JADIKAN SYARIA’T SEBAGAI BATU PENIMBANG
SETIAP PERBUATAN
بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
ا لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
ا ن لحمد للة نحمد ه ونستعينهه و نستغفر ه و نعذ و با
اللة من سر و ر انفسنا و من سيا ت ا عما
لنا من يهد لله فلا مضل له و من يضلل فلا هد يا له - اشهد ان لا اله الا الله و
اشهد ان محمدعبد ه و ر سو له اللهما صلئ علئ محمد وعلئ ا له و اصح به و تبعه با احسنئ الئ يو مد ين
Sesungguhnya hanya untuk Allah saja semua pujian. Kami
memujiNya, kami meminta hanya kepadaNya dan kami memohon ampun kepadaNya, dan
kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri sendiri dan keburukan perbuatan
kami. Barang siapa yang diberi petunjuk kepadanya tidak ada yang dapat
menyesatkan dan barang siapa yang disesatkan tidak ada yang memberi petunjuk.
Aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku
bersyaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Yang tidak ada nabi sesudahnya. Sholawat dan
salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang
istiqomah hingga hari qiyamat.
فاان ا صد ق ا لهد يث كتا ب ا لله و
حير الهد ي هد ي محمد صلى الله عليه وسلم
و شر الاء مور محد شا تها و كل محد شة بد عه و كل بدعة ضلا له و كل ضلا لة في ا لنا ر
Sesungguhnya
perkatan yang paling benar adalah kitabullah dan petunjuk yang paling benar
adalah petunjuk rosulullah. Seburuk buruk urusan adalah mengada ada dalam
peribadahan yang bukan dariku. Dan setiap yang mengada ada itu bid’ah dan
setiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.
قل الله تعل في ا لقران لكر يم
ياء يها الذين امن تق الله حق تق ته
و لا تمو تنا الا و انتم مسلمو ن
Wahai orang orang yang beriman betaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar benar taqwa da janganlah kamu mati kecuali kamu dalam
keadaan berserah diri. ( Dalam Keadaan Muslim ) ( Qs.3:102 )
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Robmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( Qs.4:1 )
263]. Maksud dari padanya menurut
jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan
hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s.
diciptakan.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
و قل الله تعل في ا لقران لكر
يم
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم
ويغفر لكم ذ نوبكم
ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan ( sukses ) yang
besar.” ( Qs.33:70-71)
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
sesungguhnya Robbmu benar-benar mengawasi.
وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ
تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاء وَيُعَذِّبُ مَن
يَشَاء وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (
Qs.2:284 ).
Maa’syarol
muslimin rohimakumullah.
Alhamdulillah,
puji dan syukur bagi Allah atas kekuasaan dan kehendakNya lah hingga saat ini
kita masih dianugerahi nikmat kesehatan
dan kesempatan untuk melakukan tholabul ilmi dalam rangka mentadhaburi
ayat ayat Nya dan hadits rosulullah saw. Tidak lupa kita curahkan sholawat dan
salam kepada Nabi besar saw dan rosul terakhir. Tidak ada nabi dan rosul lagi
setelahnya yang menjadi suri tauladan
bagi umat manusia , juga kepada keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya yang
istiqomah hingga akhir jaman.
Maa’syarol
muslimin rohimakumullah.
Kalau kita
coba menghisab ( hitung ) ibadah dan perbuatan baik (amal sholeh) kita, maka berapa
banyakkah amal ibadah kita yang tertolak karena tidak ikhlash ( tidak
murni ) atau karena tidak mengikuti cara yang dilakukan rosulullah
s.a.w. Disisi lain kita amat jarang menghitung keburukan kita kepada manusia
dan kepada diri kita sendiri serta kedurhakaan kita kepada Allah s.w.t.
Wallahu a’lam.
Sementara
itu kita juga tidak pernah menghitung berapa banyak nikmat yang sudah kita
rasakan sejak dari masih di rahim ibu sampai hari ini. Allah berfirman :
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
”
sesungguhnya kalau kamu bersyukur niscaya Kami akan menambah nikmat kepadamu
dan kalau kamu mengingakari (kufur nikmat)
sesungguhnya azabku amat pedih”. (
Qs.14:7 ).
Berapa banyak peristiwa yang
pernah kita alami, berapa banyak perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah
kita lakukan niscaya tidak seorang manusiapun yang bisa menghitungnya. Karena
begitu banyaknya dan saling bertumpuk antara satu perbuatan baik dengan
perbuatanb baik lainnya serta antara perbuatan buruk yang satu dengan perbuatan
buruk lainnya. Atau bahkan perbuatan buruk dengan perbuatan baik dan perbuatan
baik dengan perbuatan buruk. Begitulah lemahnya kemampuan kita mengingat semua
peristiwa yang terjadi dan perbuatan yang telah kita lakukan. Jika ditelusuri
dari sisi waktu mungkin kita akan terkejut karena telah begitu banyak jumlah
hari apalagi jam yang sudah kita habiskan selama hidup kita.
Misal kita berusia 50 tahun,
maka jumlah hari yang telah kita lalui adalah 18.250 hari atau 438.000
jam. Jika kita telah bekerja selama 25 tahun maka jumlah jam kerja yang
telah kita lalui adalah 25 x 300 hari x 8 jam = 60.000 jam.
Selama 60.000 jam itu kita berinteraksi dengan berbagai manusia bawahan
atasan, sejawat mitra, wanita, tua dan muda mungkin juga dengan anak anak. Dari
sekian banyak interaksi dengan berbagai manusia itu tidak teringat pula oleh
kita berapa banyak perbuatan kita yang berpotensi memberikan manfaat di
akhirat nanti atau bahkan merugikan kita kelak. Pada hari hari lain
atau diluar jam keja kita berinteraksi dengan tetangga, kerabat, sahabat dan
keluarga, maka bertambah lagi peristiwa dan perbuatan kita yang baik dan buruk.
Padahal yang akan dinilai Allah swt kepada manusia di akhir perjalanan hidupnya
nanti yaitu di hari pengadilan adalah hanya perbuatannya dalam
hal ini termasuk perbuatan hati
dan lidah atau ucapan.
Terkait dengan perbuatan ”hati”
dan ”lisan” atau ucapan. Nabi bersabda. ”Sesungguhnya setiap perbuatan
tergantung niatnya”. Kita tahu bahwa ”niat” adalah perbuatan
’hati”. Hadits lain menyebutkan ” barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhirat maka ber”katalah” yang baik atau diam”. Jadi
inti dari kedua hadits diatas adalah perbuatan hati yaitu ”niat”
dan ”perkataan” sebagai perbuatan ”lidah”.
Maa’syarol
muslimin rohimakumullah.
Kesadaran
yang paling tinggi pada manusia seharusnya adalah keyakin
an terhadap adanya hari pengadilan ( YAUMUL HISAB ).
Karena kesadar an semacam itulah yang mampu mencegah manusia berbuat
keburukan baik terhadap dirinya sendiri terutama terhadap Allah s.w.t
dan manusia lain. Kesadaran inilah yang dikenal dengan MUROQOBAH
atau merasa diawasi oleh Allah s.w.t. Sebagaimana telah dikemukakan firman
Allah diatas ”sesungguh nya Robmu benar benar mengawasi”. Untuk
itu Nabi s.a.w pun bersabda .
Dari Abu Dzar Jundub
Ibn Junadah dan Abu Abdurahman Muadz Ibn Jabal. Rosulullah bersabda:
اتق الله حيشما كنت و اتبع
السئة الحسنة تمهحا- و خالق الناس بخلق حسن
”Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu
berada dan lakukanlah kebaikan setelah keburukan, pasti ia akan menghapusnya
dan pergauli lah manusia dengan akhlak
yang baik”. ( HR MUSLIM )
Kata ”dimana saja kamu
berada” secara tersirat bermakna bahwa manusia dalam pengawasan Allah s.w.t
dan dua malaikat selalu mengiringinya. Allah berfirman :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah [767]. ( Qs.13 : 11
)
[767]. Bagi tiap-tiap manusia ada
beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa
malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini
ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
Jadi Allah s.w.t memerintahkan dua malaikat untuk mencatat perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia.
Jadi Allah s.w.t memerintahkan dua malaikat untuk mencatat perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia.
Begitulah
sistem yang Allah s.w.t berlakukan terhadap hidup manusia sejak di dunia dan di
akhirat nanti dan tidak satu pun perbuatan manusia yang lolos dari catatan
kedua malaikat tersebut. Bahkan sejak manusia masih berada di dalam rahim ibu,
Allah s.w.t telah membuat rencana pokok hidup bagi makhluknya yang bernama
manusia. Bahwa Rizki, Ajal, Amal (perbuatan) dan Celaka/bahagianya telah ditetapkan Allah
lewat malaikat sejak di dalam rahim ibu ketika berusia 40 hari
sebagaimana hadits berikut ini.
عَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ
: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ
ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ،
وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ
اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا .
[رواه البخاري
ومسلم
Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : bahwa Rasulullah
telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah.
Kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama
itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga.
Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. Maka demi Alloh yang tiada ilah selainNya, ada
seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada
jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului oleh
ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka.
Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi
jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. Kemudian ia didahului
oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.
Hadits
di atas adalah bagian dari sebuah perencanaan Allah s.w.t untuk manusia
selama hidup di dunia ini. Di tengah perjalanannya khususnya yaitu di hari
perhitungan di padang mahsyar semua perbuatan itu akan mendapat evaluasi.
Sebagian prosesnya dikemukakan rosulullah s.a.w dalam sebuah hadits berikut
ini.
وعن ابى برزة – براء شم زاي- نضلة بن
عبيد الاسلمى رضي الله عنه قال- قال
رسولاالله صلى الله عليه و سلم- لا تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يساءل عن
عمره فيم افناه وعن علمه فيم فعل فيه- وعن ماله من اين اكتسبه – وفيم انفقه –وعن
جسمه فيم ابلاه- رواه الترمذي قال- حديث حسن صحيح
Dari
Abu Barzah Nadhlah Ibn Ubaid Al Aslami dia berkata : “Rosulullah bersabda: “
Tidak akan bergeser kedua telapak kaki hamba pada hari kiyamat sampai dia
ditanya tentang UMURNYA, UNTUK APA DIA HABIS KAN. Tentang ILMUNYA UNTUK APA DIA
AMALKAN. Tentang HARTANYA DARIMANA DIA DAPATKAN DAN UNTUK APA DIA BELANJAKAN.
Dan tentang JASADNYA DALAM HAL APA DIA RUSAKAN ( HABISKAN )”. Imam Tirmizi berkata Hadits
hasan shohih. ( HR TIRMIZI ).
Lengkap
sudah scenario yang diciptakan Allah untuk setiap hambanya. Mulai sejak di
tulang sulbi kemudian di dalam rahim lalu di dunia dan terakhir di yaumul
hisab. Semua scenario itu dibingkai oleh suatu aturan dan ketentuan
ketentuan yang juga diciptakan Allah untuk manusia agar hidup manusia selamat
jiwa raganya, hartanya dan kehormatannya. Aturan dan ketentuan
ketentuan itu di sebut dalam Dinul Islam adalah syariat.
Yaa
Maa’syarol muslimin rohimakumullah.
Dengan
demikian perlu di sadari bahwa pada hakekatnya syariat itu untuk
menyelamatkan dan membahagiakan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Baik jiwanya, jasadnya, hartanya dan kehormatannya. Jadi bukan untuk
menyusahkan manusia. Di akhirat nanti semua perbuatan tangan, kaki,
pendengaran, penglihatan dan sampai kulit akan dievaluasi oleh Allah walaupun
sebelumnya manusia telah lebih dahulu mengevaluasinya sendiri dari buku yang
telah diterimanya saat pertemuan pertama di hari kebangkitan yaumul hisab.
Allah berfirman :
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ
وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. ( Qs.36:65 )
حَتَّى إِذَا مَا جَاؤُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ
سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan
kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka
kerjakan. (
Qs.41:20 )
Demikian
Allah telah menetapkan satu hari untuk mengevaluasi semua perbuatan manusia
mulai dari yang dilakukan oleh tangan, kaki, kulit, pendengan, penglihatan dan
hati. Allah telah memberi tahu ( membocorkan ) semua yang akan dipertanyakan di
hari perhitungan atau hari pengadilan itu ( yaumul hisab ) agar manusia dapat menjalankan
hidupnya di dunia secara tertib sesuai aturan dan undang undang yang
diberlakukan Allah melalui KitabNya Al Qura’nul Karim dan sunnah rosulNya
s.a.w. Aturan dan undang undang yang diberlakukan Allah dan rosulNya itu
disebut dengan syaria’t.
Syaria’t
yang paling utama bagi manusia adalah Al Aqidah kemudian I’badah dan Akhlaq kepada
Allah, orang tua dan dalam bermuamalah dengan sesama manusia. Dalam Al Aqidah
juga terdapat Akhlaq kepada Alkhaliq, Allah tabaroka taa’laa.
Yaa
Maa’syarol muslimin rohimakumullah.
Sesungguhnya
alangkah mudah menjalani hidup di dunia ini apabila manusia dapat mentaati dan
mematuhi aturan main yang diberlakukan Allah s.w.t.
Seperti
jalan raya yang banyak dilalui berbagai kendaraan dengan berbagai tujuan maka
akan terasa nyaman dan tertib bila para pengendara dapat mentaati dan mematuhi
rambu rambu lalu lintas dan bisa menahan diri dari hawa nafsu untuk mendahului
pengendara yang lainnya. Namun rambu rambu dalam syaria’t islam ini adalah
suatu sistem yang berjalan dengan pemantauan dan pengawasan yang bersifat maya
dan tercatat semua peristiwa dan kejadian di dalam catatan para pengawas setiap
individu manusia. Tidak ada tilang dan suap menyuap dengan petugas tersebut.
Disamping itu sistem yang diberlakukan Allah tersebut juga super otomatis dan
kekal sampai ke akhir jaman dan hari pengadilan kelak.
Dalam
hidup manusia tidak ada satupun perbuatan yang tidak difasilitasi dengan aturan
Allah dan rosulNya. Oleh karenanya nabi bersabda:
عن ابى ذرجندب بن جنادة و ابى عبد الرحمن محا ذ بن
جبل رضى الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال- اتق الله حيشما كنت
واتبع الشيئة الحسمة تمحها – و خالق النا س بخلق حسن- رواه الترمذي و قال حديث حسن
Dari Abu
Dzar Jundub ibn Junadah dan Abu Abdurahman Muadz ibn Jabal dari Rosulullah
s.a.w. bersabda: “Bertaqwalah kamu dimana saja kamu berada dan lakukanlah
kebaikan setelah keburukan, pasti ia akan menghapusnya dan pergaulilah manusia
dengan akhlaq yang baik”. (HR TIRMIDZI ia berkata “ Hadits Hasan).
Hadits
di atas memberi petunjuk kepada manusia untuk mengeliminir setiap
perbuatan buruk dan selalu waspada terhadap setiap perbuatan buruk
dengan selalu bertaqwa dimana saja kita berada.
Demikian
juga Allah telah mengingatkan manusia untuk menyadari bahwa setiap diri selalu
dalam pengawasannya. Allah berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَخْفَىَ عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي
الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء
Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang
tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit. ( Qs.3:5 )
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. ( Qs.89:14 )
Kata
“sesungguhnya” pada kedua ayat di atas bukan hanya menekankan
pada peringatan bahkan Allah itu seperti bersumpah dan mengancam
manusia bahwa Dia benar benar mengawasi dan jika manusia tidak mengindahkan
pengawasan Allah maka membawa suatu yang sungguh sungguh juga akibatnya.
Tapi kebanyakan manusia lalai dan tidak mengetahui sebagaimana firman Allah
berikut ini.
الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan
yang lalai,
( Qs.51:11 )
Pada
ayat di atas Allah s.w.t menggolongkan orang orang yang berdusta itu sebagai
orang yang lalai dengan syaria’t Allah.
لَقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَذَا
فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
Sesungguhnya
kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan
daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam. (
Qs.50:22 ).
Ayat
diatas memproyeksikan kelalaian manusia yang terus berlangsung sampai hari
kiyamat pada saat malaikat mengiringinya untuk menjadi saksi sampai Allah harus
menolongnya dengan membukakan tutup yang menutupi matanya sehingga
manusia dapat melihat dengan terang semua pebuatan perbuatannya selama di
dunia.
وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ
ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada
azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui [1428]. ( Qs.52:47 )
[1428]. Yang
dimaksud azab yang lain ialah adanya musim kemarau, kelaparan malapetaka yang
menimpa mereka, azab kubur dan lain-lain.
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ
ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكَثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Allah-lah yang
menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada
hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.
( Qs.45:26 )
Pedoman,
petunjuk dan peringatan telah difasilitasi untuk manusia serta pengawasan yang
tidak pernah luput pun sudah dilakukan kepada setiap manusia kapan dan dimana
saja mereka berada. Namun manusia tetap saja melakukan kedurhakaan kepada Allah
dan rosulNya. Mengapa demikian ?.
Terdapat
dua aspek yang mendorong manusia lalai, melupakan dan durhaka kepada Allah
s.w.t. Aspek tersebut bersifat INTERN dan EKSTERN.
Secara
INTERNAL terdapat dalam diri manusia sendiri yaitu saat MENURUNNYA
IMAN DIDALAM HATI (QOLBU), RASA TAKUT, RASA CINTA dan RASA HARAP
KEPADA ALLAH. Keadaan hati (qolbu) itu terlihat berubah ubah, naik dan
turun dan berbolak balik. Hal ini karena secara harfiah ( bahasa ) bahwa QOLBU (
hati ) bermakna sesuatu “yang senantiasa berbolak balik” ( berubah ubah
).
Secara
EKSTERNAL, bersifat sunnatullah yaitu sejak Nabi Adam a.s akan
diangkat menjadi pemimpin manusia di bumi ( khalifah fil ardhi ) manusia sudah
mempunyai musuh, yaitu syaithon, ketika itu adalah salah satu
pemuka syaithon yang disebut iblis. Padahal iblis itu yang pada awalnya bernama
azazil adalah salah satu hamba Allah yang taat, patuh dan selalu
bertasbih kepada Allah selama ribuan tahun.
Sebab
sebab INTERN pada diri manusia yang membuat manusia durhaka
kepada Allah s.w.t antara lain karena manusia tidak mengenal Allah s.w.t dengan
sebenar benarnya dengan ilmul yakin dan pandangan hati ( qolbu ) yang jernih
yang dalam dinul ilmu islam disebut ma’rifatullah.
Apabila
kita tak kenal pada sesuatu maka kitapun mustahil sayang. Tak sayang maka tak
cinta. Dengan tidak adanya cinta kepada Allah s.w.t maka sebagai konsekuensi
logis maka tidak ada pula ketaatan dan kepatuhan kepadaNya. Sebagai analogi,
apabila kita mencintai seseorang maka dengan sendirinya kita akan melakukan
semua pebuatan yang di sukai oleh orang yang kita cintai. Bahkan kita meniru
semua perkataannya, benda benda yang dipakai dan perbuatan yang dilakukannya.
Sebagai contoh seseorang yang mengidolakan artis, atlit atau seorang tokoh
politik ataupun negarawan maka orang itu akan meniru apa yang dilakukan orang
yang diidolakannya. Baik perkataan, perbuatan dan segala yang dikenakan pada
tubuhnya. Coba perhatikan para pemuda dan pemudi yang mengidolakan tokoh
idolanya, semua perkataannya ditiru bahkan gaya bicaranya, pakaian dan cara
hidupnya. Begitulah sikap pengagungan dan memulyakan manusia, oleh
manusia kepada manusia karena ada cinta dan menjadikannya idola
dalam hatinya. Itu semua adalah sunnatullah dari sifat manusia yang telah
dikaruniai Allah s.w.t kepada makhluqnya.
Oleh
karena itu untuk menumbuhkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah s.w.t maka kenalilah
Allah dengan menyimak ( mentadhaburi ) ayat ayatNya. Ayat ayat Allah swt
tersebar luas. Ada yang di dalam kitabNya Al Qura’nul Karim yang disebut ayat
qouliyah dan yang tersebar di alam semesta termasuk yang ada dalam diri
manusia sendiri yang disebut denga ayat kauniyah. Allah
memperkenalkan namaNya dan diriNya dalam Al Qura’n berikut ini.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاة لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah, tidak ada ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku.
(
Qs.20:14 ).
Jadi
nama Allah itu bukan manusia yang memberikan tapi Allah sendiri
yang menamakan dirinya Allah. Dan Allah adalah ilah yang dapat menolak
kemudhorotan dan mendatangkan kemanfaatan dan yang paling berhaq untuk di
sembah. Demikian independentnya Allah yang tidak membutuhkan siapapun
bahkan Dia adalah tempat bergantung setiap makhluq terhadap segala yang dibutuhkannya
lahir batin, jasmani rohani, materil dan spirituil.
Ada yang berpendapat Allah itu,
Tuhan. Silahkan baca
dalam kamus ensiclopedia agama sansekerta, apa artinya Tuhan. Atau
lihat dalam kamus bahasa sansekerta apa arti Tuhan. Dalam ensiklopedia bahasa
sansekerta, Tuhan itu
rajanya Dewa. Atau Shang Hyang dalam agama hindu. Makanya menyembah kepada
Tuhan disebut Sembah Hyang kemudian menjadi sembahyang.
Karena itu sila pertama adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa. Padahal secara bahasa kalau sebuah kata diberi awal ke
dan akhiran an bisa bermakna banyak. Contoh pulau (
single ) kalau banyak menjadi kepulauan ( plural
).
Itulah sebagian penyimpangan istilah atau kata kata
hingga masuk dalam terminologi ajaran islam secara bercampur baur. Tapi kita
tidak sedang membahas hal tersebut karena memerlukan berpuluh halaman.
Pepatah melayu mengatakan ”tak kenal maka tak sayang tak sayang maka tak cinta ” Begitu juga kiranya dengan nama
Allah. Kita wajib
mengetahui dan mengenal apa dan siapa Allah itu. Nama Allah sangat tua setua
keberadaan sebelum manusia dan alam semesta serta makhluqnya diciptakan, karena Dia Al Awwalu,
AlQodim dan Alkholiq dan nama nama lainnya yang bersifat terdahulu dan
paling dahulu dari segala ciptaan.
Untuk mengenal Allah tidak bisa didefinisikan oleh
fikiran manusia semata mata tetapi Allah sendiri yang memperkenalkan dirinya pada manusia. Memang
dalam AlQura’n dan hadits juga tidak ada definisi yang ringkas dan eksplisit
tentang apa atau siapakah Allah itu. Namun kita bisa menyimpulkan dari beberapa surat atau
ayat yang menjelaskan tentang Allah itu.
Dalam literatur Indonesia kata Tuhan kadang disamakan
dengan ”ilah” atau ”robbi”. Namun untuk Allah
mereka tidak ada pengganti istilah lainnya tetapi tetap Allah. Didalam Al
Qura’n kata Allah terkadang juga dimaksudkan dengan ilah dan
dalam konteks tertentu juga disebut Robb.
Dalam surat Al Ikhlash Allah berfirman ”
Katakanlah hai Muhammad: ”Dia lah Allah Yang Esa, Allah tempat bergantung
setiap makhluq, Yang tiada beranak dan tidak diperanakan, Dan tidak ada seorang
atau sesuatpun yang setara dengan Dia yang Esa.” . Inilah penjelasan
Allah tentang diriNya.
Jadi Allah itu zat Yang Maha Esa, Yang
tidak membutuhkan sesuatu apapun dan
dari siapapun, tidak dilahirkan dan melahirkan dan tidak ada sesuatu atau
seorangpun yang setara denganNya. Itulah definisi Allah yang
diperkenalkan atau dijelaskan oleh Allah sendiri.
Dalam ayat 14 surat Atthoha, Allah memperkanalkan dirinya
lagi sebagai berikut :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لاَ
إِلَهَ إِلاَ أَنَا فَاعْبُدْنِي
وَأَقِمِ الصَّلَاة لِذِكْرِي
” Aku ini adalah Allah, tidak ada ilah (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakanlah sholat untuk mengingatKu.”
Allah
dalam ayat diatas adalah ilah yang haq ( yang
sebenarnya ) dan sesuatu yang harus disembah atas perintah Allah
sendiri. Apakah ada selain Allah yang minta disembah ?. Jika ada maka
itu adalah tandingan atau saingan Allah atau sekutu Allah.
Dalam ilmu
ushul fiqih menyembah sesuatu hukumnya haram, kecuali ada
perintahnya dari Allah dan contohnya dari rosulNya. Perhatikan menyembah
Allah adalah perintahnya jadi merupakan kewajiban manusia sebagai hamba
kepada majikannya dan penciptanya. Hal ini sesuai dengan misi diciptakannya
manusia oleh Allah.
و ما حلقت الجن
والانس الا ليعبد و ن
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ( Qs.51:56)
Diberbagai
ayat dalam beberapa surat dalam Al Qura’n,
Allah menjelaskan tentang diriNya antara lain dalam Qs.20:8/Qs.59:22,23,24/Qs.6:3/
Qs.28:30/Qs.27:9/Qs.2:255. Banyak sekali ayat yang menjelaskan
keberadaan Allah baik di bumi maupun di langit. Namun sebagian besar eksistensi
atau keberadaan Allah itu mendefinisikan dirinya sebagai ilah yang haq.
Lalu
apa ilah itu ?
اله -
الوهة- يا له cenderung,
cinta, rindu, gandrung,
sesembahan, penghambaan.
Secara
bahasa segala sesuatu yang membuat
kita gandrung, rindu, cinta, kita menghambakan diri, kita
sembah, kita taati dan patuhi adalah ilah. Namun secara
syari’ ilah adalah sesuatu yang tidak dapat disekutukan/ diserikatkan dan
hanya dimaksudkan untuk Allah.
Sikap
mengesakan Allah dari sisi ilah ini dalam aqidah islam disebut
dalam istilah syari’ dengan tauhid uluhiyah. Memurnikan
ibadah kepada Allah adalah
merupakan perintah Allah kepada manusia.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din yang lurus[1595],
( Qs.98:5 ).
[201].
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Ada lagi nama atau istilah untuk Allah ini, yaitu
Robb.
Secara bahasa Robb mempunyai
banyak arti : menciptakan, memelihara, mendidik, mengatur, menguasai dan
mengajar. Contoh ayat yang menyatakan bahwa Robb adalah Allah
terdapat pada surat Al Ahqoof :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Robb kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah[1388] maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. ( Qs.46:13
).
[1388]. Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan
tetap beramal yang saleh.
Contoh
lain ayat Al Qura’n yang juga menyebut kata Robbi. Dengan makna pencipta atau
pemelihara. Misal Qs. 2:1
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Segala
puji[2] bagi Allah, pencipta/pemelihara semesta alam[3].(
Qs. 2:1 )
[3] Rabb
berarti: Ilah yang ditaati Yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal rabb
tidak dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti
rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Allah
yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan,
alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. ALlah pencipta semua
alam-alam itu
Dalam literaratur lain kata Robbi
diartikan Tuhan atau seru sekalian alam. Hal ini sangat berbeda dengan
maksud Allah mengatakan hal tersebut.
Yang tepat secara
syari’ makna Robbi dalam ayat diatas adalah pencipta
atau pemelihara alam semesta. Nama Robb dengan berbagai makna
dapat kita lihat dalam ayat AlQuran seperti berikut:
Robb sebagai pencipta
Qs.7:172,
Robb sebagai
pemelihara, Qs.26:18,
Robb sebagai pemilik
Qs.106:3/29:91,
Robb sebagai
pendidik Qs.17:24,
Robb sebagai
penguasa tertinggi Qs.79:26,
Robb sebagai
pembuat undang undang Qs.7:54/9:31,
Robb sebagai
yg tidak bisa dibantah Qs.10:31-32,
Robb sebagai
penguasa langit dan bumi Qs.19:65.
Jadi banyak sekali arti Robb
untuk Allah dalam berbagai konteks. Tetapi kata Robb itu tidak dominasi atau
monopoli Allah. Dalam beberapa ayat kata robbi bermakna majikan, pendidik dan
sebagainya yang juga diperuntukan bagi
manusia.
Seperti do’a رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Ya
robb, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil." ( Qs.17:24
)
Kata robba disini
berarti mendidik yang dimaksud adalah kedua orang tua kita.
(manusia).
Robbi bermakna
juga majikan, seperti pada ayat berikut ini.
إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ
“sungguh TUANku
telah memperlakukan aku dengan baik" ( Qs.12:23 ).
Yang dimaksud Tuan dalam ayat
tersebut adalah Raja Qifti (Raja Mesir) yang hidup dijaman
Nabi Yusuf. Disini kata Robb juga
digunakan untuk manusia. ( Raja Qifti
)
Sikap mengesakan
Allah dari sisi robb ini dalam aqidah islam secara syari’
disebut dengan tauhid rububiyah.
Setelah
kita memahami uraian diatas tadi tentu kita tidak lagi menggunakan kata tuhan
untuk semua istilah istilah itu seperti dahulu. Sehingga tidak menimbulkan
kesamaan faham seperti yang difahami oleh penganut penganut keyakinan agama
lain. Dengan demikian kita bisa membedakan aqidah islam
dengan keyakinan keyakinan lainnya. Dan membicarakan Allah tidak
mungkin lepas dari masalah ajaranNya atau syariatNy yaitu Addinul lslam yang
diturunkan Allah kepada nabi nabiNya sejak Nuh a.s sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Sehingga
kita tidak akan ikut ikutan mengatakan bahwa semua agama sama. Sesungguhnya
Addin yang diturunkan Allah kebumi itu hanya satu, yaitu Islam.
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن
يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari Din selain Dinul Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi. (
Qs.3:85 )
Dinul
Islam diturunkan kepada manusia terakhir melalui Nabi Muhammad s.a.w sesuai firman
Allah berikut ini.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى
وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan
Din yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua Din. Dan
cukuplah Allah sebagai saksi. (
Qs.48:28 )
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى
وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah
yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. ( Qs.61:9 )
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى
وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُونَ
Dialah
yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama
yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai. (
Qs.9:33 ).
Allah
sampai tiga kali untuk menyampaikan kepada manusia bahwa Dia telah
mengutus Nabi Muhammad s.a.w untuk menyebarkan Dinul Islam yang benar dengan
petunjuk Al Qura’n dan untuk memenangkan Sistem Islam dari sistem
sistem lainnya yang ada di bumi. Dan Allah
lah yang menjadi saksi meskipun orang orang kafir dan musyrik membencinya ( membenci sistem islam ).
Apakah
keyakinan agama lain juga menyembah satu Tuhan ?. Apakah (Trinitas) tuhan agama
tersebut itu satu ?. Bagaimana dengan Tuhan anak, roh kudus dan Tuhan
Allah. Bagaimana dengan tuhan agama hindu. Siapa itu yang ada dalam Trimurti,
seperti Brahma, Syiwa dan Wisnu. Begitu juga dengan Budha. Siapa itu Dharta
Gautama, Tao dan Dewi Kwan Im yang menjadi satu dalam ajaran Budha
Mahayana. Bukankah semua itu manusia
biasa yang bisa lapar, haus dan mati. Apakah semua keyakinan
keyakinan itu mengesakan tuhan.
Bagaimana
jadinya jika Tuhan lebih dari satu. Tidak kah akan terjadi persengketaan atau
perebutan kekuasaan diantara Tuhan tuhan itu.
Aqidah
Islam sejak nabi nabi Adam as, Nuh, Ibrahim, Isya dan Musa juga nabi nabi
lainnya sudah diperintahkan mengesakan Allah. Sedangkan nabi nabi
itu semua menganut/memeluk satu keyakinan atau AQIDAH yaitu aqidah
Islam. Secara umum dikenal sebagai Addin ( aturan/perundang
undangan/sytem kehidupan ).
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ
نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا
الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ
إِلَيْهِ اللَّه يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاء وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ُ
” Dia (
Allah ) telah mensyari'atkan bagi kamu ( nabi Muhammad saw ) tentang
Din apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah Din[1340] dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat
bagi orang-orang musyrik AdDin yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik
kepada Din itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Din)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya) ”. ( Qs.42:13 ).
[1340]. Yang dimaksud: Din di sini ialah ketentuan dalam
meng-Esakan Allah s.w.t.,
beriman
kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta
mentaati
segala perintah dan larangan-Nya
Begitulah Islam telah mulai diturunkan
Allah sejak Nabi Nuh a.s dan disempurnakan Allah pada masa Nabi Muhammad s.a.w
sebagaimana firmanNya berikut ini.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari
ini telah Kusempurnakan untuk kamu Dinmu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi Din
bagimu. (Qs.5:3)
Sudah cukup banyak bukti (
ayat dan hadits ) bahwa Islam adalah satu satunya Addin sebagai sistem, aturan
atau undang undang kehidupan di dunia dan akhirat yang diturunkan Allah kepada
rosulNya untuk membimbing hidup manusia dalam mencapai kehidupan yang bahagia
abadi di akhirat nanti.
Sekarang kita kembali pada
masalah kedurhakaan manusia kepada Allah s.w.t. dan faktor faktor yang
melahirkan ketaatan kepadaNya.
IMAN, IKHSAN DAN CINTA
Iman
adalah fondasi utama manusia untuk taat dan patuh kepada Allah. Bukanlah
beriman itu hanya mengucapkannya saja, bukan pula hanya mempercayainya saja di
dalam hati juga tidak tepat jika hanya dilakukan dengan perbuatan saja.
افضل الاعما ل
ايما ن باالله
“
Seutama utama perbuatan ( amal ) ialah beriman
kepada Allah “ ( HR BUKHARI ). Perbuatan pada hadits ini lebih kepada perbuatan
hati.
Lalu apa iman
itu. Hadits berikut mendeinisikan iman sbb:
الا يما ن عقد با لقلب و قو ل با لسا
ن و عمل با لا ركا ن
“ Iman itu adalah di
ikat/yakini dengan hati, diikrarkan/ diucapkan dengan lisan/lidah
dan diamalkan dengan perbuatan /perukunannya (
dengan anggota badan ) “ ( HR MUSLIM dari IBNU HIBBAN ).
Setelah
manusia mengenal Allah dengan kesadaran yang tinggi dan didukung dengan keyakinan
pada adanya kekuasaan dan sifat sifatNya yang agung dan sempurna maka seyogyanya
manusia bersikap tunduk, taat dan patuh kepadaNya sebagai hamba
yang telah diciptakanNya. Bukti kepatuhan, ketaatan dan ketundukan pada
Allah adalah manusia hanya menyembahNya dan senantiasa
ingat setiap saat kapan dan dimana saja berada dengan sikap ikhsan
sebagaimana hadits Nabi s.a.w berikut ini.
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ
Orang
itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah
menjawab,"Engkau beribadah hanya kepada Alloh seakan-akan engkau
melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu."
( HR
MUSLIM HADITS DARI UMAR IBN KHOTHTHOB RA ).
Potongan
hadits di atas adalah bersumber dari Umar r.a yang mengabarkan bahwa Nabi
kedatangan seorang laki laki lalu duduk bersimpuh dihadapan Rosulullah s.a.w
untuk menanyakan tentang Islam, Iman dan Ikhsan serta tanda tanda hari kiyamat.
Ternyata laki laki tersebut adalah malaikat Jibril.
Dengan
tertanamnya sikap ikhsan pada diri seorang manusia maka dia senantiasa waspada
pada semua perbuatannya karena merasa dui awasi. Denghan demikian kita wajib
memiliki sikap ikhsan agar tidak mendurhakai dan melalaikan perintah dan
larangan Allah s.w.t.
Disamping
sikap ikhsan yng selalu kita pelihara namun yang paling utama adalah memelihara
iman. Karena iman itu kata nabi mengalami kenaikan dan penurunan. Naiknya iman
itu karena ketaatan dan menurun karena ke maksiyatan. Jadi untuk memelihara
iman agar tetap berada di puncaknya maka manusia wajib untuk tetap menjalankan
ketaatan kepada Allah sepanjang hidupnya sesuai janjinya ketika setiap sholat.
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya sholatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rob pencipta dan pemelihara semesta alam. (Qs.6:162)
Disamping
iman dan ikhsan adalagi yang dapat mencegah manusia tidak durhaka
atau lalai terhadap perintah dan larangan Allah secara INTERNAL, yaitu cinta
kepada Allah tidak melebihi
cintanya kepada selain Allah.
Cinta
kepada makhluq di awali oleh yang kita lihat dan dengar dari makhluq itu.
Tetapi
cinta kepada Allah lahir karena manusia menyaksikan keagungan kekuasaan Allah,
hikmahNya serta kesempurnaan ilmuNya dengan mata hati dan bashirohnya.
Ketika manusia menyaksikan dan mengimani nama nama dan sifat sifat Allah yang
teramat indah dan sempurna serta bersih dari kekurangan aib dan cela *).
Ketika
kita memperhatikan betapa banyak orang yang dzalim dengan sesamanya, lalai dan
durhaka kepada Allah tetapi Dia tetap memberi rizqi dan kesehatan. Bahkan tidak
menghukumnya segera selama di dunia malah diberi kesempatan untuk bertaubat.
Jelas yang seperti itu bukanlah sifat makhluq. Dia begitu agung, maha
pemberi rizqi dan maha pemaaf serta maha pengampun.
Syariat
mendidik manusia agar tidak berlebihan mecintai sesuatu selain Allah termasuk
cinta pada keuarga dan harta kekayaan. Allah berfirman.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ
وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا
وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم
مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ
اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "jika bapa-bapa ,
anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.
( Qs.9:24 )
Sesungguhnya
Allah adalah pemilik keutamaan yang agung atas manusia dan pemilik segala
nikmat dalam kehidupan mereka*), sebagaimana firmanNya :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ
إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
Dan
apa saja ni'mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. (
Qs.16:53 )
Rasa cinta kepada Allah yang dalam di lubuk hati
manusia inilah yang melahirkan sikap ketaatan, ketundukan dan kepatuhan yang konsis ten dan
konsekuen untuk menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
Rindunya
tak pernah putus untuk selalu ingat dan ingin berjumpa kepada Yang Maha Kasih.
Cinta manusia kepada Yang Maha Kasih ini senantiasa mendekatkannya pada
kehidupan akhirat.
Serta
perlahan lahan akan semakin menjauh dari keinginan keinginan duniawi yang
berlebihan karena hamba yang cinta kepada Allah senantiasa merasa diawasi dan
selalu merasa dekat denganNya.
*). Ummu Ikhsan
dan Abu Ikhsan Al Atsari, Adab seorang muslim kepada Allah, Pustaka
Imam Adz dzahabi, 2012..
Dengan
tertanamnya sikap MUQOROBBAH yang berorientasi pada kehidupan
akhirat, kondisi spiritual seperti ini secara ringkas dapat dikatakan menjadikan
“ syariat sebagai batu timbangan ” maka Insya Allah semua perbuatan
hati, lisan dan jasmani selama didunia ini akan terbimbing dengan senantiasa
mentaati Allah dan rosulNya. Sehingga terjadilah keseimbangan hubungan kepada
sesama manusia dengan memprioritaskan hubungan cinta ( mahabbah ) kepada Allah
dari pada hubungan ( cinta ) kepada selain Allah.
Ya maa’syarol muslimin rohima kumullah,
Demikian kajian singkat
tentang ” JADIKAN SYARIAT SEBAGAI BATU TIMBAGAN SETIAP PERBUATAN ”.
Semoga bermanfaat dan jadi
pelajaran bagi saya khususnya dan bagi hadirin dan hadirot semuanya. Marilah kita tutup kajian ini
dengan menyucikan, memuji Allah serta meminta ampun kepadaNya.
سبحنك اللهم و بحمد ك اشهد
ان لا اله الا انت
وشتغفروك واتوبا اليك
Mahasuci Engkau Wahai ilah kami
dan Maha terpuji Engkau, aku bersyaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di
sembah kecuali Engkau dan aku memohon ampun kepadaMu dan aku hanya kembali
kepadaMu.
و لسلم عليكم و رحمة ا لله و بر كته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar