara tehnis manusia juga membuat ukuran ukuran tersebut. Sebut saja misalnya pertumbuhan ekonomi, tingkat panjangnya usia  manusia, tingkat kelahiran dan kematian, dan ukuran ukuran lainnya yang bersifat phisik dan hanya berorientasi pada dunia semata dan materialistik. Disamping itu ada juga gelar gelar yang menjadi manifestasi ukuran keberhasilan manusia. Sepereti presiden, kepala negara, raja, perdana menteri, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah atau kepala desa,menteri, profesor, doktor, idola, ratu tercantik sedunia, orang terkaya didunia, jenderal, direktur utama, manajer dan berbagai gelar yang mencerminkan ukuran keberhasilan hidup manusia di dunia secara finansial dan materialistik.

Kiranya berbeda dengan ukuran ukuran pencapaian missi hidup manusia yang di ajarkan Allah dalam Al Qur’an dan rosulNya. Ukuran – ukuran keberhasilan missi manusia hidup didunia tidaklah kuantitatif, materialistik atau fisik. Sebut saja ukuran/gelar untuk orang orang yang beriman, ( mu’minin/mu’minah), muttaqin, shodhiqin, shobirin, sholihin, syahidin, mujahidin. Ukuran ukuran atau gelar gelar itu memang tidak ada seorangpun manusia yang dapat mengukurnya kecuali Allah melalui sekelompok orang – orang yang faham tentang ukuran tersebut, yang tidak lain adalah para ulama yang baik dan amanah. Ukuran atau gelar itulah yang seharusnya dimiliki manusia agar dapat membawa missinya di bumi ini. Karena missi manusia di bumi ini telah ditetapkan Allah dalam Al Qur’an :

Ingatlah ketika Robmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."  ( Qs. 2: 30 )

Jelas sudah bahwa missi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah, yaitu untuk mengarahkan manusia agar mengelola bumi dengan petunjuk dan aturan yang telah diberikan Allah dalam rangka mengabdi dan ta’at kepadaNya sehingga dapat bertemu Allah di padang masyhar kelak.

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan – jalan (yang lain)[152], karena jalan – jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. “ ( Qs. 6 : 153 )

Allah memberikan jalan kepada manusia untuk hidup di dunia ini berupa jalanNya yang lurus dan dilarang untuk mengikuti jalan jalan lain ( diluar Islam ). Jelas jalan yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengelola bumi adalah Dinul Islam. Secara bahasa Addin itu dapat berarti aturan, nasihat, systim yang mencakup semua aspek kehidupan. Al Islam berarti berserah diri, selamat, tunduk, keta’atan
( Qs 16:52 ), kekuasaan ( Qs 56 : 86 – 87 ), sanksi ( Qs 37 : 53 ), perilaku ( Qs 110 :2/40 :26 ), undang – undang ( Qs 12 : 76 ).

Allah menegaskan dalam Al Qur’an tentang system atau aturan yang diterima disisiNya adalah Dinul Islam.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“ Sesungguhnya din, aturan/hukum/sistem yang diterima disisi Allah adalah hanya Islam “ ( Qs 3:19)

Lalu siapa manusia yang pantas dan berhak menjadi khalifah di bumi untuk mengelola bumi sekaligus memimpin umat manusia agar menta’ati dan patuh kepada Allah dan rosulNya itu. Untuk itu Allah juga telah memberikan kriterianya dalam Al Qur’an surat Annur ayat 55.

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka Din ( dinul islam ) yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Jelaslah sudah bahwa kriteria seorang yang dijanjikan Allah menjadi pemimpin di bumi adalah :

1. Beriman ( mu’minin ) 

Beberapa ciri dari orang beriman ( mu’minin ) menurut surat Al Baqoroh adalah :

-          percaya pada ghoib ( Qs 2 : 3 )
-          mendirikan sholat    ( Qs2 : 3 )
-          menunaikan zakat    ( Qs2 : 3 )
-          percaya kepada AL Qur’an dan kitab yg diturunkan sebelumnya
-          ( Qs 2: 4 )
-          percaya kepada Allah, malaikat, kitab dan rosulNya, percaya pada hari akhirat ( Qs 2: 4 )
-          percaya taqdir baik dan buruk ( rukun Iman )
-          mengingkari toghut ( Qs 2 : 256 )
-          kembali kepada Allah ( Al Qur’an ) dan RosulNya ( sunnahnya ), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian ( Qs 4 : 59 )

” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”( Qs. 4 : 59 )


2. Beramal sholeh ( sholihin ).

Kriteria khalifah fil ardhi berikutnya adalah orang orang yang beramal sholeh ( berbuat baik ). Dalam Dinul Islam standar baik dan buruknya sebuah perbuatan sesorang adalah diukur oleh Al Qur’an dan Assunnah. Beberapa ayat ayat Allah yang menjelaskan tentang orang orang shaleh orang orang yang sholeh ( Rojulun Sholih ) antara lain sebagai berikut :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

” Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( Qs 16 : 97 )

[839]. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

” Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang sholeh” ( Qs.18:107 )

وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضْلِهِ وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

” Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang sholeh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.” ( Qs. 42 : 26 )
تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ لَهُم مَّا يَشَاؤُونَ عِندَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الكَبِيرُ

” Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan- kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal soleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia karunia  besar.  (Qs.42:22) 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

 Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya."
( Qs.41 : 8 )

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ قَلِيلًا مَّا تَتَذَكَّرُونَ

Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal soleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. ( Qs.40 : 58)

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan barangsiapa mengerjakan amal yang soleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. ( Qs.40 : 40).

أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ

”. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? ( Qs.38 : 28)

Begitu ketatnya kriteria sebagai khalifah ( pemimpin umat manusia ) di bumi. Namun secara garis besar dibadi dalam dua garis besar yaitu :

  1. Sangat taat kepada Allah dan RosulNya ( Qs 8 : 1 ), ( Qs. 4 : 59 )
  2. Sabar menghadapi ujian dan cobaan Allah ( Qs. 76. 2-3 )

Ayat ayat yang menjelaskan kriteria no 2 diatas yaitu taat pada Allah daan RosulNya serta beriman dan beramal sholih telah banyak di ungkapkan diatas. Selanjutnya adalah keberhasilan menerima ujian dan cobaan dari Allah yang harus diterima denga kesabaran.

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا- إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”- Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.  ( Qs 76: 2-3 )

Ujian tersebut antara lain:

a. Ujian keimanan  ( Qs 29: 2-3 )

“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ( Qs 29 : 2 )

“ Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” ( Qs 29 : 3 )

“ Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya
azab yang besar.(Qs.16:106)

b. Ujian materi

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( Qs. 2 : 155 )

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" ( Qs 2 : 156 )

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” ( Qs 2 : 214 )


      c. Ujian dalam perjuangan ( Qs 47 :31 )

      ” Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami Mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.

       Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
       bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. ( Qs 3 : 200 )

  1. Ikhlas dalam berbuat/beramal ( Qs 98 : 5 )

Makna ikhlas yang sekarang ini banyak dipahami oleh masyarakat secara umum adalah rela. Misalnya seseorang yang mengalami kehilangan barangnya , maka dia akan mengatakan ” sudahlah saya sudah ikhlas kok ”. Yang dimaksudkan ikhlas dalam ungkapan tersebut adalah rela. Padahal pengertian ikhlas menurut Syeikh Yusuf Qordhowi dalam bukunya Ikhlas adalah melakukan segala sesuatu hanya karena Allah semata. Sebaaimana yang diucapkan umat islam ketika melakukan sholat setelah takbir mereka mengucapkan ” inna sholati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi robbil a’lamin ”
( sesungguhnya sholatku, segala aktifitasku/kegiatanku, hidupku, matiku hanya untuk Allah rob semua makhluq ( pelindung, pemelihara, pendidik dan pemberi rizqi ) ”

    ” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya hanya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah din ( aturan ) yang lurus.” ( Qs 98:5 ).

1195). Lurus berarti jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan

Kriteria lain seorang pemimpin menurut Dinul islam antara lain adalah :

1. Memberi petunjuk dengan perintah Allah

Pemimpin muslim tidak hanya bertanggung jawab untuk mensejahterkan umat selama di dunia ( materialistik dan dzhairiyah ) saja tetapi juga mengajak dan memberi petunjuk kepada umat untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya agar umat bahagia juga diakhifrat ( mengajak ke syurga )

” Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” ( Qs 32: 24 )

[1195]. Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran

2. Memurnikan ikatan ( Aqidah/keyakinan ) hanya kepada Allah

” Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah” ( Qs 21 : 73 )


3. Tidak berhati lemah dalam perjuangan dan berharap/tawakal hanya kepada Allah

Seorang pemimpin muslim bukanlah orang yang berhati lemah sebagaimana yang Allah perintahkan kepada rosulullah dan umatnya dan selalu berharap/bersandarkan hasil tawakalnya hanya kepada Allah.

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
( Qs.4:104 )

4. Meyakini bahwa amanah yang dipikulnya akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah swt dan umat yang dipimpinnya akan mengadukan nasibnya didunmia kepada Allah  di akhirat nanti.

“ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul."
( Qs. 33 : 66 )

“ Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)”. ( Qs. 33 : 67 )

“Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." )”.
 ( Qs. 33 : 68 )

2. SYARIA’T ISLAM SEBAGAI SYSTEM HIDUP DAN DALAM  
    PENGELOLAAN BUMI

Disamping telah di berikannya kriteria oleh Allah tentang siapa yang seharusnya menjadi pemimpin/khalifah di bumi. Allah juga memerintahkan pemberlakuan hukum dan aturanNya yang terdapat dalam Al Qur’an dan aturan tehnisnya oleh sunnah rosulNya

” (Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.( Qs.24:1 )

Secara umum hukum dan aturan yang dibutuhkan manusia untuk dapat menjalankan missinya di bumi antara lain :
  1. Penentuan Pemimpin( Imamah ) yang mengurusi umat ( Politik )
  2. Aturan Ekonomi ( Zakat, Infaq, shodaqoh, baitul mal, waqof, waris dll )
  3. Aturan tentang hukum kejahatan antar manusia dan antar manusia dengan alam serta antar manusia dengan pemimpin
    Aturan keluarga ( Nikah, Rujuk dan Cerai serta waris ) )
  1. Aturan sosial  ( Mumalat ) kemasyarakatan ( Zina, pergaulan dg lawan jenis, berpakaian, hubungan antar umat dll ).
  2. Persatuan seagama
  3. Aturan golongan minoritas.
  4. Tugas umat
  5. Melindungi negara.
  6. Aturan perdam,aian dengan orang kafir.

Semuanya itu dapat dirujuk dalam Al Qur’an dan Assunnah. Dengan berlakunya hukum hukum Allah dan sunnah rosulNya itu maka secara mekanistis Insya Allah seluruh komponen hukum atau aturan tersebut akan berinteraksi untuk melindungi HARTA, JIWA dan KEHORMATAN umat manusia. Disamping hukum hukum dan aturan pokok yang membentuk system masyarakat berdasarkan Qur’an dan sunnah, maka menjadi lebih efektif lagi system tersebut dilengkapi dengan melekatnya sifat sifat rosulullah pada setiap pribadi umat muslim.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
” Sungguh telah ada pada diri Muhammad itu tauladan yang baik bagi kamu”

Sifat sifat tauladan pada diri nabi Muhammad saw itu terdiri dari :
  1. Shidiq = Benar/Jujur
  2. Amanah/Terpercaya
  3. Fathonah/Cerdas
  4. Tabligh/menyampaikan/informatif/sumber informasi

Sebagai penutup kajian kita marilah kita kita bacakan doa’ kaffarotul majlis.

سبحنك اللهم بحمد ك اشهد ان لا اله الا انت وشتغفر ك و اتو به اليك

Maha suci Allah, ilah kami yang segala pujian milikMu, aku bersyaksi bahwa tidak ada yang berhak di sembah/diibadati kecuali Engkau, dan aku mohon ampun kepada Mu dan kepadaMulah kami kembali.

و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته